PROKALTENG.CO-Toraja, merupakan salah satu destinasi wisata di Sulawesi Selatan yang menarik dikunjungi.
Wilayah ini terkenal dengan pemandangan alam yang megah seperti negeri di atas awan, burake, ke’te kesu dan masih banyak lagi.
Tidak hanga menjadi destinasi wisata masyarakat lokal, tetapi juga turis mancanegara.
Selain itu, Kota ini memiliki suhu yang dingin, terlebih pada malam hari, karena letaknya yang berada di pegunungan.
Bukan hanya di kenal sebagai kota wisata, tetapi Toraja juga memiliki Tradisi Budaya yang cukup unik, hal inilah yang membuat turis dari luar tertarik untuk datang ke Toraja.
Ma’nene merupakan salah satu tradisi budaya yang saat ini masih dilakukan oleh suku Toraja Sulawesi Selatan.
Tradisi ini merupakan proses membersihkan jenazah yang telah meninggal puluhan tahun bahkan ratusan tahun yang lalu atau yang telah berbentuk mumi.
Ritual ma’nene ini rutin di lakukan dalam 1 tahun sekali yang dilakukan oleh pihak keluarga.
Namun dalam penyelenggaraanya membutuhkan banyak biaya yang cukup besar sehingga berdasarkan musyawarah, tradisi Ma’nene bisa di laksanakan dalam 3 tahun sekali.
Ritual ini di awali dengan datangnya para anggota keluarga ke Patene untuk mengambil jasad keluarga yang telah meninggal dunia.
Patane merupakan kuburan berbentuk rumah tempat menyimpan mayat dan biasanya di isi lebih dari 1 jenazah.
Ritual ini dilakukan dengan cara, membuka peti mayat, tetapi sebelum membuka peti dan mengangkat jenazah, Ne’tomina akan membacakan doa dalam Bahasa Toraja kuno serta memohon izin kepada leluhur agar masyarakat mendapat rahmat dan keberkahan setiap musim tanam hingga panen.
Ne’tomina sendiri merupakan gelar adat yang diberikan kepada orang yang dituakan atau tetua, dapat juga berarti imam atau pendeta.
Lalu Pihak keluarga kemudian mengurbankan hewan seperti babi dan kerbau.
Jumlah babi yang dikurbankan disesuaikan dengan jumlah mumi di dalam liang, sedangkan jumlah kerbau didasarkan pada jumlah kelompok keluarga.
Kemudian jasad tersebut di bersihkan menggunakan kuas setelah di keluarkan dari Patane, dan pakaiannya juga di ganti menggunakan kain atau pakaian baru yang telah di sediakan keluarga.
Setelah pakaian baru terpasang, jenazah tersebut dimasukkan kembali ke Patane dan Rangkaian acara Ma’nene ditutup dengan berkumpulnya anggota keluarga di rumah adat toraja atau yang biasa di sebut Tongkonan untuk beribadah bersama.
Tradisi ini bertujuan untuk menghormati para leluhur yang telah pergi duluan, serta mempererat hubungan antar keluarga yang masih hidup dengan yang telah meninggal dam memperkenalkan generasi-generasi baru kepada leluhur yang telah meninggal. (annisa malika akbar/jpg)