PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO-Umat muslim di seluruh dunia saat ini tengah menjalani ibadah puasa. Dalam menjalani proses ibadah puasa di bulan suci Ramadan itu, masyarakat juga dianjurkan untuk melakukan amalan-amalan sunah yang dapat menambah pahala ibadah Ramadan. Nilai dasar yang dikemukakan dalam puasa adalah menahan nafsu
Pendakwah Ustaz HM Al-Ghifari menyampaikan, secara harafiah, puasa berarti bertahan. Secara syar’i, puasa adalah menahan diri dari makan dan minum serta tidak melakukan hubungan suami istri sejak fajar hingga tenggelamnya matahari. Terdapat tiga tingkatan dalam berpuasa. Yakni puasa awam, puasa khawas, dan puasa khawasul khawas.
“Puasa awam itu adalah puasa yang orang itu hanya tidak makan dan tidak minum di siang hari dan tidak melakukan hubungan suami istri, itu dinamakan puasa awam,” ucap Ustaz HM Al-Ghifari kepada Kalteng Pos (Grup prokalteng.co), Senin petang (11/3).
Kemudian puasa tingkat kedua dinamai puasa khawas. Pada tingkat ini, selain tidak makan dan minum serta tidak melakukan hubungan suami istri, seseorang juga harus menahan anggota tubuhnya untuk tidak melakukan sesuatu yang diharamkan oleh Allah Swt. Mata, mulut, telinga, hidung, perut, dan seluruh anggota tubuh lain mesti dihindari dari segala sesuatu yang diharamkan Allah Swt.
“Kenapa, karena banyak orang yang berpuasa tapi puasanya sebatas menahan haus dan lapar, sementara matanya masih memandang yang haram, telinganya masih mendengar yang haram, dan mulutnya masih berkata yang haram,” jelasnya.
Selanjutnya adalah tingkat puasa paling tinggi, yakni puasa khawasul khawas. Puasa ini dilakukan oleh para nabi, para rasul, dan orang-orang saleh. Selain mereka menahan makan dan minum serta anggota tubuh dari sesuatu yang diharamkan Allah Swt, juga menjaga hati agar selalu ingat terhadap Allah Swt.
“Agar puasa kita meningkat, minimal dari puasa awam ke puasa khawas, maka syarat yang pertama harus punya niat yang benar dalam berpuasa, yakni ikhlas dan ingin mendekatkan diri kepada Allah Swt,” tuturnya.
Ustaz HM Al-Ghifari menyebut, pada awal Ramadan umat muslim dianjurkan untuk membaca surah Al-Fath tiga kali, agar terbukakan pintu hati sehingga bisa dekat kepada Allah Swt. Membaca surah ini sangat dianjurkan. Pertama, agar dibukakan hati untuk taat kepada Allah. Kedua, insyaallah dihindarkan dari berbagai musibah selama satu tahun.
“Karena Ramadan ini bulan turunnya Al-Qur’an, maka malam yang terbaik adalah membaca Al-Qur’an,” ucapnya. Lebih lanjut ia mengatakan, saat bangun sahur, sebaiknya sempatkanlah diri untuk bersalat tahajud atau salat witir. Jangan sampai tidak melakukan sahur, mengingat sahur merupakan berkah. “Kata nabi, bangun sahurlah kamu, makanlah kamu, karena sahur itu adalah keberkahan,” tuturnya.
Ustaz HM Al-Ghifari juga menyarankan agar salat subuh dilakukan secara berjemaah di masjid. Usai salat subuh selama Ramadan, disarankan agar hadir ke majelis taklim. Menurutnya, orang yang beruntung dari orang-orang yang beruntung adalah mereka yang dipanjangkan umur, diberi kesehatan, dan kemudian menjumpai Ramadan, lalu menggunakan umur dan kesehatannya itu untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan melakukan hal-hal yang baik.
“Maka kebalikannya, orang itu merugi kalau diberi kesehatan dan panjang umur, lalu menyambut bulan Ramadan, tetapi dia tidak melakukan kebaikan-kebaikan yang lebih meningkat,” tambahnya.
Tak hanya itu, Ustaz HM Al-Ghifari juga menekankan, selain melakukan ibadah mahdah seperti membaca Al-Quran dan sebagainya, jangan lupa untuk melaksanakan ibadah ghairu mahdah atau ibadah sosial.
“Karena kesalehan sosial itu lebih besar pahalanya daripada ibadah individual, selain kita berpuasa, kita juga memikirkan bagaimana kondisi orang lain, agar nyaman, agar bahagia, karena berpuasa itu berarti turut merasakan penderitaan orang lain,” tandasnya. (dan/ala/kpg)