29.2 C
Jakarta
Friday, November 7, 2025

KIIFF 2025, Ruang Sinema untuk Suara Generasi Adat dan Lingkungan

PROKALTENG.CO – Suasana bioskop di Palangka Raya terasa berbeda pada pertengahan September ini. Bukan film-film komersial yang memenuhi layar, melainkan cerita-cerita dari kampung, hutan, dan kehidupan masyarakat adat.

Inilah Kalimantan Internasional Indigenous Film Festival (KIIFF) 2025, sebuah ruang yang memberi panggung bagi suara-suara lokal yang sering terpinggirkan.

“Dari 130 lebih filmmaker yang submit filmnya, hanya 34 yang diputarkan di bioskop karena waktu terbatas. Pemutaran berlangsung dua hari, dari 18 sampai 19 September,” jelas Roro Ardya Garini.kata Roro Ardya Garini, Direktur Yayasan Ranu Welum yang menjadi penyelenggara KIIFF, Jumat (19/9).

Film-film yang ditayangkan pada 18–19 September itu bukan sekadar tontonan. Setiap karya membawa pesan tentang pengetahuan ekologis masyarakat adat.

Baca Juga :  Bintang Sinetron Anak Langit Ditangkap Polisi

Festival ini sejatinya telah berjalan sejak Juli melalui roadshow Layar Lewu ke desa-desa dan sekolah. September menjadi puncak acara, lengkap dengan story telling untuk pelajar SMA, program Bioskop Bisik bagi penyandang disabilitas, hingga diskusi bersama aktivis lingkungan dan entrepreneur muda.

Bekerja sama dengan Sanggar Marajaki, KIIFF juga menghadirkan Selebrasi Perayaan Hari Masyarakat Adat dan Rawafestival di Dermaga Kereng Bangkirai.

“ Kita berharap pembuat film muda bisa bangkit supaya mereka mengangkat pengetahuan adat yang memang penting harus dilestarikan untuk generasi selanjutnya. Sehingga orang-orang sadar akan pentingya pengetahuan adat untuk menjaga lingkungan, jaga hutan, jaga alam dan jaga kota yang pastinya,” ujar Roro.

Baca Juga :  Panggil Jaksa Agung Papa, Instagram Celine Evangelista Diserbu Warganet

Melalui KIIFF 2025, layar bukan lagi sekadar hiburan. Ia menjadi jendela pengetahuan, tempat warisan leluhur berbicara, dan ruang untuk mengingatkan kembali bahwa menjaga budaya sama pentingnya dengan menjaga alam tempat kita berpijak.(hfz)

PROKALTENG.CO – Suasana bioskop di Palangka Raya terasa berbeda pada pertengahan September ini. Bukan film-film komersial yang memenuhi layar, melainkan cerita-cerita dari kampung, hutan, dan kehidupan masyarakat adat.

Inilah Kalimantan Internasional Indigenous Film Festival (KIIFF) 2025, sebuah ruang yang memberi panggung bagi suara-suara lokal yang sering terpinggirkan.

“Dari 130 lebih filmmaker yang submit filmnya, hanya 34 yang diputarkan di bioskop karena waktu terbatas. Pemutaran berlangsung dua hari, dari 18 sampai 19 September,” jelas Roro Ardya Garini.kata Roro Ardya Garini, Direktur Yayasan Ranu Welum yang menjadi penyelenggara KIIFF, Jumat (19/9).

Film-film yang ditayangkan pada 18–19 September itu bukan sekadar tontonan. Setiap karya membawa pesan tentang pengetahuan ekologis masyarakat adat.

Baca Juga :  Bintang Sinetron Anak Langit Ditangkap Polisi

Festival ini sejatinya telah berjalan sejak Juli melalui roadshow Layar Lewu ke desa-desa dan sekolah. September menjadi puncak acara, lengkap dengan story telling untuk pelajar SMA, program Bioskop Bisik bagi penyandang disabilitas, hingga diskusi bersama aktivis lingkungan dan entrepreneur muda.

Bekerja sama dengan Sanggar Marajaki, KIIFF juga menghadirkan Selebrasi Perayaan Hari Masyarakat Adat dan Rawafestival di Dermaga Kereng Bangkirai.

“ Kita berharap pembuat film muda bisa bangkit supaya mereka mengangkat pengetahuan adat yang memang penting harus dilestarikan untuk generasi selanjutnya. Sehingga orang-orang sadar akan pentingya pengetahuan adat untuk menjaga lingkungan, jaga hutan, jaga alam dan jaga kota yang pastinya,” ujar Roro.

Baca Juga :  Panggil Jaksa Agung Papa, Instagram Celine Evangelista Diserbu Warganet

Melalui KIIFF 2025, layar bukan lagi sekadar hiburan. Ia menjadi jendela pengetahuan, tempat warisan leluhur berbicara, dan ruang untuk mengingatkan kembali bahwa menjaga budaya sama pentingnya dengan menjaga alam tempat kita berpijak.(hfz)

Terpopuler

Artikel Terbaru