BOGOR – Limbah rumah tangga seperti minyak jelantah kini tak lagi dibuang percuma. Lewat program BRI Peduli Yok Kita Gas, warga Bogor justru bisa mengubahnya jadi peluang usaha baru.
Melalui pelatihan pengolahan minyak jelantah di Bank Sampah Azalea, Kelurahan Babakan, Bogor Tengah, peserta diajak mengolah limbah dapur itu menjadi sabun cuci tangan dan cuci piring yang bernilai ekonomi.
Program tanggung jawab sosial lingkungan (CSR) BRI ini menjadi bukti nyata bahwa sampah bisa disulap jadi berkah. Tak hanya menekan pencemaran, inisiatif ini juga membuka peluang pemberdayaan ekonomi masyarakat, khususnya bagi ibu rumah tangga dan pelaku UMKM yang ingin memulai usaha ramah lingkungan.
Kegiatan pelatihan yang digelar di Bank Sampah Azalea melibatkan anggota PKK dan para pengurus bank sampah. Mereka tidak hanya menerima materi, tetapi juga praktik langsung membuat sabun dari minyak bekas pakai. Produk hasil olahan ini nantinya bisa digunakan sendiri atau dijual kembali untuk menambah penghasilan.
Corporate Secretary BRI Dhanny mengatakan, pelatihan ini merupakan bagian dari upaya BRI mengedukasi masyarakat agar lebih kreatif dan bijak dalam mengelola limbah rumah tangga.
“Minyak jelantah sering dianggap tidak berguna, padahal kalau diolah bisa punya nilai tambah. Dengan cara ini, kami ingin masyarakat memahami bahwa menjaga lingkungan juga bisa menghasilkan cuan,” ujar Dhanny.
Menurutnya, kegiatan ini sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular, di mana limbah tidak dibuang, tetapi diolah kembali menjadi produk yang bermanfaat.
“Selain mengurangi pencemaran, kami juga ingin menumbuhkan semangat wirausaha di kalangan ibu rumah tangga. Produk sabun ini bisa menjadi usaha kecil yang berkelanjutan dan ramah lingkungan,” imbuhnya.
Sementara itu, pengurus Bank Sampah Azalea, Endah Diana, mengaku pelatihan dari BRI Peduli memberikan manfaat besar bagi warga.
“Selama ini kami hanya menjual minyak jelantah ke bank sampah induk. Sekarang kami bisa olah sendiri jadi sabun untuk dipakai atau dijual. Keuntungannya lumayan, dan warga jadi makin sadar pentingnya menjaga lingkungan,” tuturnya.
Program BRI Peduli Yok Kita Gas bukan hal baru. Sejak diluncurkan pada 2021, program ini sudah berjalan di 41 lokasi di seluruh Indonesia, mencakup pasar tradisional dan lingkungan masyarakat padat penduduk. Total sudah ada 38 bank sampah yang terlibat dengan tabungan mencapai Rp1,79 miliar.
Selain menggerakkan ekonomi lokal, program ini juga berdampak besar terhadap lingkungan. Data BRI mencatat, total sampah organik yang terserap mencapai 108.860 kg dan anorganik 88.449 kg, dengan potensi reduksi emisi gas metan dan karbon dioksida mencapai jutaan kilogram per tahun.
“BRI Peduli Yok Kita Gas bukan cuma soal lingkungan bersih, tapi juga soal nilai sosial dan ekonomi. Kolaborasi masyarakat jadi kunci agar pengelolaan limbah bisa berkelanjutan,” tutup Dhanny.
Langkah nyata BRI ini menunjukkan bahwa kepedulian terhadap lingkungan bisa berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dari dapur hingga dompet, minyak jelantah kini benar-benar jadi berkah. ***