25.8 C
Jakarta
Wednesday, December 31, 2025

Dari Modal 10 Meter Kain, Batik Canting Asasi Tembus Pasar Ekspor Berkat BRI

PADANG – Pandemi Covid-19 yang dulu memukul ekonomi justru menjadi titik balik bagi Rita Nova Omala. Pengrajin batik asal Padang Panjang, Sumatera Barat, itu bangkit dan melahirkan Batik Canting Asasi, UMKM batik lokal yang kini dikenal luas hingga menembus pasar nasional dan luar negeri. Dukungan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk melalui Rumah BUMN BRI Padang Panjang menjadi kunci penting di balik pertumbuhan usaha tersebut.

Lewat pendampingan UMKM yang berkelanjutan, BRI membantu Batik Canting Asasi berkembang dari usaha rumahan bermodal minim menjadi produk batik ramah lingkungan yang diminati pasar. Mulai dari pelatihan bisnis, promosi digital, fasilitasi pameran, hingga perluasan akses pasar, semuanya dijalani Rita bersama BRI sejak awal merintis usaha.

Rita mengawali Batik Canting Asasi pada November 2021 dengan kondisi serba terbatas. Modalnya hanya kain sepanjang 10 meter yang diolah menjadi tiga potong baju. Dari hasil penjualan itulah modal terus diputar hingga produksi meningkat. Promosi lewat media sosial seperti TikTok dan Instagram, ditambah keikutsertaan dalam berbagai pameran, membuat nama Batik Canting Asasi kian dikenal.

Nama Canting Asasi diambil dari Masjid Asasi, masjid tertua di Padang Panjang yang berada di Kelurahan Sigando, lokasi tempat tinggal Rita. Nilai sejarah dan religius masjid tersebut kemudian dituangkan dalam desain serta filosofi setiap motif batik yang dihasilkan.

Baca Juga :  Ditopang Dana Murah, Penghimpunan Simpanan BRI Tumbuh 11,61% di Triwulan II 2024

Keunikan Batik Canting Asasi terletak pada proses produksinya. Sanggar ini menggunakan pewarna alami dengan karakter warna lembut dan klasik. Bahan pewarna berasal dari limbah alam seperti kulit jengkol dan biji pinang sehingga lebih ramah lingkungan dan tahan lama.

“Kami pakai pewarna alami. Selain ramah lingkungan, warnanya juga lebih awet dan punya ciri khas sendiri,” ujar Rita.

Saat ini Batik Canting Asasi memiliki sejumlah motif unggulan, seperti Asasi, Barara, dan Panen. Motif Asasi menjadi favorit karena merepresentasikan nilai budaya dan religi masyarakat Padang Panjang. Produknya pun tak hanya berupa kain batik, tetapi juga pakaian jadi seperti jaket, blazer, hingga setelan resmi yang digunakan berbagai kalangan, termasuk pejabat daerah.

Electronic money exchangers listing

Lebih dari sekadar usaha kreatif, Batik Canting Asasi juga menjadi ruang pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar. Awalnya hanya melibatkan empat orang, kini sanggar tersebut mempekerjakan 15 pengrajin, mayoritas perempuan dan lansia.

“Ada yang melukis, mencap, mewarnai, sampai membuat jambul selendang. Untuk jambul, kami libatkan lansia. Usianya beragam, dari 18 tahun sampai 60 tahun,” tutur Rita.

Peran BRI terasa kuat dalam perjalanan usaha ini. Melalui Rumah BUMN BRI Padang Panjang, Rita mendapat berbagai pelatihan, pendampingan intensif, hingga kesempatan tampil di pameran berskala nasional, termasuk BRI UMKM EXPO(RT) 2025 di BSD, Tangerang.

Baca Juga :  Asuransi Proteksi Jiwa Terencana Plus (KIRANA PLUS): Inovasi Terbaru Sinergi dari BRI dan BRI Life

“BRI selalu mendampingi. Saat pameran, ada staf BRI yang datang dan memastikan kebutuhan kami terpenuhi. Kami juga pernah dipercaya menjadi narasumber pelatihan, bahkan sekarang ada penyandang disabilitas yang bekerja di sanggar kami,” katanya.

BRI juga membantu penyusunan e-katalog produk agar Batik Canting Asasi lebih mudah menjangkau pasar digital. Langkah ini membuka peluang baru hingga produk batik tersebut mulai dipesan konsumen luar negeri.

“Memang belum banyak, sekitar 5 sampai 10 potong, tapi kami bangga karena bisa kirim langsung ke Jepang, Singapura, Malaysia, sampai Arab Saudi tanpa perantara. Semua berkat promosi digital dan dukungan BRI,” ujar Rita.

Direktur Micro BRI Akhmad Purwakajaya mengatakan, Rumah BUMN BRI hadir sebagai ruang kolaborasi bagi pelaku UMKM untuk meningkatkan kapasitas usaha, memperluas jejaring, dan memperkuat daya saing.

“Program pembinaan UMKM ini merupakan bagian dari komitmen BRI dalam mendorong ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” kata Akhmad.

Hingga kini, BRI telah membina 54 Rumah BUMN di berbagai daerah dan menggelar lebih dari 17 ribu pelatihan bagi pelaku UMKM. Hasilnya, banyak usaha yang awalnya hanya bermain di pasar lokal kini mampu naik kelas, masuk ekosistem digital, bahkan menembus pasar ekspor.

“Pendampingan yang konsisten dan akses ke ekosistem digital terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan pelaku UMKM,” pungkasnya.***

PADANG – Pandemi Covid-19 yang dulu memukul ekonomi justru menjadi titik balik bagi Rita Nova Omala. Pengrajin batik asal Padang Panjang, Sumatera Barat, itu bangkit dan melahirkan Batik Canting Asasi, UMKM batik lokal yang kini dikenal luas hingga menembus pasar nasional dan luar negeri. Dukungan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk melalui Rumah BUMN BRI Padang Panjang menjadi kunci penting di balik pertumbuhan usaha tersebut.

Lewat pendampingan UMKM yang berkelanjutan, BRI membantu Batik Canting Asasi berkembang dari usaha rumahan bermodal minim menjadi produk batik ramah lingkungan yang diminati pasar. Mulai dari pelatihan bisnis, promosi digital, fasilitasi pameran, hingga perluasan akses pasar, semuanya dijalani Rita bersama BRI sejak awal merintis usaha.

Rita mengawali Batik Canting Asasi pada November 2021 dengan kondisi serba terbatas. Modalnya hanya kain sepanjang 10 meter yang diolah menjadi tiga potong baju. Dari hasil penjualan itulah modal terus diputar hingga produksi meningkat. Promosi lewat media sosial seperti TikTok dan Instagram, ditambah keikutsertaan dalam berbagai pameran, membuat nama Batik Canting Asasi kian dikenal.

Electronic money exchangers listing

Nama Canting Asasi diambil dari Masjid Asasi, masjid tertua di Padang Panjang yang berada di Kelurahan Sigando, lokasi tempat tinggal Rita. Nilai sejarah dan religius masjid tersebut kemudian dituangkan dalam desain serta filosofi setiap motif batik yang dihasilkan.

Baca Juga :  Ditopang Dana Murah, Penghimpunan Simpanan BRI Tumbuh 11,61% di Triwulan II 2024

Keunikan Batik Canting Asasi terletak pada proses produksinya. Sanggar ini menggunakan pewarna alami dengan karakter warna lembut dan klasik. Bahan pewarna berasal dari limbah alam seperti kulit jengkol dan biji pinang sehingga lebih ramah lingkungan dan tahan lama.

“Kami pakai pewarna alami. Selain ramah lingkungan, warnanya juga lebih awet dan punya ciri khas sendiri,” ujar Rita.

Saat ini Batik Canting Asasi memiliki sejumlah motif unggulan, seperti Asasi, Barara, dan Panen. Motif Asasi menjadi favorit karena merepresentasikan nilai budaya dan religi masyarakat Padang Panjang. Produknya pun tak hanya berupa kain batik, tetapi juga pakaian jadi seperti jaket, blazer, hingga setelan resmi yang digunakan berbagai kalangan, termasuk pejabat daerah.

Lebih dari sekadar usaha kreatif, Batik Canting Asasi juga menjadi ruang pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar. Awalnya hanya melibatkan empat orang, kini sanggar tersebut mempekerjakan 15 pengrajin, mayoritas perempuan dan lansia.

“Ada yang melukis, mencap, mewarnai, sampai membuat jambul selendang. Untuk jambul, kami libatkan lansia. Usianya beragam, dari 18 tahun sampai 60 tahun,” tutur Rita.

Peran BRI terasa kuat dalam perjalanan usaha ini. Melalui Rumah BUMN BRI Padang Panjang, Rita mendapat berbagai pelatihan, pendampingan intensif, hingga kesempatan tampil di pameran berskala nasional, termasuk BRI UMKM EXPO(RT) 2025 di BSD, Tangerang.

Baca Juga :  Asuransi Proteksi Jiwa Terencana Plus (KIRANA PLUS): Inovasi Terbaru Sinergi dari BRI dan BRI Life

“BRI selalu mendampingi. Saat pameran, ada staf BRI yang datang dan memastikan kebutuhan kami terpenuhi. Kami juga pernah dipercaya menjadi narasumber pelatihan, bahkan sekarang ada penyandang disabilitas yang bekerja di sanggar kami,” katanya.

BRI juga membantu penyusunan e-katalog produk agar Batik Canting Asasi lebih mudah menjangkau pasar digital. Langkah ini membuka peluang baru hingga produk batik tersebut mulai dipesan konsumen luar negeri.

“Memang belum banyak, sekitar 5 sampai 10 potong, tapi kami bangga karena bisa kirim langsung ke Jepang, Singapura, Malaysia, sampai Arab Saudi tanpa perantara. Semua berkat promosi digital dan dukungan BRI,” ujar Rita.

Direktur Micro BRI Akhmad Purwakajaya mengatakan, Rumah BUMN BRI hadir sebagai ruang kolaborasi bagi pelaku UMKM untuk meningkatkan kapasitas usaha, memperluas jejaring, dan memperkuat daya saing.

“Program pembinaan UMKM ini merupakan bagian dari komitmen BRI dalam mendorong ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” kata Akhmad.

Hingga kini, BRI telah membina 54 Rumah BUMN di berbagai daerah dan menggelar lebih dari 17 ribu pelatihan bagi pelaku UMKM. Hasilnya, banyak usaha yang awalnya hanya bermain di pasar lokal kini mampu naik kelas, masuk ekosistem digital, bahkan menembus pasar ekspor.

“Pendampingan yang konsisten dan akses ke ekosistem digital terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan pelaku UMKM,” pungkasnya.***

Terpopuler

Artikel Terbaru