Pun rombongan Disway ini. Mereka minta melihat kereta terkenal itu: kereta yang melaju memasuki tengah-tengah gedung apartemen.
Saya sudah jelaskan: jangan mengira sedramatik yang videonya tersebar luas di TikTok. Tidak sehebat itu. Tetap saja mereka harus melihatnya.
Maka di hari ketiga di kota Chongqing kemarin kami ke sana. Kunjungan ke pabrik mobil listrik sudah selesai –mobil merek Changan. Belum masuk Indonesia. Baru rencana.
Ke rumah sakit khusus stem cell juga sudah kami lakukan. Pun ke industri kuliner jenis hotpot. Hari ketiga memang bisa full wisata. Salah satunya ke yang lagi hits itu: kereta apartemen.
Sebenarnya proyek itu sudah lama. Dibangun lebih 20 tahun lalu. Rakyat kota di pedalaman Tiongkok tersebut pun merasa tidak ada yang aneh. Mereka menggunakan kereta itu sebagaimana kendaraan umum dalam kota. Tidak ada juga yang tertarik melihatnya.
Setelah 10 tahun dianggap biasa tiba-tiba menjadi istimewa. Ada perubahan apa? Tidak ada perubahan apa-apa. Bedanya, dulu tidak ada TikTok. Setelah muncul TikTok para pemburu konten memvideo kereta masuk gedung apartemen itu. Lalu diunggah ke TikTok. Viral. Meledak. Semua turis ingin melihatnya.
Turis domestik dan dari berbagai negara datang ke Chongqing salah satunya untuk mlelihat kereta menembus gedung apartemen. -Foto: Retna Christa-Harian Disway-
Saya ikut saja. Begitu bus kami mendekati lokasi itu barulah saya terpana: begitu banyak manusia yang berdesakan di pinggir jalan. Kian tahun kian banyak. Pemda pun membuat lapangan di pinggir jalan lebih luas. Lebarnya menjadi sekitar 15 meter. Panjangnya 150 meter.
Penuh manusia. Padat. Mereka berdiri sambil mendongak. Mereka menunggu kereta datang. Lalu menyaksikan kereta itu masuk ke dalam gedung apartemen. Mereka bersorak. Bertepuk tangan.
”Kereta masuk apartemen” itu sebenarnya bukan disengaja sejak awal. Itu lebih pada bentuk penyelesaian dua kepentingan yang berebut. Pengusaha real estate punya rencana membangun apartemen di pinggir jalan itu. Lokasinya strategis. Jalan raya itu di pinggir sungai Jialing.
Sungai ini menyatu dengan bengawan Chang Jiang di pusat kota Chongqing. Penghuni apartemen itu bisa punya river view. Sungainya akan tampak di bawah sana. Lokasi apartemen itu memang di lereng gunung.
Sebaliknya perusahaan monorel di Chongqing merencanakan membangun stasiun monorel di situ. Mereka saling mengadu ke Pemda. Saling klaim. Akhirnya Pemda memutuskan jalan tengah. Apartemen dan stasiun bisa disatukan.
Pihak apartemen keberatan. Apartemennya tidak akan laku. Akan bising. Suara kereta akan sangat mengganggu.
Tidak. Monorel ini tidak berisik. Ini bukan KRL. Ini monorel. Rodanya bukan besi. Relnya juga bukan besi. Rodanya karet. Seperti ban mobil, dari jenis khusus untuk monorel.
Jadilah.
Apartemen itu dibangun di pinggir jalan. Di samping gunung. Rel monorelnya datang dari jembatan indah di atas sungai Jialing. Lalu berbelok melayang di atas jalan raya, berbelok lagi menyusuri pinggir jalan raya di sebelah tebing. Maka ketika rel itu memasuki lokasi apartemen, jatuhnya di lantai enam apartemen itu.
Para penonton yang di seberang jalan mendongak takjub. Kereta datang tiap tiga atau empat menit. Bisa berkali-kali melihatnya. Mereka lupa kalau lagi terkena hipnotis TikTok. Dulu yang dianggap biasa menjadi luar biasa tanpa perubahan apa pun.
Saya pun mengajak bicara beberapa orang yang berdesakan menunggu kereta masuk apartemen.
“Saya dari Indonesia. Anda dari mana”?
“Dari Gansu,” ujar wanita itu. Dia bertiga. Sebaya. Sekitar 40 tahun. ”I”-nya empat dan lima.
Berarti mereka datang dari provinsi yang jauh. Kalau naik pesawat sekitar dua jam. Jakarta-Medan. Mungkin mereka naik kereta. Hanya untuk melihat apa yang diviralkan lewat TikTok.
“Saya dari Xinjiang,” kata seorang bapak. Usia sekitar 60 tahun. Lebih jauh dari Gansu. Lebih di barat lagi.
Ia lahir di Xinjiang, tapi sukunya Han. Bukan suku Uygur yang muslim.
TikTok memviralkannya, Pemda membuatkan fasilitas arena untuk menyaksikannya. Kombinasi tanpa koordinasi.
Bromo, di Jatim, juga pernah viral di TikTok-nya Tiongkok. Setelah itu begitu banyak turis Tiongkok ke Bromo. Mereka ingin berfoto di posisi TikToker ambil foto.
Tahun lalu salah satu TikToker Tiongkok itu terpeleset di foto spot di Bromo. Tewas.
TikTok telah jadi hipnotis masa kini. TikTok juga telah jadi kuda perkasa –siapa pun boleh menungganginya, termasuk Anda. (DAHLAN ISKAN)