PALANGKA RAYA, KALTENGPOS.CO – Meski di beberapa daerah di
Kalimantan Tengah (Kalteng) sebagian sudah ada sekolah yang melakukan aktivitas
belajar tatap muka, berbeda halnya dengan Kota Palangka Raya. Hingga saat ini,
belum satu pun sekolah yang diizinkan menggelar kegiatan belajar mengajar (KBM)
tatap muka.
Kepala Dinas Pendidikan Kota
Palangka Raya, H. Akhmad Fauliansyah menegaskan, pihaknya tidak ingin
terburu-buru memutuskan terkait dibuka atau tidaknya KBM secara tatap muka.
“Perlu perencanaan dan persiapan
yang matang untuk itu (KBM tatap muka). Kita perlu kesabaran, kami juga sudah
membuat edaran yang dikirim pada 18 Agustus ke semua sekolah di bawah Disdik,”
kata Fauliansyah, Kamis (27/8).
Selain itu, menerapkan protokol
kesehatan di sekolah juga penting dilakukan, terutama dalam memprioritaskan
kesehatan murid atau siswa yang turun ke sekolah nantinya.
“Tidak perlu terburu-buru karena
melihat kabupaten lain yang sudah mulai buka (sekolah, red). Karena ini
berbahaya juga, nyawa dan keselamatan itu utama, walaupun belajar tatap muka
daring maupun luring itu sangat beda,” terangnya.
Akhmad Fauliansyah menambahkan, pelaksanaan
belajar mengajar tatap muka secara normal di tengah pandemi, menjadi tantangan khusus
bagi guru terhadap anak murid. Karena harus memenuhi berbagai persyaratan
terkait protokol kesehatan.
Namun tantangan KBM daring pun
tak kalah. Terutama terkait ketersediaan jaringan internet beserta paket data.
Saat ini, jelas Fauliansyah,
pihaknya masih menunggu petunjuk lebih lanjut serta kajian dari para ahli
terkait, untuk menilai memungkinkan atau belumnya sekolah-sekolah di Palangka
Raya menggelar KBM tatap muka.
Seandainya pun KBM tatap muka
nantinya diizinkan, sebut Fauliansyah, kemungkina besar belum diberlakukan
terhadap semua jenjang. “Kemungkinan nanti kalaupun diizinkan, yang akan dibuka
(KBM tatap muka) hanya beberapa sekolah, misalnya tiga SD dan tiga SMP terlebih
dahulu untuk evaluasi,†ujarnya.
Jika hal itu dilaksanakan, maka
akan diujicoba selama 14 hari dulu. Selama waktu tersebut, akan dilakukan
pemantauan serta evaluasi ketat, apakah ada peserta didik yang sakit atau
tidak. “Kalau pada 14 hari itu ada yang sakit, maka akan kita tutup lagi sekolah
itu,” kata dia.
Selain itu, pihaknya juga akan
bekerja sama dengan Dinas Kesehatan untuk melakukan pengawasan. Sehingga jika
ada hal-hal yang tidak diinginkan, maka puskesmas yang terdekat itu sudah
langsung datang.
“Tahapan nya memang cukup
sulit, tetapi kita mencoba untuk berupaya dulu dan pelan-pelan seperti ada tiga
sekolah SD dan tiga SMP maka akan kita evaluasi lagi nantinya,”
pungkasnya.