Wartawan
Radar Cirebon saya minta ke Grage City Mall. Ke lantai 2. Di situ ada gerai
cepat saji. Namanya sangat masa kini: Pota Friend.
“Tutup
pak,” ujar Ade Goestiana, wartawan tersebut. Ke mana pemiliknya?ÂÂ
 “Sejak
putrinya masuk final, tidak jualan lagi,” ujar pemilik gerai di
sebelahnya.
 Pemilik
kios itu seorang ibu Tionghoa. Namanya Christin Gunawan.
 Putri
pertama Christin, Claudia Emmanuela Santoso, tidak hanya masuk final. Remaja 19
tahun itu menjadi pahlawan Indonesia di mancanegara. Tepat di Hari Pahlawan 10
November 2019.
 Claudia
berhasil jadi juara The Voice of Germany 2019.
 Itu
semacam ajang cari bakat di televisi di Berlin, ibu kota Jerman. Yang finalnya
diikuti lima orang. Yang peserta awalnya mencapai hampir 2000 orang. Dari
berbagai negara.
 Selama
sebulan terakhir nama Indonesia banyak disebut di ajang itu. Sejak Claudia
masuk babak panggung. Pun sampai babak final lima besar.ÂÂ
 Semua
itu berkat penampilan Claudia. Terutama berkat suara emasnya.
 Yang
juga istimewa: perolehan SMS Claudia mencapai 46 persen. Lihatlah juara
keduanya: hanya 17 persen. Begitu jauh jaraknya.
 Padahal
SMS itu hanya bisa dikirim dari tiga negara: Jerman, Swiss dan Austria. Yakni
tiga negara yang berbahasa Jerman.
 Christin
pun tidak pernah lagi terlihat di gerainyi. “Sudah sebulan ini Pota Friend
tutup,” ujar sang tetangga. “Dulu pun Bu Christin tidak terlalu
aktif. Jualan ini rasanya hanya untuk mengisi waktu,” tambahnya.
 Christin
memang tergolong kaya. Rumahnya di daerah elit di bagian selatan Cirebon.
 Pota
(to) Friend memang hanya salah satu gerai di food court di
mall itu. Ia jualan kentang goreng. Yang diberi saus. Yang harganya di ojek
online hanya Rp 20 ribu.
 “Bu
Christin tidak punya pegawai yang meneruskan usaha ini,” ujar sang
tetangga. “Dia jualan sendiri. Kadang ditemani putri keduanyi,”
tambahnya.
 Christin
memang hanya punya dua putri. Dua-duanya berbakat menyanyi. Tapi yang sulung
jauh lebih menonjol. Mungkin juga karena sang adik kini masih kelas 3 SMP –di
sekolah yang sama dengan Claudia: Sekolah Kristen Penabur Cirebon.
ÂÂ
Sejak
umur 4 tahun Christin sudah mengursuskan Claudia musik. Guru lesnya semula
ragu. Tapi sang guru segera tahu: Claudia punya bakat besar.
 Sejak
SD sang ibu sudah memasukkan Claudia ke berbagai lomba. Tingkat apa pun.
 Di
umur 8 tahun Claudia sudah mencoba tampil di Akademi Fantasi Indosiar (AFI)
Junior. Lalu banyak lagi juara berbagai lomba.
 Akhirnya
Claudia bisa ikut lomba nyanyi tingkat kota Cirebon. Saat itu Claudia kelas 2
SMA. Claudia juara. Diikutkan ke tingkat Provinsi Jabar. Juara lagi.
 Di
tingkat provinsi itu Claudia menyanyikan lagunya Raisa, Pemeran Utama. Di final
dia melantunkan dua lagu: ‘Matahariku’-nya Agnes Monica dan lagu Sunda
berjudul Indung.
 Di
tingkat nasional di Manado Claudia masuk enam besar.
 Sang
ibu juga mendaftarkan putrinya ke program Mamamia di Indosiar. Waktu itu
Indosiar belum punya Dangdut Academy.
Di
Mamamia itu Claudia tidak juara. Hanya masuk 20 besar. Tapi dia mendapat
pelajaran berharga. Beda dengan lomba di sekolah, di Mamamia dewan juri
memberikan kritik dan komentar. Kadang sangat pedas.
 Misalnya
kritik dari penyanyi dangdut Syaiful Jamil. Sangat keras. Bahkan terlalu keras.
Tapi Claudia menganggapnya itu cambukan.
Claudia
pun lulus SMA. Dia ingin sekolah di Jerman. Pikiran ayahnyi memang sangat
‘internasional’. Pekerjaan sang ayah –Indra Gunawan Santoso– keliling dunia.
Ia menjadi pelaut kapal internasional.ÂÂ
Apalagi
Claudia punya famili juga di Jerman.
Dengan
demikian ‘impian Jerman’ memang sudah hidup sejak Claudia masih anak-anak.
Impian itu pun jadi kenyataan. Dia berangkat ke sana. Setelah setahun terakhir
harus mondar-mandir Cirebon-Bandung: kursus bahasa Jerman di Gothe
Institute.ÂÂ
 Sampai
di Jerman, sambil menunggu penerimaan mahasiswa baru, Claudia mendaftar ikut
The Voice of Germany. Dia tahu orang asing boleh ikut.ÂÂ
 Juara
dua tahun lalu, misalnya, adalah anak dari Georgia, Eropa Timur.
 Claudia
juga tahu: yang ikut audisi hampir 2.000 orang.
ÂÂ
Dia
terpilih masuk babak naik panggung.
ÂÂ
Di
babak ini posisi dewan juri tidak menghadap ke penyanyi. Juri hanya
mendengarkan suara. Juri baru melihat penyanyi bila suara peserta sangat
memikat. Dengan cara memutar kursi.
 Waktu
itu Claudia menyanyikan ‘Never Enough’-nya Loren Allred. Saya menonton videonya
dua hari kemudian.ÂÂ
Saya
lihat di video itu Claudia masih terasa sangat remaja. Badannya kurus tapi
cukup tinggi. Rambutnya yang lurus dibiarkan panjang. Mencapai pinggang
belakangnya. Giginya diberi anyaman kawat –dibehel. Sosoknya sangat kuat
sebagai remaja Asia. Dia memang remaja Indonesia keturunan Tionghoa Cirebon.
 Untung
dewan juri hanya “melihat” suara Claudia. Kalau saja melihat sosok
Claudia –yang sangat Asia itu– jangan-jangan juri bersikap subyektif.
 Saat
itu Claudia belum separo menyanyikan lagu ‘Never Enough’ tadi seorang juri
sudah membalikkan kursi. Juri itu bernama Rea Garvey.
 Juri
lain pun segera menyusul.ÂÂ
 Gempar.ÂÂ
 Claudia
mulai menarik perhatian publik berbahasa Jerman.ÂÂ
 Tapi
saat Claudia dinyatakan lolos ke babak berikutnya bukan Garvey yang dia pilih
sebagai mentor.ÂÂ
 Semua
peserta memang harus memilih sendiri siapa mentor masing-masing. Sang mentorlah
yang akan membimbing peserta. Agar penampilan mereka terus meningkat.
 Claudia
ternyata memilih satu-satunya juri wanita sebagai mentornyi. Dia adalah Alice
Merton. Penyanyi Jerman yang juga warga negara Kanada. Umurnyi baru 26 tahun.
Albumnyi sudah banyak yang sukses.
 Di
tangan Alice-lah Claudia merasa pas. “Sebenarnya saya sempat bingung.
Pilih siapa ya,” ujar Claudia pada Yuda Sanjaya, redaktur Radar Cirebon.
Yuda memang sering mewawancari Claudia lewat WA-nya.
 “Sebenarnya
ada juri yang sudah saya kenal. Yakni Mark Foster. Tapi akhirnya saya pilih
Alice,” tambah Claudia.ÂÂ
 Akhirnya
di The Voice of Germany ini tidak hanya peserta yang berlomba. Tapi juga mentor
mereka.
 Alice
tampak begitu bahagia ketika anak asuhnyi menjadi juara. Saya ikut berlinang
melihat videonyi.ÂÂ
Sebenarnya
tidak hanya Claudia yang memilih Alice sebagai mentor. Ternyata ada 16 peserta
yang memilih Alice. Bahkan yang memilih Mark 24 orang. Sedang yang memilih Rea
19 peserta. Yang 15 orang lagi memilih Sido.
Pada
dasarnya para mentor itulah penyeleksi sejati. Tiap mentor harus memilih
sendiri siapa juara dan runner up di bawah asuhan mereka.
 Sejak
babak final itulah Christin tidak mau lagi jualan. Dia pergi ke Jerman.
Memberikan dukungan langsung ke putri sulungnyi.
 Lihat
sendirilah video Claudia di Youtube. Saat tampil di final. Baik ketika dia
menyanyi sendirian (I Have Nothing, Whitney Houston). Atau ketika menyanyikan
Castle (bersama penyanyi Freya Ridings). Juga ketika menyanyikan lagu ciptaan
Alice, Goodbye, bersama sang mentor itu sendiri.
Betapa
Claudia membanggakan kita.Bisa jadi Claudia akan lebih top dari penyanyi kita
lainnya: Sandhy Sondoro. Yang 10 thn lalu juara di New Wave Festival di
Latvia.(dis)