Pasien
yang selamat dari Covid-19 bisa mengalami gangguan pendengaran. Kondisi ini
muncul sebagai salah satu komplikasi yang dikeluhkan beberapa orang setelah
virus hilang dari tubuh.
Dokter
mulai menyelidiki temuai ini sejak dilaporkan pada akhir Juli. Sebuah tim dari
University of Manchester mensurvei 121 orang yang selamat dari virus Korona.
Survei menyasar pada pasien yang telah sembuh selama delapan minggu.
Dalam
insiden parah, beberapa pasien bisa mengalami apa yang disebut sindrom
post-Covid. Sebanyak 16 orang (13,2 persen) dari 121 pasien yang disurvei
mengeluh pendengaran mereka lebih buruk.
Dan
8 di antaranya mengalami penurunan fungsi pada indera. Dan 8 lainnya menderita
tinitus, yang ditandai dengan mendengar dering, mendesis, atau mendengung tanpa
sumber eksternal.
Penulis
studi Profesor Kevin Munro mengatakan, berbagai penyakit lainnya juga bisa
menimbulkan komplikasi di kemudian hari. Dan virus Korona bisa mengganggu
saraf.
“Kita
sudah tahu virus seperti campak, gondong dan meningitis dapat menyebabkan
gangguan pendengaran dan virus Korona dapat merusak saraf yang membawa
informasi ke dan dari otak,†jelasnya seperti dilansir dari Mothership, Rabu (5/8).
Sehingga,
ada kemungkinan Covid-19 menyebabkan masalah pada bagian-bagian dari sistem
pendengaran, termasuk telinga tengah atau koklea. Pasien mengeluh tidak dapat
mendengar dengan baik di tempat yang bising, yang dikenal sebagai neuropati
pendengaran.
Neuropati
pendengaran adalah gangguan pendengaran di mana koklea berfungsi, tetapi
transmisi di sepanjang saraf pendengaran ke otak terganggu. Kondisi neurologis
sindrom Guillain-Barre (GBS) juga terkait dengan neuropati pendengaran.
GBS
telah terjadi di beberapa pasien Coronavirus. Dalam kasus yang parah, GBS
membuat pasien kesulitan menelan, berjalan, atau bahkan bernapas. Meski tak
general, namun situasi ini bisa dialami pada beberapa orang.