31.1 C
Jakarta
Wednesday, November 12, 2025

Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta Ternyata Gabung Komunitas Ini, Simpan Dendam sebelum Beraksi

PROKALTENG.CO – Fakta baru terkait ledakan SMAN 72 Jakarta terungkap. Siswa pelaku ledakan yang kini ditetapkan sebagai anak yang berkonflik dengan hukum (ABH) ternyata menyimpan dendam sejak berbulan-bulan sebelum melakukan aksinya.

Menurut temuan Densus 88, pelaku merasa terisolasi, tidak memiliki teman, dan menyimpan kemarahan atas perlakuan orang di sekitarnya sejak awal 2025.

“Pelaku merasa tertindas, kesepian, dan tidak tahu harus menyampaikan kepada siapa. Pelaku memiliki motivasi dendam terhadap perlakuan yang diterimanya,” ujar Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri AKBP Mayndra Eka Wardhana, Selasa (11/11/2025).

Tak berhenti pada perasaan dendam, siswa itu mulai mencari informasi mengenai berbagai cara melakukan kekerasan hingga menyebabkan kematian.

Ia kemudian menemukan komunitas di media sosial yang mengagungkan tindak kekerasan dan bergabung dengan grup kekerasan itu.

Baca Juga :  Ledakan Septic Tank di Jakarta Tewaskan Pekerja Bangunan

Di komunitas tersebut, para anggota biasa mengunggah rekaman aksi brutal mereka dan mendapatkan pujian dari anggota lainnya.

Setelah mengikuti komunitas di medsos itu, pelaku menjadi terinspirasi dan termotivasi.

“Motivasinya ketika beberapa pelaku melakukan tindakan kekerasan lalu di-upload ke media tersebut. Komunitas itu akan mengapresiasi sesuatu hal yang dianggap heroik,” kata Mayndra.

Hal ini, lanjut dia, adalah hal yang sangat memprihatinkan. Apalagi, pelaku juga semakin terobsesi setelah mempelajari kasus penembakan massal di luar negeri.

Di mana saat beraksi, pelajar itu membawa senjata mainan dan menempelkan nama-nama pelaku penembakan massal di luar negeri sebagai bentuk kekaguman.

Beberapa nama yang dituliskan pelaku pada senjata mainan yang ditemukan di TKP, di antaranya:

Baca Juga :  Komunitas Alpesat Ramaikan Car Free Day di Palangka Raya

Alexandre Bissonnete, pelaku penembakan di Quebec City, Kanada (2017)

Luca Traini, pelaku penembakan migran Afrika di Macerata, Italia (2018)

Brenton Harrison Tarrant, pelaku penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru (2019)

Nama-nama tersebut ditempel sebagai simbolisasi aksi kekerasan yang ditiru. (ria/jpg)

 

 

PROKALTENG.CO – Fakta baru terkait ledakan SMAN 72 Jakarta terungkap. Siswa pelaku ledakan yang kini ditetapkan sebagai anak yang berkonflik dengan hukum (ABH) ternyata menyimpan dendam sejak berbulan-bulan sebelum melakukan aksinya.

Menurut temuan Densus 88, pelaku merasa terisolasi, tidak memiliki teman, dan menyimpan kemarahan atas perlakuan orang di sekitarnya sejak awal 2025.

“Pelaku merasa tertindas, kesepian, dan tidak tahu harus menyampaikan kepada siapa. Pelaku memiliki motivasi dendam terhadap perlakuan yang diterimanya,” ujar Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri AKBP Mayndra Eka Wardhana, Selasa (11/11/2025).

Tak berhenti pada perasaan dendam, siswa itu mulai mencari informasi mengenai berbagai cara melakukan kekerasan hingga menyebabkan kematian.

Ia kemudian menemukan komunitas di media sosial yang mengagungkan tindak kekerasan dan bergabung dengan grup kekerasan itu.

Baca Juga :  Ledakan Septic Tank di Jakarta Tewaskan Pekerja Bangunan

Di komunitas tersebut, para anggota biasa mengunggah rekaman aksi brutal mereka dan mendapatkan pujian dari anggota lainnya.

Setelah mengikuti komunitas di medsos itu, pelaku menjadi terinspirasi dan termotivasi.

“Motivasinya ketika beberapa pelaku melakukan tindakan kekerasan lalu di-upload ke media tersebut. Komunitas itu akan mengapresiasi sesuatu hal yang dianggap heroik,” kata Mayndra.

Hal ini, lanjut dia, adalah hal yang sangat memprihatinkan. Apalagi, pelaku juga semakin terobsesi setelah mempelajari kasus penembakan massal di luar negeri.

Di mana saat beraksi, pelajar itu membawa senjata mainan dan menempelkan nama-nama pelaku penembakan massal di luar negeri sebagai bentuk kekaguman.

Beberapa nama yang dituliskan pelaku pada senjata mainan yang ditemukan di TKP, di antaranya:

Baca Juga :  Komunitas Alpesat Ramaikan Car Free Day di Palangka Raya

Alexandre Bissonnete, pelaku penembakan di Quebec City, Kanada (2017)

Luca Traini, pelaku penembakan migran Afrika di Macerata, Italia (2018)

Brenton Harrison Tarrant, pelaku penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru (2019)

Nama-nama tersebut ditempel sebagai simbolisasi aksi kekerasan yang ditiru. (ria/jpg)

 

 

Terpopuler

Artikel Terbaru