MANILA-Hari pertama SEA Games 2019 belum
bersahabat bagi Indonesia. Hampir semua target medali tidak ada yang tercapai.
Hingga Minggu malam, Indonesia hanya memperoleh 1 emas, 2 perak, dan tiga
perunggu.
Hasil itu jelas jauh dari perkiraan. Semula
kontingen Merah Putih diprediksi mampu mendulang lima medali emas. Kenyataannya
tidak semanis itu. Cabor wushu, angkat besi, dan balap sepeda gagal memberikan
medali terbaik bagi Indonesia. Yang mengejutkan ialah sumbangan emas oleh Dwi
Cindy Desyana dari cabor dancesport yang bertanding di Clark. Padahal cabor ini
tidak terlalu dipopulerkan untuk meraih emas.
“Dari awal sudah optimistis dapat emas.
Persaingan ketat, cuma saya yakin bisa dapat medali karena latihan keras sejak
Agustus lalu. Banyak motivasi dari keluarga, pelatih, dan teman-teman,”
ucap Cindy.
Dia menjadi yang terbaik di nomor breaking
kategori putri. Sementara dari cabor lain yaitu balap sepeda gagal mendulang
medali. Zaenal Fanani yang dijagokan malah terhenti finis kelima. Sehingga
belum ada medali apapun yang diperoleh dari cabor ini.
Hasil menyakitkan itu juga diperoleh wushu.
Pada SEA Games 2017, setidaknya masih ada perak dan perunggu yang diraih oleh
tim Indonesia. Tetapi yang terjadi berbeda. Seluruh atlet wushu dari berbagai
negara tampil luar biasa. Bobby Valentius Gunawan, Edgar Xavier Marvelo, Harris
Horatius, serta Seraf Naro Siregar tak dapat berkutik menandingi Malaysia, Singapura,
dan tuan rumah yang sangat dominan.
Namun, hasil itu sedikit terobati dengan adanya
kabar menyenangkan dari sepak takraw putri nomor hoop yang berhasil membawa
pulang perak. Mereka kalah oleh Filipina di babak final.
“Ini memang bukan nomer kami. Nomer kami
di tim regu. Kami baru belajar dua sampai tiga bulan jadi rasanya luar biasa
bisa menyumbangkan medali perak, karena memang persiapannya kami minim
sekali,” kata Dini Mitasari selaku kapten tim Indonesia.
Indonesia bersaing ketat dengan tim tuan rumah
Filipina, Myanmar, Laos. SEA Games menggunakan sistem poin terbanyak sehingga
tiap tim harus mengumpulkan poin setinggi-tingginya. Tim sepak takraw meraih
total poin 660, selisih sepuluh poin dari Filipina yang keluar sebagai juara.
Kejutan lain didapat dari triathlon. Muhammad
Ahlul Firman dan Nethavanie terhenti di posisi ketiga untuk nomor
standar.
Perlombaan yang digelar di Subic Bay Boardwalk,
Filipina itu, Ahlul mencatat waktu 1 jam 57 menit 10 detik. Catatan ini lebih
lambat dibanding waktu terbaiknya 1 jam 56 menit 02 detik pada Asian Games
2018. Sementara Nethavani meraih perunggu dengan waktu 2 jam 16 menit 33
detik.
“Catatan waktu saya memang lebih lambat
karena persiapan hanya dilakukan 10 hari saja. Tadinya kami tidak jadi
berangkat tetapi muncul keajaiban jadi berangkat,” kata Ahlul.
Sumbangan medali lainnya diperoleh Surahmat.
Lifter dari provinsi Aceh ini turun di kelas 55 kg. Dia berhasil membukukan
total angkatan 250 kg dengan rincian snatch 110 kg dan clean and jerk 140 kg.
Seharusnya Surahmat berpeluang untuk dapat medali yang lebih tinggi, sayangnya
angkatan clean and jerk 144 kg dianulir oleh wasit. Posisi tangan kirinya
dianggap goyang.
“Kecewa, karena dapat perunggu sedangkan
target perak atau emas. Tapi nggak bisa protes dengan putusan. Apalagi ini SEA
Games terakhir saya,” ucap Surahmat.
Perjalanan Indonesia untuk menuntaskan target
60 emas masih sangat panjang. Sampai hari ini baru ada dua emas yang
dikumpulkan. Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali tetap optimistis target
tersebut bisa tercapai. Bahkan dia datang langsung menyaksikan penampilan para
atlet yang ada di cluster Metro Manila.
“Saya sampaikan bahwa tiap game butuh
konsentrasi. Apa yang sudah kita lalui tidak usah dipikirkan. Kita hadapi ke
depan karena itu adalah game yang harus kita menangkan. Kalau sudah dilalui
apapun hasilnya jadi bahan evaluasi baik itu bagus maupun kurang bagus untuk
perbaikan game-game berikutnya,” ujar Amali.(Feb/jpg)