Site icon Prokalteng

Melaney Ricardo: Ini Bukan Sprint, tapi Maraton

melaney-ricardo-ini-bukan-sprint-tapi-maraton

PRESENTER
Melaney Ricardo mendadak hilang dari layar kaca sekitar sebulan lebih sejak
awal Oktober. Padahal, dia memiliki sejumlah program acara yang tayang hampir
setiap hari. Jumat (6/11) merupakan hari pertama istri Tyson Lynch itu kembali
syuting. Apa yang terjadi?

Apa
kabar, Melaney?

Sehat.
Finally aku sudah back to work. Excited banget karena satu bulan lebih aku
’’terkurung’’ di rumah karena terpapar Covid-19. Dokter sudah mengizinkan aku
untuk syuting dengan syarat jangan jadi parno. Tapi, aku tetap harus jaga jarak
dan terapkan protokol kesehatan.

Bagaimana
gejala awalnya?

Aku
termasuk pasien yang gejalanya terbilang medium. Lumayan parah seperti flu
tulang rasanya. Nggak demam tinggi, cuma badanku ngilu, persendian terasa mau
copot, sakit kepala, dan mual.

Waktu
awal sakit, sudah mengira itu gejala Covid-19?

Iya.
Makanya aku berusaha makan obat segala macem waktu masih di rumah. Sebab, di
hari kelima aku sakit, terasa mau pingsan habis dari kamar mandi. Tangan
kesemutan. Mau ambil HP tuh udah nggak kuat. Jadi, aku berpikir harus ke rumah
sakit.

Ada
komorbid?

Aku
memang punya masalah dengan lambung dan Covid-19 menghajar lambungku. Virus ini
jahatnya menyerang penyakit yang udah ada. Jadi, aku nggak batuk, tapi paru-paru
aku sudah pasti kena.

Bagaimana
saat tahu positif Covid-19?

Setelah
lima hari sakit, aku akhirnya di-swab. Inget banget tanggal 3 Oktober. Malamnya
buka HP lihat hasil PCR. Yang pertama aku lihat tulisannya negatif, padahal itu
nilai rujukannya. Pas geser, ternyata positif. Dari awal aku memang parno.
Begitu kena, gila ternyata Covid-19 itu ada.

Sudah
tracing, dari mana bisa terpapar?

Yes.
Aku tahu, aku kenanya dari orang tanpa gejala (OTG). Dia gejalanya biasa, di
aku nggak biasa. Makanya aku sekarang tetap jaga jarak karena kondisi badan
orang berbeda-beda. Waktu itu juga aku posisinya lagi diet. Nggak makan daging
merah dan ayam. Cuma makan ikan dan sayur-sayuran.

Bagaimana
kondisi keluarga?

Nggak
ada yang terpapar. Itu mukjizat Tuhan yang luar biasa. Di balik itu, dokter pun
bilang bahwa semua ini udah tertulis sama Tuhan. Tapi, bukan berarti kita bisa
jadi seenaknya. Dan akhirnya aku yang diizinkan melewati cobaan ini.

Sempat
menutupi ini dari khalayak?

Awalnya
memang nggak mau kasih tahu wartawan dan orang-orang kalau aku (terpapar)
Covid-19. Pas dipikir-pikir, ini kan bukan aib, tapi pandemi. Akhirnya aku
memutuskan untuk berbagi dan ternyata banyak orang yang tergerak hatinya.

Pesan
untuk semua pasien Covid-19?

Pokoknya
begitu dinyatakan Covid-19, pertama yang harus dijaga adalah mental. Yang
dihajar bukan cuma fisik, tapi mental juga. Apalagi pas tahu jumlah orang yang
meninggal akibat Covid-19. Makanya harus pintar jaga hati supaya nggak drop.
Ketika stres, imun tubuh bisa turun dan Covid-19 makin gigit badan kita. Sejak
awal, dokterku juga bilang this is not sprint, this is marathon. Aku sebulan
(pulih).

Siasat
menghindari stres?

Tutup
semua akses yang bisa bikin hati jadi takut. Fokus dan percaya Tuhan pasti
kasih kesembuhan. Ada anak-anak yang menunggu di rumah, orang tua juga pasti
ngedoain. Jadi, nggak mungkin aku nggak sembuh. Semangat itu yang aku tanam
dalam diri karena emosiku pastinya up and down. (*)

Exit mobile version