SAMPIT, PROKALTENG.CO – Menyikapi kebutuhan masyarakat yang semakin mendesak, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) tengah mengupayakan solusi untuk meningkatkan aksesibilitas antara Sampit dan Seranau.
Rencana penyediaan layanan penyeberangan kendaraan roda empat atau mobil menjadi salah satu langkah yang kini dalam tahap penjajakan. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kotim, Rody Kamislam, mengungkapkan pihaknya telah melakukan diskusi dengan PT Dharma Lautan Utama untuk menganalisis kemungkinan penyediaan kapal RoRo (roll-on/ roll-off) yang bisa mengangkut kendaraan roda empat.
Rencananya, pertemuan dengan Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) akan segera dilakukan untuk membahas lebih lanjut langkah ini.
“Kemarin, kami sudah menjajaki kemungkinan ini dengan PT Dharma Lautan Utama. Kami berharap bisa melakukan analisis lebih mendalam dengan KSOP agar kapal RoRo bisa digunakan untuk penyeberangan kendaraan roda empat di rute Sampit-Seranau,” ujarnya, Senin (14/4).
Rencana tersebut muncul setelah pembatalan pembangunan Jembatan Mentaya, yang sebelumnya menjadi harapan untuk menghubungkan kedua kawasan tersebut. Awalnya, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah berencana membangun jembatan sepanjang 970 meter dengan biaya sekitar Rp2 triliun, namun proyek tersebut batal dilaksanakan.
Sebagai gantinya, Pemprov Kalteng kini fokus pada penyelesaian pembangunan jalan yang membentang dari Desa Cempaka Mulia Timur di Kecamatan Cempaga hingga Kecamatan Pulau Hanaut, yang berbatasan dengan Kabupaten Katingan.
Proyek ini akan mengalihkan status ruas jalan dari jalan kabupaten menjadi jalan provinsi dengan dana yang direncanakan sebesar Rp200 miliar, yang akan dicairkan secara bertahap.
“Melihat perkembangan ini, kami merasa penting untuk menemukan solusi jangka pendek agar akses antara Sampit dan Seranau tidak terhambat. Salah satunya adalah dengan menyiapkan feri penyeberangan kendaraan roda empat. Kami berharap ini bisa mengurangi keterisolasian dan mempercepat pembangunan di kedua sisi,” ungkap Rody.
Saat ini, penyeberangan antara Sampit dan Seranau sudah dilayani oleh dua operator swasta yang mengangkut sepeda motor dan penumpang. Selain itu, ada juga kelotok yang dikelola masyarakat, meski terbatas untuk penumpang
Menurut data Dinas Perhubungan, jumlah kendaraan roda dua yang melintasi jalur tersebut setiap hari berkisar antara 700 hingga 800 unit sepeda motor. Harapannya, jika penyeberangan mobil dapat diwujudkan, aksesibilitas dan perkembangan ekonomi di kawasan Seranau, yang juga dipersiapkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), akan semakin terbuka. (sli/ans/kpg)