31.8 C
Jakarta
Tuesday, May 6, 2025

Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat Tipis Rp 16.449 per Dolar AS

PROKALTENG.CO-Nilai tukar atau kurs rupiah menguat tipis 6 poin di level Rp 16.449 per dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan akhir perdagangan Selasa (6/5). Sebelumnya, rupiah sempat melemah 40 poin di level Rp 16.455 per dolar AS.

Pengamat Mata Uang, Ibrahim Assuaibi membeberkan penguatan rupiah ini seiring dengan terjadinya perlemahan dolar Amerika Serikat (AS) yang dipicu pernyataan dari Menteri Keuangan AS Scott Bessent yang mengatakan bahwa agenda tarif, pemotongan pajak, dan deregulasi Presiden Donald Trump akan bekerja sama untuk mendorong investasi jangka panjang dalam ekonomi AS.

Selain itu, ia mengharapkan adanya kemajuan dalam perundingan perdagangan AS-Tiongkok dalam beberapa minggu mendatang. Sehari sebelumnya, Trump mengatakan AS tengah mengadakan perundingan perdagangan dengan beberapa negara, termasuk Tiongkok yang bertujuan untuk mengamankan kesepakatan adil dengan Beijing.

“Hal ini terjadi setelah pernyataan Tiongkok minggu lalu bahwa mereka sedang mengevaluasi kemungkinan perundingan perdagangan dengan AS, dengan mengatakan bahwa setiap dialog harus didasarkan pada ketulusan dan penghapusan tarif sepihak,” jelas Ibrahim dalam keterangannya, Selasa (6/5).

Baca Juga :  Kaleidoskop 2024: Kurs Rupiah, Emas, dan Saham Kompak Fluktuatif

Lebih lanjut, dia membeberkan bahwa Bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga karena para pembuat kebijakan telah mengindikasikan pendekatan wait and see di tengah kekhawatiran tarif. Adapun fokus akan tertuju pada komentar dari Ketua Fed Jerome Powell untuk wawasan tentang jalur suku bunga Fed di masa mendatang.

“Investor sekarang menunggu data neraca perdagangan dan inflasi indeks harga konsumen negara itu, yang dijadwalkan untuk dirilis pada hari Jumat mendatang,” bebernya.

Sementara itu, penguatan rupiah juga dipengaruhi oleh pasar yang optimis bahwa konsumsi atau belanja pemerintah akan terus dipercepat dan mitigasi dampak ketidakpastian terus dilakukan. Itu dilakukan usai ekonomi RI tercatat 4,87 persen secara tahunan pada kuartal I 2025.

Baca Juga :  Prabowo Instruksikan Hemat Anggaran dan Perangi Kebocoran APBN 2025!

Di sisi lain, Pemerintah terus memperluas cakupan implementasi program prioritas bernilai tambah lebih tinggi seperti Makan Bergizi Gratis (MBG). Kemudian didorong oleh pemerintah yang berencana menambah dukungan untuk sektor perumahan melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) menjadi lebih tinggi dari sebelumnya 220.000.

Adapun, belanja pemerintah memang sempat tertahan akibat efisiensi dan realokasi anggaran yang dilakukan pada awal tahun. Alhasil, belanja K/L tertahan sejak Januari hingga Sri Mulyani membuka blokir anggarannya pada Maret 2025.

Pada kuartal I-2025, seluruh komponen pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tumbuh positif kecuali konsumsi pemerintah yang kontraksi 1,38 persen secara tahunan atau year on year (YoY).  “Sementara dalam menghadapi ketidakpastian global yang berdampak pada ekonomi domestik, perlu dilakukan pemantauan secara berkala dan upaya mitigasi dampak ketidakpastian,” pungkasnya. (jpg)

PROKALTENG.CO-Nilai tukar atau kurs rupiah menguat tipis 6 poin di level Rp 16.449 per dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan akhir perdagangan Selasa (6/5). Sebelumnya, rupiah sempat melemah 40 poin di level Rp 16.455 per dolar AS.

Pengamat Mata Uang, Ibrahim Assuaibi membeberkan penguatan rupiah ini seiring dengan terjadinya perlemahan dolar Amerika Serikat (AS) yang dipicu pernyataan dari Menteri Keuangan AS Scott Bessent yang mengatakan bahwa agenda tarif, pemotongan pajak, dan deregulasi Presiden Donald Trump akan bekerja sama untuk mendorong investasi jangka panjang dalam ekonomi AS.

Selain itu, ia mengharapkan adanya kemajuan dalam perundingan perdagangan AS-Tiongkok dalam beberapa minggu mendatang. Sehari sebelumnya, Trump mengatakan AS tengah mengadakan perundingan perdagangan dengan beberapa negara, termasuk Tiongkok yang bertujuan untuk mengamankan kesepakatan adil dengan Beijing.

“Hal ini terjadi setelah pernyataan Tiongkok minggu lalu bahwa mereka sedang mengevaluasi kemungkinan perundingan perdagangan dengan AS, dengan mengatakan bahwa setiap dialog harus didasarkan pada ketulusan dan penghapusan tarif sepihak,” jelas Ibrahim dalam keterangannya, Selasa (6/5).

Baca Juga :  Kaleidoskop 2024: Kurs Rupiah, Emas, dan Saham Kompak Fluktuatif

Lebih lanjut, dia membeberkan bahwa Bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga karena para pembuat kebijakan telah mengindikasikan pendekatan wait and see di tengah kekhawatiran tarif. Adapun fokus akan tertuju pada komentar dari Ketua Fed Jerome Powell untuk wawasan tentang jalur suku bunga Fed di masa mendatang.

“Investor sekarang menunggu data neraca perdagangan dan inflasi indeks harga konsumen negara itu, yang dijadwalkan untuk dirilis pada hari Jumat mendatang,” bebernya.

Sementara itu, penguatan rupiah juga dipengaruhi oleh pasar yang optimis bahwa konsumsi atau belanja pemerintah akan terus dipercepat dan mitigasi dampak ketidakpastian terus dilakukan. Itu dilakukan usai ekonomi RI tercatat 4,87 persen secara tahunan pada kuartal I 2025.

Baca Juga :  Prabowo Instruksikan Hemat Anggaran dan Perangi Kebocoran APBN 2025!

Di sisi lain, Pemerintah terus memperluas cakupan implementasi program prioritas bernilai tambah lebih tinggi seperti Makan Bergizi Gratis (MBG). Kemudian didorong oleh pemerintah yang berencana menambah dukungan untuk sektor perumahan melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) menjadi lebih tinggi dari sebelumnya 220.000.

Adapun, belanja pemerintah memang sempat tertahan akibat efisiensi dan realokasi anggaran yang dilakukan pada awal tahun. Alhasil, belanja K/L tertahan sejak Januari hingga Sri Mulyani membuka blokir anggarannya pada Maret 2025.

Pada kuartal I-2025, seluruh komponen pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tumbuh positif kecuali konsumsi pemerintah yang kontraksi 1,38 persen secara tahunan atau year on year (YoY).  “Sementara dalam menghadapi ketidakpastian global yang berdampak pada ekonomi domestik, perlu dilakukan pemantauan secara berkala dan upaya mitigasi dampak ketidakpastian,” pungkasnya. (jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/