Setiap menulis saya selalu berpikir: siapa yang akan membacanya. Tulisan tentang Suriah yang berseri misalnya, pasti tidak disukai yang menunggu tulisan tentang Purbaya. Sebaliknya, tulisan tentang
Artificial intelligence (AI) tidak beriman. Padahal inti dakwah itu untuk meningkatkan iman. Bagaimana bisa barang yang tidak beriman meningkatkan iman.
Setinggi-tinggi jabatan direktur utama sebuah bank pemerintah, tetaplah ia/dia seorang bawahan. Ia/dia masih punya atasan. Bahkan atasannya banyak sekali: menkeu, menko, wapres, para ketua umum partai
Umur Kementerian BUMN ternyata lebih pendek dari yang saya perkirakan. Saya pikir umurnya masih 15 hari sampai satu bulan. Ternyata hanya 10 hari dari tulisan
Pilihan demokrasi seperti apa untuk Syria ke depan? Semoga bukan jenis demokrasi seperti di Indonesia. Semoga tidak perlu demokrasi lewat partai –yang dirinya sendiri tidak demokratis.
Santri dari berbagai pondok pesantren akan lomba pidato melawan berbagai sekolah Tionghoa dalam bahasa Mandarin. Itu akan terjadi di hari Jumat besok. Di atrium Tunjungan Plaza 6, Surabaya.
Di saat euforia tumbangnya pemerintahan Basyar Al Assad, Duta Besar Indonesia di Suriah, Wajid Fauzi didesak: mengapa tidak segera bikin pernyataan pengakuan terhadap pemerintah baru. Kesannya: seolah
Indonesia tidak pernah tutup. Segawat apa pun keadaan di Suriah kedutaan besar kita tetap buka di sana. Termasuk saat-saat genting pada peralihan kekuasaan tanggal 8 Desember lalu.