25 C
Jakarta
Thursday, November 28, 2024

Tanamkan Percaya, Tangani Ratusan Bayi

LYDIA Gautama dengan telaten menggendong
bayi klien. Sedemikian rupa dia membalut kain ke tubuh si mungil. Sesekali, pihak
keluarga membantu jika sang bayi mulai gelisah atau tak nyaman. Beberapa pose
tersimpan. Sesi foto pun selesai.

Tepatnya
10 tahun lalu, Lydy hobi edit foto. Dia pun dipertemukan dengan Franky Wijaya
yang berprofesi sebagai fotografer. Dari situ, keduanya sepakat mendirikan
brand forografi bernama Golden Jade Photography.

Seiring
berjalannya waktu, Lydy mulai memegang kamera. Dia belajar autodidak. Hingga
detik ini, bisnis fotografi yang mereka bangun semakin dikenal. Apalagi
ditambah new baby born photography.
Membuat usahanya dan Franky semakin dicari.

Menjalani
bisnis bersama teman, membuat Lydy harus menjaga kekompakan. Paling penting,
harus saling menerima kelebihan pun kekurangan. Menjalani bisnis jasa fotografi
sejak awal tak membuat Lydy fokus pada keuntungan. Semua murni karena hobi yang
dia sukai. Dia mengaku selalu optimis.

“Fotografi
itu memang sudah jadi hobi buat saya. Yang awalnya suka edit foto, lama-lama
juga senang foto. Saat masih jadi editor foto saya memang sudah mulai coba
pegang kamera. Menjalani bisnis ini enggak ada alasan lain selain karena memang
suka,” ungkap perempuan kelahiran 1987 itu.

Baca Juga :  Produsen Mobil Korsel Bikin Pakaian dan Perhiasan dari Limbah Otomotif

Tiga
tahun lalu menjadi awal karier Lydy di dunia new
born baby photography
. Dia tertarik dengan jenis fotografi tersebut
karena melihat tren yang ramai beredar di Instagram.
Dari situ, dia berpikir jika fotografi tersebut sangat jarang di Samarinda.
Akan menjadi kesempatan bagus untuk diperkenalkan.

Telah
memiliki dua buah hati pun membuatnya tak begitu kesulitan ketika harus
mengatur bayi-bayi yang mesti dipotret. Cara memasang kain-kain pada tubuh bayi
dia pelajari lewat YouTube,
kemudian Lydy praktikkan pada anaknya. Tak puas sampai di situ, dia mengikuti workshop khusus new born baby photography dengan
fotografer asal Australia. Walhasil, semakin paham mengenai cara dan teknik
yang tepat.

Meski
masyarakat di Kota Tepian sempat tak begitu familier dengan new born baby photography, Lydy
mencoba untuk terus memperkenalkan dan kini telah mendapatkan hasil manis dari
jerih payahnya. Terbukti dengan semakin banyaknya permintaan klien. Tak cepat
berpuas diri, dia mengaku jika semakin banyak klien yang dia hadapi justru
menjadi tantangan untuk lebih meningkatkan kualitas.

Beberapa
orang masih tak
memahami bagaimana konsep new
born baby photography
. Lydia Gautama atau Lydy sering menjumpai
klien yang protes dan takut melihat pose yang dilakukan si bayi. Mereka
berpendapat jika hal itu membahayakan.

Baca Juga :  Eratkan Silaturahmi RSUD Doris Sylvanus Buka Puasa Bersama

“Banyak
yang takut. Katanya, tunggu sudah agak besar saja. Nah, dari situ akhirnya saya
membangun pola pikir bahwa justru semakin muda usia bayi, semakin mudah
diaturnya. Apalagi yang masih usia harian. Mereka enggak banyak nangis. Kalau
sudah usia satu atau dua bulan, belum tentu bisa diatur karena sudah terlalu
sering digendong,” jelas ibu beranak dua itu.

Oleh
sebab itu, new born baby
photography
lebih dianjurkan untuk bayi yang usianya masih sangat
muda. “Pokoknya yang paling penting kalau mau foto bayi itu pastikan dia
kenyang. Nanti kan pasti tidur, nah, itu akan memudahkan proses pemotretan
banget. Ketika posisinya lagi diatur saat mau difoto, bayi enggak akan
terganggu,” lanjut Lydy.

Biasanya,
orangtua mulai khawatir ketika pose yang mereka anggap rawan harus dilakukan.
Kemungkinan seperti keseleo menjadi ketakutan. Lydy pasti akan memberikan
alasan yang jelas dan menjamin itu aman untuk bayi mereka. (*/ysm*/rdm2)

 

LYDIA Gautama dengan telaten menggendong
bayi klien. Sedemikian rupa dia membalut kain ke tubuh si mungil. Sesekali, pihak
keluarga membantu jika sang bayi mulai gelisah atau tak nyaman. Beberapa pose
tersimpan. Sesi foto pun selesai.

Tepatnya
10 tahun lalu, Lydy hobi edit foto. Dia pun dipertemukan dengan Franky Wijaya
yang berprofesi sebagai fotografer. Dari situ, keduanya sepakat mendirikan
brand forografi bernama Golden Jade Photography.

Seiring
berjalannya waktu, Lydy mulai memegang kamera. Dia belajar autodidak. Hingga
detik ini, bisnis fotografi yang mereka bangun semakin dikenal. Apalagi
ditambah new baby born photography.
Membuat usahanya dan Franky semakin dicari.

Menjalani
bisnis bersama teman, membuat Lydy harus menjaga kekompakan. Paling penting,
harus saling menerima kelebihan pun kekurangan. Menjalani bisnis jasa fotografi
sejak awal tak membuat Lydy fokus pada keuntungan. Semua murni karena hobi yang
dia sukai. Dia mengaku selalu optimis.

“Fotografi
itu memang sudah jadi hobi buat saya. Yang awalnya suka edit foto, lama-lama
juga senang foto. Saat masih jadi editor foto saya memang sudah mulai coba
pegang kamera. Menjalani bisnis ini enggak ada alasan lain selain karena memang
suka,” ungkap perempuan kelahiran 1987 itu.

Baca Juga :  Produsen Mobil Korsel Bikin Pakaian dan Perhiasan dari Limbah Otomotif

Tiga
tahun lalu menjadi awal karier Lydy di dunia new
born baby photography
. Dia tertarik dengan jenis fotografi tersebut
karena melihat tren yang ramai beredar di Instagram.
Dari situ, dia berpikir jika fotografi tersebut sangat jarang di Samarinda.
Akan menjadi kesempatan bagus untuk diperkenalkan.

Telah
memiliki dua buah hati pun membuatnya tak begitu kesulitan ketika harus
mengatur bayi-bayi yang mesti dipotret. Cara memasang kain-kain pada tubuh bayi
dia pelajari lewat YouTube,
kemudian Lydy praktikkan pada anaknya. Tak puas sampai di situ, dia mengikuti workshop khusus new born baby photography dengan
fotografer asal Australia. Walhasil, semakin paham mengenai cara dan teknik
yang tepat.

Meski
masyarakat di Kota Tepian sempat tak begitu familier dengan new born baby photography, Lydy
mencoba untuk terus memperkenalkan dan kini telah mendapatkan hasil manis dari
jerih payahnya. Terbukti dengan semakin banyaknya permintaan klien. Tak cepat
berpuas diri, dia mengaku jika semakin banyak klien yang dia hadapi justru
menjadi tantangan untuk lebih meningkatkan kualitas.

Beberapa
orang masih tak
memahami bagaimana konsep new
born baby photography
. Lydia Gautama atau Lydy sering menjumpai
klien yang protes dan takut melihat pose yang dilakukan si bayi. Mereka
berpendapat jika hal itu membahayakan.

Baca Juga :  Eratkan Silaturahmi RSUD Doris Sylvanus Buka Puasa Bersama

“Banyak
yang takut. Katanya, tunggu sudah agak besar saja. Nah, dari situ akhirnya saya
membangun pola pikir bahwa justru semakin muda usia bayi, semakin mudah
diaturnya. Apalagi yang masih usia harian. Mereka enggak banyak nangis. Kalau
sudah usia satu atau dua bulan, belum tentu bisa diatur karena sudah terlalu
sering digendong,” jelas ibu beranak dua itu.

Oleh
sebab itu, new born baby
photography
lebih dianjurkan untuk bayi yang usianya masih sangat
muda. “Pokoknya yang paling penting kalau mau foto bayi itu pastikan dia
kenyang. Nanti kan pasti tidur, nah, itu akan memudahkan proses pemotretan
banget. Ketika posisinya lagi diatur saat mau difoto, bayi enggak akan
terganggu,” lanjut Lydy.

Biasanya,
orangtua mulai khawatir ketika pose yang mereka anggap rawan harus dilakukan.
Kemungkinan seperti keseleo menjadi ketakutan. Lydy pasti akan memberikan
alasan yang jelas dan menjamin itu aman untuk bayi mereka. (*/ysm*/rdm2)

 

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Terpopuler

Artikel Terbaru