30.5 C
Jakarta
Wednesday, June 25, 2025

Daya Beli Masyarakat dan Laju Konsumsi Domestik, Motor Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Kalteng

KALIMANTAN Tengah kembali menunjukkan ketahanan ekonominya di awal 2025. Menurut BPS Provinsi Kalimantan Tengah, ekonomi daerah tumbuh 4,04 persen (y‑o‑y) pada Triwulan I 2025, meski menghadapi kontraksi musiman ‑6,57 persen (q‑to‑q) seiring berakhirnya periode libur dan musim tanam awal.

Nilai PDRB atas harga berlaku mencapai sekitar Rp 58 triliun, dengan kontribusi terbesar dari sektor primer dan pengeluaran ekspor sebesar 59,03 persen, sementara konsumsi rumah tangga (PK‑RT) menyumbang 37,57 persen.

Konsumsi domestik memainkan peran krusial karena mencerminkan langsung daya beli masyarakat.

Sayangnya, data inflasi per Januari 2025 menunjukkan tekanan ringan, yakni inflasi tahunan 0,28 persen, namun sudah menggerus daya beli kelompok berpendapatan rendah . Belum tersedia data inflasi Q1 secara bulanan, tapi tren menunjukkan tekanan khusus pada komoditas pangan.

Pentingnya konsumsi domestik sebagai pilar ekonomi daerah juga ditegaskan oleh Kepala BPS Agnes Widiastuti. Ia mencatat bahwa dalam struktur ekonomi Q1‑2025, konsumsi pemerintah dan ekspor tumbuh tinggi, namun peran konsumsi rumah tangga (37,6 persen) tetap vital.

Baca Juga :  Inflasi Oktober 2024 di Kalteng Terkendali, Sukamara Catat Angka Tertinggi

Jika konsumsi ini melemah, maka sektor industri pengolahan dan perdagangan yang menyerap banyak tenaga kerja berpotensi stagnan.

Daya beli masyarakat di Kalimantan Tengah dipengaruhi oleh beberapa faktor:

  • Inflasi Pangan & Energi: Tekanan pada harga beras, cabai, dan bahan kebutuhan pokok lainnya perlu dikontrol agar daya beli kelompok menengah bawah tidak makin tergerus.
  • Lapangan Kerja & Penghasilan Riil: Walaupun data BPS menunjukkan peningkatan partisipasi angkatan kerja, tingkat pengangguran dan keterbatasan lapangan kerja sektor teknologi dan jasa masih menjadi tantangan.
  • Transfer Fiskal dan Belanja Publik: Pertumbuhan konsumsi pemerintah (+13,57 persen pengeluaran) membantu menopang ekonomi, tapi perlu dibarengi dengan distribusi manfaat langsung ke masyarakat.

Langkah kebijakan yang mendesak diperlukan:

  • Perketat pengendalian inflasi pangan melalui operasi pasar, stok stabil pangan, dan perluasan kerjasama Bulog serta pemerintah daerah.
  • Perluas akses kredit untuk UMKM yang menyerap konsumsi riil dan menjaga distribusi daya beli.
  • Percepat pembangunan infrastruktur distribusi, agar harga antar wilayah tidak timpang, sehingga daya beli masyarakat di daerah terpencil juga terjaga.
  • Perkuat perlindungan sosial berbasis data, terutama untuk rumah tangga miskin dan rentan inflasi.
Baca Juga :  Kunjungan Kapal Laut di Pelabuhan Kalteng Meningkat

Dengan menjaga atau bahkan meningkatkan konsumsi rumah tangga, Kalimantan Tengah bisa mempertahankan momentum pertumbuhan di kisaran 4 persen dan lebih tahan terhadap guncangan eksternal.

Konsumsi masyarakat bukan sekadar angka di atas kertas, tetapi menjadi penggerak utama ekonomi daerah. Apalagi di tengah situasi ekonomi global  yang penuh dengan ketidakpastian, maka belanja masyarakat adalah kunci agar roda perekonomian tetap berputar.

Pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat harus bersinergi untuk memastikan bahwa daya beli tetap kuat sehingga motor ekonomi tetap menyala.(*)

KALIMANTAN Tengah kembali menunjukkan ketahanan ekonominya di awal 2025. Menurut BPS Provinsi Kalimantan Tengah, ekonomi daerah tumbuh 4,04 persen (y‑o‑y) pada Triwulan I 2025, meski menghadapi kontraksi musiman ‑6,57 persen (q‑to‑q) seiring berakhirnya periode libur dan musim tanam awal.

Nilai PDRB atas harga berlaku mencapai sekitar Rp 58 triliun, dengan kontribusi terbesar dari sektor primer dan pengeluaran ekspor sebesar 59,03 persen, sementara konsumsi rumah tangga (PK‑RT) menyumbang 37,57 persen.

Konsumsi domestik memainkan peran krusial karena mencerminkan langsung daya beli masyarakat.

Sayangnya, data inflasi per Januari 2025 menunjukkan tekanan ringan, yakni inflasi tahunan 0,28 persen, namun sudah menggerus daya beli kelompok berpendapatan rendah . Belum tersedia data inflasi Q1 secara bulanan, tapi tren menunjukkan tekanan khusus pada komoditas pangan.

Pentingnya konsumsi domestik sebagai pilar ekonomi daerah juga ditegaskan oleh Kepala BPS Agnes Widiastuti. Ia mencatat bahwa dalam struktur ekonomi Q1‑2025, konsumsi pemerintah dan ekspor tumbuh tinggi, namun peran konsumsi rumah tangga (37,6 persen) tetap vital.

Baca Juga :  Inflasi Oktober 2024 di Kalteng Terkendali, Sukamara Catat Angka Tertinggi

Jika konsumsi ini melemah, maka sektor industri pengolahan dan perdagangan yang menyerap banyak tenaga kerja berpotensi stagnan.

Daya beli masyarakat di Kalimantan Tengah dipengaruhi oleh beberapa faktor:

  • Inflasi Pangan & Energi: Tekanan pada harga beras, cabai, dan bahan kebutuhan pokok lainnya perlu dikontrol agar daya beli kelompok menengah bawah tidak makin tergerus.
  • Lapangan Kerja & Penghasilan Riil: Walaupun data BPS menunjukkan peningkatan partisipasi angkatan kerja, tingkat pengangguran dan keterbatasan lapangan kerja sektor teknologi dan jasa masih menjadi tantangan.
  • Transfer Fiskal dan Belanja Publik: Pertumbuhan konsumsi pemerintah (+13,57 persen pengeluaran) membantu menopang ekonomi, tapi perlu dibarengi dengan distribusi manfaat langsung ke masyarakat.

Langkah kebijakan yang mendesak diperlukan:

  • Perketat pengendalian inflasi pangan melalui operasi pasar, stok stabil pangan, dan perluasan kerjasama Bulog serta pemerintah daerah.
  • Perluas akses kredit untuk UMKM yang menyerap konsumsi riil dan menjaga distribusi daya beli.
  • Percepat pembangunan infrastruktur distribusi, agar harga antar wilayah tidak timpang, sehingga daya beli masyarakat di daerah terpencil juga terjaga.
  • Perkuat perlindungan sosial berbasis data, terutama untuk rumah tangga miskin dan rentan inflasi.
Baca Juga :  Kunjungan Kapal Laut di Pelabuhan Kalteng Meningkat

Dengan menjaga atau bahkan meningkatkan konsumsi rumah tangga, Kalimantan Tengah bisa mempertahankan momentum pertumbuhan di kisaran 4 persen dan lebih tahan terhadap guncangan eksternal.

Konsumsi masyarakat bukan sekadar angka di atas kertas, tetapi menjadi penggerak utama ekonomi daerah. Apalagi di tengah situasi ekonomi global  yang penuh dengan ketidakpastian, maka belanja masyarakat adalah kunci agar roda perekonomian tetap berputar.

Pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat harus bersinergi untuk memastikan bahwa daya beli tetap kuat sehingga motor ekonomi tetap menyala.(*)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/