27.1 C
Jakarta
Tuesday, April 8, 2025

Bitcoin Hari Ini: Harga Anjlok di Bawah Rp 1,3 Miliar, Pasar Kripto Rontok Rp 2.624 Triliun

GEJOLAK besar mengguncang pasar kripto akhir pekan ini. Bitcoin (BTC) yang sempat bertahan di atas level USD 84.000 atau setara Rp 1,37 miliar, akhirnya tumbang ke bawah USD 80.000 pada Minggu (6/4) waktu Amerika Serikat, atau Senin (7/4) WIB, memicu aksi jual masif di seluruh pasar aset digital.

Harga Bitcoin sempat menyentuh titik terendah intraday di USD 78.639 atau sekitar Rp 1,29 miliar, dan terakhir tercatat berada di USD 78.770 atau sekitar Rp 1,29 miliar pada pukul 05.00 sore waktu AS, menurut data Bitcoinist.

Selama 24 jam terakhir, BTC merosot 4,3 persen terhadap Dolar AS, dan mencatat penurunan 9,3 persen dalam sebulan terakhir.

Penurunan ini tidak berdiri sendiri. Ethereum (ETH) ambles 10,5 persen, XRP kehilangan 6,6 persen, dan BNB terpangkas 5,8 persen. Altcoin populer lainnya seperti Solana (SOL) dan Dogecoin (DOGE) masing-masing longsor 9,5 persen dalam sehari.

Baca Juga :  Pasar Rakyat Kalampangan Bakal Dioperasionalkan

Akibatnya, nilai pasar kripto global kehilangan lebih dari USD 160 miliar, setara Rp 2.624 triliun, hanya dalam waktu tiga hari sejak Jumat. Mayoritas kerugian ini terjadi pada Minggu malam waktu setempat.

Tekanan jual yang luar biasa juga merambat ke pasar derivatif. Pada pukul 13.45 waktu AS, total likuidasi tercatat USD 252,79 juta. Namun hanya dalam kurang dari tiga jam, angkanya melonjak drastis menjadi USD 603,08 juta atau sekitar Rp 9,88 triliun.

Dari jumlah itu, USD 165 juta merupakan posisi long Bitcoin yang terpaksa dilikuidasi, diikuti oleh USD 148 juta posisi long Ethereum.

Kondisi ini mengungkap rapuhnya posisi leverage yang tersebar luas di pasar kripto saat ini. Penurunan harga BTC ke bawah USD 80.000 tak hanya menghapus keuntungan spekulatif, tetapi juga menguji ulang keyakinan para investor yang terlalu agresif dalam memasang posisi.

Baca Juga :  Berlaku hingga 3 Januari 2025, Garuda Indonesia Turunkan Harga Tiket Mulai 19 Desember

Peristiwa ini menunjukkan bahwa pasar kripto masih sangat rentan terhadap tekanan eksternal, terutama di tengah ketidakpastian makroekonomi global yang disebabkan oleh kebijakan tarif Presiden Donald Trump.

Jika tekanan ini berlanjut, investor perlu menata ulang strategi mereka, terutama dalam menghadapi volatilitas tinggi dan kecenderungan pasar yang semakin bearish. (jpc)

 

GEJOLAK besar mengguncang pasar kripto akhir pekan ini. Bitcoin (BTC) yang sempat bertahan di atas level USD 84.000 atau setara Rp 1,37 miliar, akhirnya tumbang ke bawah USD 80.000 pada Minggu (6/4) waktu Amerika Serikat, atau Senin (7/4) WIB, memicu aksi jual masif di seluruh pasar aset digital.

Harga Bitcoin sempat menyentuh titik terendah intraday di USD 78.639 atau sekitar Rp 1,29 miliar, dan terakhir tercatat berada di USD 78.770 atau sekitar Rp 1,29 miliar pada pukul 05.00 sore waktu AS, menurut data Bitcoinist.

Selama 24 jam terakhir, BTC merosot 4,3 persen terhadap Dolar AS, dan mencatat penurunan 9,3 persen dalam sebulan terakhir.

Penurunan ini tidak berdiri sendiri. Ethereum (ETH) ambles 10,5 persen, XRP kehilangan 6,6 persen, dan BNB terpangkas 5,8 persen. Altcoin populer lainnya seperti Solana (SOL) dan Dogecoin (DOGE) masing-masing longsor 9,5 persen dalam sehari.

Baca Juga :  Pasar Rakyat Kalampangan Bakal Dioperasionalkan

Akibatnya, nilai pasar kripto global kehilangan lebih dari USD 160 miliar, setara Rp 2.624 triliun, hanya dalam waktu tiga hari sejak Jumat. Mayoritas kerugian ini terjadi pada Minggu malam waktu setempat.

Tekanan jual yang luar biasa juga merambat ke pasar derivatif. Pada pukul 13.45 waktu AS, total likuidasi tercatat USD 252,79 juta. Namun hanya dalam kurang dari tiga jam, angkanya melonjak drastis menjadi USD 603,08 juta atau sekitar Rp 9,88 triliun.

Dari jumlah itu, USD 165 juta merupakan posisi long Bitcoin yang terpaksa dilikuidasi, diikuti oleh USD 148 juta posisi long Ethereum.

Kondisi ini mengungkap rapuhnya posisi leverage yang tersebar luas di pasar kripto saat ini. Penurunan harga BTC ke bawah USD 80.000 tak hanya menghapus keuntungan spekulatif, tetapi juga menguji ulang keyakinan para investor yang terlalu agresif dalam memasang posisi.

Baca Juga :  Berlaku hingga 3 Januari 2025, Garuda Indonesia Turunkan Harga Tiket Mulai 19 Desember

Peristiwa ini menunjukkan bahwa pasar kripto masih sangat rentan terhadap tekanan eksternal, terutama di tengah ketidakpastian makroekonomi global yang disebabkan oleh kebijakan tarif Presiden Donald Trump.

Jika tekanan ini berlanjut, investor perlu menata ulang strategi mereka, terutama dalam menghadapi volatilitas tinggi dan kecenderungan pasar yang semakin bearish. (jpc)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru

/