31.3 C
Jakarta
Friday, June 6, 2025

Rupiah Menguat Tipis, Kebijakan Tak Pasti Trump Berdampak Pada Dolar AS

PROKALTENG.CO-Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu (4/6/2025) dipengaruhi oleh dinamika global, khususnya ketidakpastian kebijakan tarif dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, menjelaskan bahwa tren pelemahan indeks dolar AS menjadi salah satu faktor yang mendorong penguatan mata uang Garuda.

“Pada penutupan pasar sore ini, rupiah menguat dampak dari tren pelemahan index dolar AS seiring dengan ketidakpastian kebijakan tarif Presiden Trump,” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.

Mengutip laporan Anadolu Agency, pemerintahan Trump telah mengajukan permohonan ke Pengadilan Banding AS untuk membatalkan putusan sebelumnya yang menyatakan bahwa kebijakan tarif AS melanggar hukum. Pihak Gedung Putih menyebut putusan tersebut dapat membahayakan jalannya negosiasi perdagangan internasional.

Baca Juga :  Produsen Keripik Kulit Ikan “Rafins Snack” Mendunia, Berkat KUR BRI dan Rajin Ikut Pameran

Putusan tersebut juga dinilai melemahkan otoritas Presiden dalam menetapkan arah kebijakan dan berisiko mengganggu hubungan diplomatik yang tengah dibangun.

Dalam konteks tarif lainnya, Amerika Serikat juga masih terlibat perselisihan dagang dengan China. Kedua negara saling menuduh telah melanggar kesepakatan perdagangan yang dibuat di Jenewa, Swiss, pada 12 Mei. Dalam perjanjian tersebut, kedua pihak sepakat untuk menangguhkan sebagian besar tarif selama 90 hari terhitung sejak awal April.

Namun, dengan kembali memanasnya tensi perdagangan, kekhawatiran pun mencuat bahwa kesepakatan jangka panjang antara AS dan China sulit tercapai dalam waktu dekat.

Merespons situasi ini, Juru Bicara Kedutaan Besar China di Washington, Liu Pengyu, menyampaikan protes resmi kepada pemerintah AS.

“Pihaknya mendesak AS segera memperbaiki tindakan yang keliru, menghentikan pembatasan diskriminatif terhadap China, dan menegakkan konsensus yang dicapai pada pembicaraan tingkat tinggi di Jenewa,” tegas Liu.

Baca Juga :  Kaleidoskop 2024: Kurs Rupiah, Emas, dan Saham Kompak Fluktuatif

Dari sisi domestik, Rully Nova menyoroti kondisi pasar keuangan nasional yang masih dibayangi volatilitas.

“Sementara dari domestik, pasar keuangan masih volatile yang dipengaruhi oleh data surplus perdagangan Indonesia yang terus menipis,” ucap Rully.

Pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah tercatat menguat sebesar 14 poin atau 0,09 persen ke level Rp16.295 per dolar AS dari posisi sebelumnya di Rp16.309 per dolar AS.

Namun, di sisi lain, Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia justru melemah ke level Rp16.305 dari sebelumnya Rp16.288 per dolar AS. (*/ant)

 

PROKALTENG.CO-Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu (4/6/2025) dipengaruhi oleh dinamika global, khususnya ketidakpastian kebijakan tarif dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, menjelaskan bahwa tren pelemahan indeks dolar AS menjadi salah satu faktor yang mendorong penguatan mata uang Garuda.

“Pada penutupan pasar sore ini, rupiah menguat dampak dari tren pelemahan index dolar AS seiring dengan ketidakpastian kebijakan tarif Presiden Trump,” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.

Mengutip laporan Anadolu Agency, pemerintahan Trump telah mengajukan permohonan ke Pengadilan Banding AS untuk membatalkan putusan sebelumnya yang menyatakan bahwa kebijakan tarif AS melanggar hukum. Pihak Gedung Putih menyebut putusan tersebut dapat membahayakan jalannya negosiasi perdagangan internasional.

Baca Juga :  Produsen Keripik Kulit Ikan “Rafins Snack” Mendunia, Berkat KUR BRI dan Rajin Ikut Pameran

Putusan tersebut juga dinilai melemahkan otoritas Presiden dalam menetapkan arah kebijakan dan berisiko mengganggu hubungan diplomatik yang tengah dibangun.

Dalam konteks tarif lainnya, Amerika Serikat juga masih terlibat perselisihan dagang dengan China. Kedua negara saling menuduh telah melanggar kesepakatan perdagangan yang dibuat di Jenewa, Swiss, pada 12 Mei. Dalam perjanjian tersebut, kedua pihak sepakat untuk menangguhkan sebagian besar tarif selama 90 hari terhitung sejak awal April.

Namun, dengan kembali memanasnya tensi perdagangan, kekhawatiran pun mencuat bahwa kesepakatan jangka panjang antara AS dan China sulit tercapai dalam waktu dekat.

Merespons situasi ini, Juru Bicara Kedutaan Besar China di Washington, Liu Pengyu, menyampaikan protes resmi kepada pemerintah AS.

“Pihaknya mendesak AS segera memperbaiki tindakan yang keliru, menghentikan pembatasan diskriminatif terhadap China, dan menegakkan konsensus yang dicapai pada pembicaraan tingkat tinggi di Jenewa,” tegas Liu.

Baca Juga :  Kaleidoskop 2024: Kurs Rupiah, Emas, dan Saham Kompak Fluktuatif

Dari sisi domestik, Rully Nova menyoroti kondisi pasar keuangan nasional yang masih dibayangi volatilitas.

“Sementara dari domestik, pasar keuangan masih volatile yang dipengaruhi oleh data surplus perdagangan Indonesia yang terus menipis,” ucap Rully.

Pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah tercatat menguat sebesar 14 poin atau 0,09 persen ke level Rp16.295 per dolar AS dari posisi sebelumnya di Rp16.309 per dolar AS.

Namun, di sisi lain, Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia justru melemah ke level Rp16.305 dari sebelumnya Rp16.288 per dolar AS. (*/ant)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru