Popularitas
bukanlah segala-galanya untuk band-band ini. Jadi, menyembunyikan identitas
adalah solusi yang terbaik. Ada yang karena merasa wajahnya pas-pasan sampai
soal kenyamanan.
Awalnya,
tidak ada niatan dari Kuburan Band untuk terus konsisten memakai riasan wajah
yang menyeramkan ala band Rock Kiss. Saat kali pertama muncul pada 2001, mereka
hanya ingin tampil beda dengan band-band saat itu. Tampil beda dengan harapan
cepat dikenal publik. ’’Apalagi, kami selalu menampilkan aksi teatrikal di
panggung dengan riasan wajah yang cocok,’’ jelas vokalis Kuburan Band Ressa
Rizkyan.
Lambat
laun, niat yang hanya ingin jadi pembeda membuat mereka nyaman. Apalagi, ketika
fans Kuburan makin banyak. Riasan wajah membuat identitas mereka tidak
terungkap di publik. Akhirnya, saat tidak manggung, fans-fans Kuburan pun tidak
mengenal para personel jika tanpa riasan. ’’Jalan-jalan pun bebas karena tidak
ada yang kenal,’’ kata Ressa.
Bahkan,
riasan wajah itu kerap kali menyelamatkan Kuburan di beberapa kesempatan.
Terutama ketika harus terlambat datang ke lokasi acara. Terutama di event musik
saat pagi. ’’Datang tanpa riasan, tidak ada yang kenal, jadi aman. Tidak telat
masuk panggung,’’ ucap M. Rizky Maulana, keyboardist Kuburan.
Karena
merasa wajahnya pas-pasan, pria yang akrab disapa Udhe itu pun sering dianggap
bukan musisi. Malah, dia sering dianggap kru panggung ataupun kru band. ’’Saat
check sound pun, panitia tidak sadar kalau kami sendiri yang check sound, lucu
juga,’’ ujar Udhe.
Ribet
pasti, capek iya, tapi CEO Kuburan Dino menjelaskan bahwa manggung dengan
riasan menyeramkan akan tetap dipertahankan oleh Kuburan. Mereka belum punya
rencana tampil tanpa riasan ke publik. Sudah nyaman dengan apa yang jadi
identitas saat ini.
Penampilan
mereka tersebut juga menjadi pembeda para personel sebagai musisi dengan
kehidupan sehari-hari. Dino menuturkan, sebagian personel kuburan punya profesi
lain di luar musik. ’’Selain itu, belum ada yang berani bayar lebih ke kami
untuk buka identitas. Kalau ada yang berani bayar Rp 5 miliar, kami mau buka
identitas kok,’’ ucap Dino, lantas tertawa.
Selain
Kuburan, band lain yang memilih â€menyembunyikan identitas diri†adalah Bvrtan.
Justru, band beraliran black metal tersebut lebih ekstrem daripada Kuburan.
Jika Kuburan memilih tetap manggung dengan risiko identitasnya bakal terungkap,
Bvrtan memilih sama sekali tidak manggung untuk benar-benar tetap â€misteriusâ€.
Mereka
pun hanya konsentrasi menelurkan album. Sejauh ini, tiga full album dan tiga EP
sudah ditelurkan tiga personelnya yang memilih nama unik, yakni Kvli Arit,
Tvkang Pacvl, dan Pak Kades. Di luar itu, beberapa produk untuk tetap
â€menghidupi†band dibuat. Di antaranya, kaus, kopi, dan bumbu pecel.
’’Jujur,
Bvrtan awalnya dibentuk tanpa cita-cita dan tujuan. Identitas kami sudah ada di
setiap album Bvrtan. Seiring berjalannya waktu, kami merasa yang paling penting
adalah pesan yang disampaikan di setiap karya, bukan siapa orang yang ada di balik
Bvrtan,’’ jelas Kvli Arit.
Disinggung
soal idealisme tanpa manggung agar identitas tidak terbongkar, Kvli Arit
menjelaskan seluruh personel di Bvrtan menghidupi dirinya sendiri. Mereka tidak
cari uang lewat musik. ’’Tapi, kami juga punya syarat jika memang banyak yang
ingin Bvtan tampil secara live, yakni asalkan pemain bas kami nanti adalah
Raisa, baru kami mau,’’ tutur Kvli Arit.
Tertutupnya
Bvrtan bukan hal mudah. Fans-fans militan mereka tetap saja kepo dan mencari
tahu siapa sosok di balik band beraliran black metal tersebut. ’’Banyak, tapi
kami tetap santai. Sebenarnya, teman-teman di skena tahu kok siapa kami,’’ ujar
Kvli Arit.
Di
skena yang sama, ada juga band Mesin Tempur. Berbeda konsep dengan Kuburan dan
Bvrtan, Mesin Tempur tidak memakai riasan ala Kiss. Mereka memilih menutupi
wajah dengan bandana bergambar tengkorak.
Ekstremnya
lagi, Mesin Tempur malah lebih tertutup daripada Bvrtan. ’’Kami antimedia,’’
ujar salah seorang personelnya ketika dihubungi Jawa Pos. Mereka pun tidak
peduli dengan ketenaran karena tujuan ngeband adalah untuk bersenang-senang
saja. ’’Alasan kami pakai bandana untuk menutupi wajah apa? Kalau pakai panci,
lebih panas,’’ tambahnya ketika Jawa Pos menanyakan alasan personel Mesin
Tempur memilih untuk menutupi wajah dengan bandana.