25.1 C
Jakarta
Monday, October 27, 2025

Kaki Kurus Seperti Tulang? Waspada, Itu Bisa Jadi Gejala Polio!

PROKALTENG.CO – Pernah melihat anak dengan kaki yang tampak kurus seperti tinggal tulang dibalut kulit? Pemandangan itu sering viral di media sosial dan membuat banyak orang iba. Namun tak banyak yang tahu, kondisi tersebut bisa jadi merupakan gejala polio — penyakit akibat infeksi virus yang menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan permanen.

Polio bukan penyakit baru, tapi masih jadi ancaman serius jika diabaikan. Virus ini menyerang saraf motorik yang mengontrol gerakan otot. Akibatnya, otot melemah hingga menyusut (atrofi), membuat kaki terlihat kering dan kurus. Meski dunia sudah gencar melakukan vaksinasi, polio belum benar-benar lenyap. Cukup satu anak terinfeksi, virus bisa menyebar cepat ke anak lain lewat makanan, air, atau kontak langsung dengan penderita.

Poliovirus sendiri termasuk keluarga enterovirus dan memiliki tiga jenis serotipe berbeda. Virus ini masuk lewat mulut, berkembang di tenggorokan dan saluran pencernaan, lalu bisa menembus aliran darah hingga sistem saraf pusat. Di sinilah bahayanya—ketika saraf pengendali otot rusak permanen, tubuh bisa lumpuh sebagian bahkan total.

Lingkungan dengan sanitasi buruk dan cakupan vaksinasi rendah menjadi tempat favorit virus ini berkembang. Karena itu, meski kasusnya menurun drastis, kewaspadaan tetap wajib dijaga.

Baca Juga :  Palangkaraya Mulai Gencarkan Vaksinasi Hewan Peliharaan

Gejala dan Jenis Polio

Dilansir dari Healthline, sekitar 95–99 persen orang yang terinfeksi poliovirus tidak menunjukkan gejala alias polio subklinis. Meski tampak sehat, mereka tetap bisa menularkan virus ke orang lain tanpa sadar. Inilah alasan polio sulit dikendalikan sepenuhnya.

  1. Polio Non-Paralitik (Polio Abortif)
    Jenis ini gejalanya mirip flu, berlangsung 1–10 hari. Penderita biasanya mengalami demam tinggi, sakit kepala, nyeri tenggorokan, muntah, kelelahan ekstrem, dan meningitis ringan. Untungnya, infeksi berhenti di tahap ini tanpa menyebabkan kelumpuhan, dan pasien bisa pulih sepenuhnya.

  2. Polio Paralitik
    Sekitar 1 persen kasus berkembang menjadi polio paralitik, jenis paling berbahaya. Infeksi ini menyerang sumsum tulang belakang (polio spinal), batang otak (polio bulbar), atau keduanya (polio bulbospinal).
    Gejalanya diawali demam dan nyeri otot, kemudian berkembang menjadi kehilangan refleks tubuh, kejang hebat, otot lemas di satu sisi tubuh, hingga kelumpuhan permanen. Pada 5–10 persen kasus, virus bisa menyerang otot pernapasan dan menyebabkan kematian.

  3. Sindrom Pasca-Polio
    Bahaya belum selesai meski penderita sudah sembuh. Sindrom pasca-polio bisa muncul 15–40 tahun kemudian, ditandai kelemahan otot, nyeri sendi, kelelahan berat, gangguan pernapasan, hingga kesulitan menelan. Kondisi ini juga memengaruhi daya konsentrasi dan memori penderita.

Baca Juga :  Mitos atau Fakta, Benarkah Luka yang Terbuka Lebih Cepat Kering?

Tak Ada Obat, Tapi Bisa Dicegah

Menurut World Health Organization (WHO), belum ada obat yang bisa menyembuhkan polio sepenuhnya. Namun penyakit ini bisa dicegah melalui vaksinasi, baik vaksin polio oral (OPV) maupun vaksin polio inaktif (IPV). Keduanya efektif dan aman untuk anak.

Perawatan medis tetap penting untuk meringankan gejala. Hello Sehat mencatat beberapa langkah pengobatan seperti pemberian ibuprofen untuk nyeri otot, obat antikejang untuk spasme, antibiotik untuk mencegah infeksi tambahan, hingga ventilator bagi pasien yang mengalami gangguan pernapasan.

Selain itu, terapi fisik membantu mempertahankan kekuatan otot dan memperlambat atrofi, sementara rehabilitasi paru menjaga fungsi pernapasan agar tetap stabil. Meski tidak mengembalikan saraf yang rusak, terapi ini meningkatkan kualitas hidup pasien secara signifikan.

Cleveland Clinic juga menyarankan pasien menjaga hidrasi, menggunakan kompres hangat, dan cukup istirahat selama pemulihan. Dukungan keluarga menjadi faktor penting dalam proses rehabilitasi jangka panjang.

Vaksinasi tetap menjadi tameng terbaik melawan polio. Selama masih ada satu anak yang terinfeksi di dunia, semua anak berisiko tertular. Karena itu, pastikan imunisasi dilakukan sesuai jadwal. Polio memang bisa dihindari, asal kita tidak lengah. (jpg)

PROKALTENG.CO – Pernah melihat anak dengan kaki yang tampak kurus seperti tinggal tulang dibalut kulit? Pemandangan itu sering viral di media sosial dan membuat banyak orang iba. Namun tak banyak yang tahu, kondisi tersebut bisa jadi merupakan gejala polio — penyakit akibat infeksi virus yang menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan permanen.

Polio bukan penyakit baru, tapi masih jadi ancaman serius jika diabaikan. Virus ini menyerang saraf motorik yang mengontrol gerakan otot. Akibatnya, otot melemah hingga menyusut (atrofi), membuat kaki terlihat kering dan kurus. Meski dunia sudah gencar melakukan vaksinasi, polio belum benar-benar lenyap. Cukup satu anak terinfeksi, virus bisa menyebar cepat ke anak lain lewat makanan, air, atau kontak langsung dengan penderita.

Poliovirus sendiri termasuk keluarga enterovirus dan memiliki tiga jenis serotipe berbeda. Virus ini masuk lewat mulut, berkembang di tenggorokan dan saluran pencernaan, lalu bisa menembus aliran darah hingga sistem saraf pusat. Di sinilah bahayanya—ketika saraf pengendali otot rusak permanen, tubuh bisa lumpuh sebagian bahkan total.

Lingkungan dengan sanitasi buruk dan cakupan vaksinasi rendah menjadi tempat favorit virus ini berkembang. Karena itu, meski kasusnya menurun drastis, kewaspadaan tetap wajib dijaga.

Baca Juga :  Palangkaraya Mulai Gencarkan Vaksinasi Hewan Peliharaan

Gejala dan Jenis Polio

Dilansir dari Healthline, sekitar 95–99 persen orang yang terinfeksi poliovirus tidak menunjukkan gejala alias polio subklinis. Meski tampak sehat, mereka tetap bisa menularkan virus ke orang lain tanpa sadar. Inilah alasan polio sulit dikendalikan sepenuhnya.

  1. Polio Non-Paralitik (Polio Abortif)
    Jenis ini gejalanya mirip flu, berlangsung 1–10 hari. Penderita biasanya mengalami demam tinggi, sakit kepala, nyeri tenggorokan, muntah, kelelahan ekstrem, dan meningitis ringan. Untungnya, infeksi berhenti di tahap ini tanpa menyebabkan kelumpuhan, dan pasien bisa pulih sepenuhnya.

  2. Polio Paralitik
    Sekitar 1 persen kasus berkembang menjadi polio paralitik, jenis paling berbahaya. Infeksi ini menyerang sumsum tulang belakang (polio spinal), batang otak (polio bulbar), atau keduanya (polio bulbospinal).
    Gejalanya diawali demam dan nyeri otot, kemudian berkembang menjadi kehilangan refleks tubuh, kejang hebat, otot lemas di satu sisi tubuh, hingga kelumpuhan permanen. Pada 5–10 persen kasus, virus bisa menyerang otot pernapasan dan menyebabkan kematian.

  3. Sindrom Pasca-Polio
    Bahaya belum selesai meski penderita sudah sembuh. Sindrom pasca-polio bisa muncul 15–40 tahun kemudian, ditandai kelemahan otot, nyeri sendi, kelelahan berat, gangguan pernapasan, hingga kesulitan menelan. Kondisi ini juga memengaruhi daya konsentrasi dan memori penderita.

Baca Juga :  Mitos atau Fakta, Benarkah Luka yang Terbuka Lebih Cepat Kering?

Tak Ada Obat, Tapi Bisa Dicegah

Menurut World Health Organization (WHO), belum ada obat yang bisa menyembuhkan polio sepenuhnya. Namun penyakit ini bisa dicegah melalui vaksinasi, baik vaksin polio oral (OPV) maupun vaksin polio inaktif (IPV). Keduanya efektif dan aman untuk anak.

Perawatan medis tetap penting untuk meringankan gejala. Hello Sehat mencatat beberapa langkah pengobatan seperti pemberian ibuprofen untuk nyeri otot, obat antikejang untuk spasme, antibiotik untuk mencegah infeksi tambahan, hingga ventilator bagi pasien yang mengalami gangguan pernapasan.

Selain itu, terapi fisik membantu mempertahankan kekuatan otot dan memperlambat atrofi, sementara rehabilitasi paru menjaga fungsi pernapasan agar tetap stabil. Meski tidak mengembalikan saraf yang rusak, terapi ini meningkatkan kualitas hidup pasien secara signifikan.

Cleveland Clinic juga menyarankan pasien menjaga hidrasi, menggunakan kompres hangat, dan cukup istirahat selama pemulihan. Dukungan keluarga menjadi faktor penting dalam proses rehabilitasi jangka panjang.

Vaksinasi tetap menjadi tameng terbaik melawan polio. Selama masih ada satu anak yang terinfeksi di dunia, semua anak berisiko tertular. Karena itu, pastikan imunisasi dilakukan sesuai jadwal. Polio memang bisa dihindari, asal kita tidak lengah. (jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru