25.8 C
Jakarta
Sunday, September 22, 2024

Ajaran Baru, Kemendikbud Wajibkan Guru Lakukan Ini

JAKARTA, KALTENGPOS.CO – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) meminta, agar para guru melakukan asesmen pada tahun ajaran baru
2020. Mengingat, hampir seluruh sekolah di Indonesia selama masa pandemi ini
berubah drastis menggunakan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan (Dirjen GTK) Iwan Syahril menilai, bahwa penerapan asesmen penting
dilakukan agar guru mengetahui kondisi muridnya dan mampu mendiagnosis
ketertinggalan.

“Asesmen ini kita lakukan setiap
saat, lalu disusun sesuai dengan kebutuhan belajarnya murid dan hal-hal lain
yang relevan dalam konteks Covid-19,” kata Iwan, saat konfrensi virtual di
Jakarta, seperti ditulis Selasa (7/7).

Menurut Iwan, pada prakteknya
asesmen harus benar-benar disesuaikan dengan kondisi siswa dan sekolahnya
masing- masing. Sebab, penilaian ini berkaitan dengan manusia sehingga harus
disesuaikan dengan konteks yang ada.

“Asesmen sederhana bisa dilakukan
guru dengan memberikan soal satu jenjang di bawah murid saat ini. Contohnya,
siswa kelas IV diberi soal untuk kelas III dan dilihat apakah sudah berada di
tahap perkembangan sesuai dengan yang diharapkan,” jelasnya.

Baca Juga :  IHSG Sudah di Bawah 4.000, Covid-19 Masih jadi Momok Akhir Pekan ini

Terlebih lagi, guru juga harus
melihat konteks anak tersebut. Anak yang mengalami ketertinggalan, bisa jadi
karena tidak mampu belajar optimal karena jaringan internet yang tidak memadai
selama PJJ.

“Sebenarnya asesmen ini tidak
hanya dilakukan setelah pandemi. Selama proses belajar normal pun mestinya guru
juga melakukan asesmen ini,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
(Balitbang) Kemendikbud Totok Suprayitno.

Menurut Totok, asesmen ini semakin
penting dilakukan pada masa pandemi dan setelahnya. Sebab, pembelajaran yang
dilakukan saat ini sangat berbeda dan membuat banyak pihak harus melakukan
adaptasi. “Dulu belum menjadi kebiasaan. Tapi mulai sekarang dan seterusnya
harus menjadi kebiasaan,” ujarnya.

Di sisi lain, Totok menyatakan
tengah menggodok modul pembelajaran yang akan dibagikan ke siswa yang selama
ini kesulitan mengakses internet selama PJJ. Modul ini diutamakan untuk siswa
di jenjang Sekolah Dasar.

Baca Juga :  Program Kartu Prakerja Bantu Meningkatkan Kompetensi

“Kami strateginya modul itu
diberikan kepada yang paling rentan dulu, yaitu SD. Lalu SMP, baru SMA. Jadi
prioritasnya anak SD,” terangnya.

Dengan adanya modul tersebut,
Totok berharap pembelajaran ini bisa menjadi solusi siswa yang tak bisa belajar
mandiri selama pandemi. “Materi pada modul disusun sedemikian rupa agar siswa
dapat belajar tanpa harus dipandu secara intensif. Harapannya minggu pertama
tahun ajaran baru sudah ada,” imbuhnya.

Selain kepada siswa, lanjut
Totok, modul juga dipersiapkan untuk para guru. Ratusan ribu guru yang menjadi
target pelatihan ini nantinya bakal mendapatkan pelatihan digital agar lebih
inovatif dalam mengajar. “Ada modul cetak, ada buku Basic Safety Training (BST)
ada bacaan lain itu adalah sumber yang bisa dipilih guru, jadi tidak ada
kebijakan untuk mengarahkan ke aplikasi tertentu,” pungkasnya.

JAKARTA, KALTENGPOS.CO – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) meminta, agar para guru melakukan asesmen pada tahun ajaran baru
2020. Mengingat, hampir seluruh sekolah di Indonesia selama masa pandemi ini
berubah drastis menggunakan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan (Dirjen GTK) Iwan Syahril menilai, bahwa penerapan asesmen penting
dilakukan agar guru mengetahui kondisi muridnya dan mampu mendiagnosis
ketertinggalan.

“Asesmen ini kita lakukan setiap
saat, lalu disusun sesuai dengan kebutuhan belajarnya murid dan hal-hal lain
yang relevan dalam konteks Covid-19,” kata Iwan, saat konfrensi virtual di
Jakarta, seperti ditulis Selasa (7/7).

Menurut Iwan, pada prakteknya
asesmen harus benar-benar disesuaikan dengan kondisi siswa dan sekolahnya
masing- masing. Sebab, penilaian ini berkaitan dengan manusia sehingga harus
disesuaikan dengan konteks yang ada.

“Asesmen sederhana bisa dilakukan
guru dengan memberikan soal satu jenjang di bawah murid saat ini. Contohnya,
siswa kelas IV diberi soal untuk kelas III dan dilihat apakah sudah berada di
tahap perkembangan sesuai dengan yang diharapkan,” jelasnya.

Baca Juga :  IHSG Sudah di Bawah 4.000, Covid-19 Masih jadi Momok Akhir Pekan ini

Terlebih lagi, guru juga harus
melihat konteks anak tersebut. Anak yang mengalami ketertinggalan, bisa jadi
karena tidak mampu belajar optimal karena jaringan internet yang tidak memadai
selama PJJ.

“Sebenarnya asesmen ini tidak
hanya dilakukan setelah pandemi. Selama proses belajar normal pun mestinya guru
juga melakukan asesmen ini,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
(Balitbang) Kemendikbud Totok Suprayitno.

Menurut Totok, asesmen ini semakin
penting dilakukan pada masa pandemi dan setelahnya. Sebab, pembelajaran yang
dilakukan saat ini sangat berbeda dan membuat banyak pihak harus melakukan
adaptasi. “Dulu belum menjadi kebiasaan. Tapi mulai sekarang dan seterusnya
harus menjadi kebiasaan,” ujarnya.

Di sisi lain, Totok menyatakan
tengah menggodok modul pembelajaran yang akan dibagikan ke siswa yang selama
ini kesulitan mengakses internet selama PJJ. Modul ini diutamakan untuk siswa
di jenjang Sekolah Dasar.

Baca Juga :  Program Kartu Prakerja Bantu Meningkatkan Kompetensi

“Kami strateginya modul itu
diberikan kepada yang paling rentan dulu, yaitu SD. Lalu SMP, baru SMA. Jadi
prioritasnya anak SD,” terangnya.

Dengan adanya modul tersebut,
Totok berharap pembelajaran ini bisa menjadi solusi siswa yang tak bisa belajar
mandiri selama pandemi. “Materi pada modul disusun sedemikian rupa agar siswa
dapat belajar tanpa harus dipandu secara intensif. Harapannya minggu pertama
tahun ajaran baru sudah ada,” imbuhnya.

Selain kepada siswa, lanjut
Totok, modul juga dipersiapkan untuk para guru. Ratusan ribu guru yang menjadi
target pelatihan ini nantinya bakal mendapatkan pelatihan digital agar lebih
inovatif dalam mengajar. “Ada modul cetak, ada buku Basic Safety Training (BST)
ada bacaan lain itu adalah sumber yang bisa dipilih guru, jadi tidak ada
kebijakan untuk mengarahkan ke aplikasi tertentu,” pungkasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru