28.7 C
Jakarta
Tuesday, July 1, 2025

Kerap Terusir, Bripka (Purn) Seladi Tetap Setia Memilah Sampah demi Kejujuran dan Lingkungan

PROKALTENG.CO – Semasa masih berdinas di bagian pelayanan SIM Polresta Malang Kota, Bripka Pol (Purn) Seladi memiliki dua rutinitas. Selain sebagai polisi, Seladi juga bekerja sebagai pemilah sampah. Pekerjaan itu masih dia tekuni hingga sekarang, meski sudah pensiun dan harus berpindah-pindah lokasi.

Aktivitas memilah sampah sudah ditekuni Seladi sejak 2004. Saat itu, demi melunasi utang, dia mencari tambahan penghasilan dengan memilah sampah. ”Sebenarnya bisa saja saya mendapat uang lebih. Karena dulu banyak pemohon SIM yang memberi uang lebih atau sekadar kopi, tapi saya tidak mau,” tegasnya.

Awalnya Seladi memilah sampah yang terkumpul di belakang Mapolresta Malang Kota. Dia juga bahkan berkeliling menggunakan sepeda pancal untuk mengumpulkan sampah. Hingga akhirnya, dia bisa mendirikan gudang sampah di Jalan dr Wahidin, Kelurahan Rampal Claket, Kecamatan Klojen.

Baca Juga :  Refleksi Waisak: Latih Pengendalian Diri Lewat Napas, Kesabaran, dan Lingkungan Positif

Sampai sekitar 2017, Seladi bisa menggunakan gudang itu untuk operasional. Tapi, pemilik gudang akhirnya mengetahui kalau Seladi memilah sampah. Alhasil, Seladi tidak diperbolehkan lagi beraktivitas di sana. Dia pindah ke kawasan Lowokdoro pada 2023.

Selama melakukan aktivitas memilah sampah di Lowokdoro, Seladi juga sempat beberapa kali mengalami hambatan. Misalnya, bangunan pemilahan sampah yang diterjang puting beliung. Tapi dia tidak menyerah. Seladi mencoba membangun kembali tempat pemilahan sampah di kawasan Lowokdoro dengan modal Rp 25 juta dari koperasi.

”Baru sekitar 10 bulan di sana, saya lagi-lagi dilarang memilah sampah,” terangnya. Pada 2024, Seladi memutuskan untuk membawa tumpukan sampah yang belum sepenuhnya terpilah ke Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang. Aktivitas pemilahan sampah pun berlanjut di sana.

Baca Juga :  Begini Tradisi Unik 7 Negara dalam Memperingati Isra Miraj

Kini, pria kelahiran 21 Februari 1959 itu akhirnya mendapat tempat pemilahan sampah di dekat Stasiun Malang. PT KAI memperbolehkan Seladi memilah sampah di bekas bangunan yang belum selesai direnovasi. Ukuran bekas bangunan itu sekitar 12 meter persegi dengan tinggi 2 meter.

Pekerjaan memilah sampah dilakukan Seladi tanpa kenal lelah. Diusir, bahkan dihina orang sudah menjadi hal yang biasa. Tapi, dia merasakan bekerja memilah sampah mengajarkan kejujuran. Ada pula orang-orang yang peduli terhadap Seladi. Misalnya pada Februari lalu, dia mendapat hadiah umrah bersama istri dan tiga anaknya.

”Saya juga bisa membantu tiga rekan yang membutuhkan pekerjaan,” ungkapnya. (mel/fat/jpg)

PROKALTENG.CO – Semasa masih berdinas di bagian pelayanan SIM Polresta Malang Kota, Bripka Pol (Purn) Seladi memiliki dua rutinitas. Selain sebagai polisi, Seladi juga bekerja sebagai pemilah sampah. Pekerjaan itu masih dia tekuni hingga sekarang, meski sudah pensiun dan harus berpindah-pindah lokasi.

Aktivitas memilah sampah sudah ditekuni Seladi sejak 2004. Saat itu, demi melunasi utang, dia mencari tambahan penghasilan dengan memilah sampah. ”Sebenarnya bisa saja saya mendapat uang lebih. Karena dulu banyak pemohon SIM yang memberi uang lebih atau sekadar kopi, tapi saya tidak mau,” tegasnya.

Awalnya Seladi memilah sampah yang terkumpul di belakang Mapolresta Malang Kota. Dia juga bahkan berkeliling menggunakan sepeda pancal untuk mengumpulkan sampah. Hingga akhirnya, dia bisa mendirikan gudang sampah di Jalan dr Wahidin, Kelurahan Rampal Claket, Kecamatan Klojen.

Baca Juga :  Refleksi Waisak: Latih Pengendalian Diri Lewat Napas, Kesabaran, dan Lingkungan Positif

Sampai sekitar 2017, Seladi bisa menggunakan gudang itu untuk operasional. Tapi, pemilik gudang akhirnya mengetahui kalau Seladi memilah sampah. Alhasil, Seladi tidak diperbolehkan lagi beraktivitas di sana. Dia pindah ke kawasan Lowokdoro pada 2023.

Selama melakukan aktivitas memilah sampah di Lowokdoro, Seladi juga sempat beberapa kali mengalami hambatan. Misalnya, bangunan pemilahan sampah yang diterjang puting beliung. Tapi dia tidak menyerah. Seladi mencoba membangun kembali tempat pemilahan sampah di kawasan Lowokdoro dengan modal Rp 25 juta dari koperasi.

”Baru sekitar 10 bulan di sana, saya lagi-lagi dilarang memilah sampah,” terangnya. Pada 2024, Seladi memutuskan untuk membawa tumpukan sampah yang belum sepenuhnya terpilah ke Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang. Aktivitas pemilahan sampah pun berlanjut di sana.

Baca Juga :  Begini Tradisi Unik 7 Negara dalam Memperingati Isra Miraj

Kini, pria kelahiran 21 Februari 1959 itu akhirnya mendapat tempat pemilahan sampah di dekat Stasiun Malang. PT KAI memperbolehkan Seladi memilah sampah di bekas bangunan yang belum selesai direnovasi. Ukuran bekas bangunan itu sekitar 12 meter persegi dengan tinggi 2 meter.

Pekerjaan memilah sampah dilakukan Seladi tanpa kenal lelah. Diusir, bahkan dihina orang sudah menjadi hal yang biasa. Tapi, dia merasakan bekerja memilah sampah mengajarkan kejujuran. Ada pula orang-orang yang peduli terhadap Seladi. Misalnya pada Februari lalu, dia mendapat hadiah umrah bersama istri dan tiga anaknya.

”Saya juga bisa membantu tiga rekan yang membutuhkan pekerjaan,” ungkapnya. (mel/fat/jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/