29.6 C
Jakarta
Monday, June 23, 2025

Harga Minyak Melonjak usai Serangan AS-Israel ke Iran, Pasar Global Waspada!

PROKALTENG.CO-Harga minyak mentah dunia kembali melonjak ke level tertinggi dalam lima bulan terakhir.

Kenaikan ini dipicu oleh ketegangan geopolitik yang meningkat setelah Amerika Serikat mendukung Israel dalam serangan terhadap fasilitas nuklir utama milik Iran.

Kondisi tersebut memunculkan kekhawatiran akan terganggunya pasokan energi global.

Mengutip laporan Reuters, harga minyak mentah Brent naik sebesar 72 sen atau 0,93 persen menjadi USD 77,73 per barel.

Sementara itu, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) dari AS turut naik 71 sen atau 0,96 persen ke posisi USD 74,55 per barel.

Bahkan, dalam sesi perdagangan sebelumnya, kedua kontrak sempat melonjak lebih dari 3 persen menyentuh USD 81,40 untuk Brent dan USD 78,40 untuk WTI tertinggi sejak lima bulan terakhir.

Baca Juga :  dr Gande Putu Gina: Waspada Serangan Asma Berat

Peningkatan harga tersebut terjadi setelah pernyataan mantan Presiden AS Donald Trump yang mengklaim telah “menghancurkan” salah satu situs nuklir utama Iran dalam serangan yang terjadi akhir pekan lalu.

Serangan itu menandai keterlibatan langsung AS dalam eskalasi konflik di Timur Tengah, yang turut mengguncang pasar minyak global mengingat Iran merupakan produsen minyak mentah terbesar ketiga di antara negara-negara anggota OPEC.

Kondisi semakin mengkhawatirkan karena potensi pembalasan dari Iran bisa berdampak besar pada logistik minyak dunia.

Salah satu kekhawatiran utama adalah kemungkinan ditutupnya Selat Hormuz jalur strategis yang dilalui sekitar 20 persen pasokan minyak mentah global.

“Ketegangan geopolitik yang meningkat saat ini menjadi katalis utama bagi lonjakan harga Brent, bahkan berpotensi menembus kisaran USD 100 hingga USD 120 per barel,” ungkap Sugandha Sachdeva, pendiri firma riset SS WealthStreet yang berbasis di New Delhi.

Baca Juga :  Wacana Peralihan Subsidi, Diprediksi Berimbas Kenaikan Pertalite dan Solar

Senada dengan itu, bank investasi Goldman Sachs dalam laporannya memperkirakan bahwa Brent bisa mencapai puncaknya di level USD 110 per barel.

Terutama jika eskalasi konflik terus berlanjut. Sejak memanasnya konflik pada 13 Juni lalu, harga Brent telah naik sekitar 13 persen, sementara WTI naik 10 persen.

Meski Iran sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk ekspor minyaknya yang menjadi sumber utama pendapatan negara penutupan jalur tersebut justru dapat menjadi bumerang.

“Jika penutupan berlangsung lama, dampaknya akan sangat merugikan ekonomi Iran sendiri. Ini ibarat pedang bermata dua,” tambah Sachdeva. (*/him/jpg)

PROKALTENG.CO-Harga minyak mentah dunia kembali melonjak ke level tertinggi dalam lima bulan terakhir.

Kenaikan ini dipicu oleh ketegangan geopolitik yang meningkat setelah Amerika Serikat mendukung Israel dalam serangan terhadap fasilitas nuklir utama milik Iran.

Kondisi tersebut memunculkan kekhawatiran akan terganggunya pasokan energi global.

Mengutip laporan Reuters, harga minyak mentah Brent naik sebesar 72 sen atau 0,93 persen menjadi USD 77,73 per barel.

Sementara itu, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) dari AS turut naik 71 sen atau 0,96 persen ke posisi USD 74,55 per barel.

Bahkan, dalam sesi perdagangan sebelumnya, kedua kontrak sempat melonjak lebih dari 3 persen menyentuh USD 81,40 untuk Brent dan USD 78,40 untuk WTI tertinggi sejak lima bulan terakhir.

Baca Juga :  dr Gande Putu Gina: Waspada Serangan Asma Berat

Peningkatan harga tersebut terjadi setelah pernyataan mantan Presiden AS Donald Trump yang mengklaim telah “menghancurkan” salah satu situs nuklir utama Iran dalam serangan yang terjadi akhir pekan lalu.

Serangan itu menandai keterlibatan langsung AS dalam eskalasi konflik di Timur Tengah, yang turut mengguncang pasar minyak global mengingat Iran merupakan produsen minyak mentah terbesar ketiga di antara negara-negara anggota OPEC.

Kondisi semakin mengkhawatirkan karena potensi pembalasan dari Iran bisa berdampak besar pada logistik minyak dunia.

Salah satu kekhawatiran utama adalah kemungkinan ditutupnya Selat Hormuz jalur strategis yang dilalui sekitar 20 persen pasokan minyak mentah global.

“Ketegangan geopolitik yang meningkat saat ini menjadi katalis utama bagi lonjakan harga Brent, bahkan berpotensi menembus kisaran USD 100 hingga USD 120 per barel,” ungkap Sugandha Sachdeva, pendiri firma riset SS WealthStreet yang berbasis di New Delhi.

Baca Juga :  Wacana Peralihan Subsidi, Diprediksi Berimbas Kenaikan Pertalite dan Solar

Senada dengan itu, bank investasi Goldman Sachs dalam laporannya memperkirakan bahwa Brent bisa mencapai puncaknya di level USD 110 per barel.

Terutama jika eskalasi konflik terus berlanjut. Sejak memanasnya konflik pada 13 Juni lalu, harga Brent telah naik sekitar 13 persen, sementara WTI naik 10 persen.

Meski Iran sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk ekspor minyaknya yang menjadi sumber utama pendapatan negara penutupan jalur tersebut justru dapat menjadi bumerang.

“Jika penutupan berlangsung lama, dampaknya akan sangat merugikan ekonomi Iran sendiri. Ini ibarat pedang bermata dua,” tambah Sachdeva. (*/him/jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/