NANGA BULIK, PROKALTENG.CO – Kampit. Sebuah nama yang jarang terdengar di telinga kalayak umum. Nama tersebut, merupakan sebuah sebutan untuk anyaman tradisional yang sudah menjadi ciri khas masyarakat pedalaman di Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah. Keberadaannya ini, kini kembali mendapat sorotan.
Ya, kerajinan tangan ini, bukan hanya sekadar sebuah wadah saja. Akan tetapi juga representasi kearifan lokal dan alternatif ramah lingkungan pengganti tas modern.
Kampit dikenal sebagai karya anyaman yang biasanya digunakan untuk membawa ikan, sayuran, atau barang-barang lainnya. Masyarakat Lamandau seringkali menjadikannya sebagai pengganti tas. Terutama saat beraktivitas di kebun atau hutan. Bahan-bahan alami seperti rotan, bambu, atau daun pandan, menjadi material utama dalam pembuatan sebuah Kampit.
Menurut penuturan tokoh masyarakat Lamandau, Ongah, Kampit ini memiliki fungsi yang serbaguna.
“Kampit ini sangat berguna untuk membawa hasil panen, barang belanjaan, atau barang pribadi. Masyarakat Dayak sering menggunakannya saat berkebun di hutan,” ujarnya saat disambangi media, Senin (24/11).
Ongah menjelaskan bahwa Kampit merupakan alternatif ramah lingkungan yang bisa menggantikan penggunaan tas plastik.
“Dengan menggunakan Kampit, kita turut melestarikan lingkungan dan mengurangi sampah plastik,” ujarnya.
Selain memiliki fungsi praktis, Kampit juga merupakan warisan budaya yang dijaga dan dilestarikan. Teknik anyaman Kampit diwariskan secara turun-temurun, menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Lamandau. Kampit ini menurut Ongah sering dipamerkan dan dipasarkan dalam berbagai acara atau pameran kerajinan.
“Harga Kampit bervariasi, mulai dari Rp25.000 untuk ukuran kecil hingga Rp100.000 untuk ukuran yang lebih besar. Harga yang terjangkau ini, membuat Kampit semakin diminati oleh masyarakat,”katanya.
Dengan segala keunggulan dan nilai budaya yang melekat itu, Kampit diyakini bukan hanya sekadar anyaman biasa. Produk tersebut adalah simbol kearifan lokal, keberlanjutan lingkungan, dan identitas masyarakat Lamandau yang patut untuk terus dilestarikan. (bib/hnd)


