27.3 C
Jakarta
Friday, September 20, 2024

Petani Keluhkan Pupuk, Bibit hingga Harga Panen saat Bertemu Ganjar

PROKALTENG.CO – Calon presiden (capres) 2024 Ganjar Pranowo berkunjung ke Way Jepara, Lampung Timur, pada Kamis (26/10). Kesempatan itu tidak disia-siakan para petani Lampung yang langsung berbondong-bondong menemui pria berambut putih itu untuk menyampaikan keluh kesah mereka.

“Senang sekali kami bisa bertemu Pak Ganjar yang notabene calon presiden kita. Malam ini, kami perwakilan petani di Lampung ingin menyampaikan keluh kesah dan berharap Pak Ganjar bisa membantu kami menyelesaikannya,” kata Jabung, perwakilan petani Lampung kepada Ganjar.

Jabung mengatakan, saat ini ada beberapa persoalan yang dihadapi petani di Lampung. Di antaranya adalah minimnya penyuluh pertanian yang mendampingi petani. Padahal, di tengah musim yang tidak menentu seperti sekarang ini peran penyuluh pertanian sangat dibutuhkan.

“Kami petani merasa dibiarkan, tidak pernah mendapat pelatihan. Padahal kami ingin SDM petani ini ditingkatkan agar menjadi unggul,” ucapnya.

Selain itu, pupuk subsidi yang langka juga menjadi persoalan. Selama ini, petani kesulitan memperoleh pupuk bersubsidi.”Selain berharap kuota pupuk subsidi ditambah, kami ingin juga ada pelatihan. Sebenarnya kami ingin dilatih membuat pupuk organik dengan bahan yang ada di sekitar kami. Karena kami tidak ingin bergantung terus pada pupuk kimia,” jelasnya.

Baca Juga :  Ganjar dan Anies Ajak Generasi Muda Berpolitik di Ideafest, Prabowo Absen

Persoalan bibit juga menjadi masalah serius yang mereka hadapi.”Tolong Pak, bibit harganya selangit. Bibit Jagung saja perlima kilo harganya Rp500.000. Belum pupuk, biaya produksi lahan dan lainnya. Nah waktu panen, harganya anjlok,” tegas Jabung.

Dalam kesempatan itu salah seorang petani mengeluhkan soal harga pascapanen.”Kami sebenarnya tidak masalah pupuk mahal, bibit mahal, tapi waktu panen harganya tolong yang tinggi. Tidak seperti sekarang, pascapanen harganya anjlok,” timpal Made Swastika, petani Lampung lainnya.

Ganjar tampak serius mencatat dan mendengarkan semua persoalan yang disampaikan para petani Lampung itu. Ia menjawab semuanya dan memberikan solusi dengan baik. Soal kurangnya penyuluh misalnya, Ganjar sepakat bahwa Indonesia memang kekurangan penyuluh pertanian. Maka penyuluh petani mesti ditambah.

Baca Juga :  Jangan Persulit Masyarakat yang Ingin Vaksin

Soal pupuk langka, Ganjar mengatakan memang stok pupuk sedang menipis. Pupuk bersubsidi banyak yang tidak tepat sasaran, banyak petani bermodal besar yang membeli pupuk bersubsidi itu.

“Itulah pentingnya data. Saya di Jateng sudah membuat kartu tani untuk mendata itu. Siapa, tanam apa, di mana, berapa luasannya dan kapan panennya. Kalau data itu bisa presisi, maka persoalan pupuk subsidi bisa tepat sasaran,” tegasnya.

Ganjar mengatakan, harus ada kemitraan antara petani dengan perusahaan besar agar petani mendapat harga yang pantas. Ganjar juga mendorong agar para petani tidak menjual hasil secara mentah, melainkan menjadi produk olahan yang memiliki nilai jual tinggi.

“Selain itu, kita juga perlu mengembalikan fungsi Bulog sebagai offtaker dari para petani ini, agar hasil pertanian bisa terserap dengan harga yang pantas,” pungkasnya. (tim)

PROKALTENG.CO – Calon presiden (capres) 2024 Ganjar Pranowo berkunjung ke Way Jepara, Lampung Timur, pada Kamis (26/10). Kesempatan itu tidak disia-siakan para petani Lampung yang langsung berbondong-bondong menemui pria berambut putih itu untuk menyampaikan keluh kesah mereka.

“Senang sekali kami bisa bertemu Pak Ganjar yang notabene calon presiden kita. Malam ini, kami perwakilan petani di Lampung ingin menyampaikan keluh kesah dan berharap Pak Ganjar bisa membantu kami menyelesaikannya,” kata Jabung, perwakilan petani Lampung kepada Ganjar.

Jabung mengatakan, saat ini ada beberapa persoalan yang dihadapi petani di Lampung. Di antaranya adalah minimnya penyuluh pertanian yang mendampingi petani. Padahal, di tengah musim yang tidak menentu seperti sekarang ini peran penyuluh pertanian sangat dibutuhkan.

“Kami petani merasa dibiarkan, tidak pernah mendapat pelatihan. Padahal kami ingin SDM petani ini ditingkatkan agar menjadi unggul,” ucapnya.

Selain itu, pupuk subsidi yang langka juga menjadi persoalan. Selama ini, petani kesulitan memperoleh pupuk bersubsidi.”Selain berharap kuota pupuk subsidi ditambah, kami ingin juga ada pelatihan. Sebenarnya kami ingin dilatih membuat pupuk organik dengan bahan yang ada di sekitar kami. Karena kami tidak ingin bergantung terus pada pupuk kimia,” jelasnya.

Baca Juga :  Ganjar dan Anies Ajak Generasi Muda Berpolitik di Ideafest, Prabowo Absen

Persoalan bibit juga menjadi masalah serius yang mereka hadapi.”Tolong Pak, bibit harganya selangit. Bibit Jagung saja perlima kilo harganya Rp500.000. Belum pupuk, biaya produksi lahan dan lainnya. Nah waktu panen, harganya anjlok,” tegas Jabung.

Dalam kesempatan itu salah seorang petani mengeluhkan soal harga pascapanen.”Kami sebenarnya tidak masalah pupuk mahal, bibit mahal, tapi waktu panen harganya tolong yang tinggi. Tidak seperti sekarang, pascapanen harganya anjlok,” timpal Made Swastika, petani Lampung lainnya.

Ganjar tampak serius mencatat dan mendengarkan semua persoalan yang disampaikan para petani Lampung itu. Ia menjawab semuanya dan memberikan solusi dengan baik. Soal kurangnya penyuluh misalnya, Ganjar sepakat bahwa Indonesia memang kekurangan penyuluh pertanian. Maka penyuluh petani mesti ditambah.

Baca Juga :  Jangan Persulit Masyarakat yang Ingin Vaksin

Soal pupuk langka, Ganjar mengatakan memang stok pupuk sedang menipis. Pupuk bersubsidi banyak yang tidak tepat sasaran, banyak petani bermodal besar yang membeli pupuk bersubsidi itu.

“Itulah pentingnya data. Saya di Jateng sudah membuat kartu tani untuk mendata itu. Siapa, tanam apa, di mana, berapa luasannya dan kapan panennya. Kalau data itu bisa presisi, maka persoalan pupuk subsidi bisa tepat sasaran,” tegasnya.

Ganjar mengatakan, harus ada kemitraan antara petani dengan perusahaan besar agar petani mendapat harga yang pantas. Ganjar juga mendorong agar para petani tidak menjual hasil secara mentah, melainkan menjadi produk olahan yang memiliki nilai jual tinggi.

“Selain itu, kita juga perlu mengembalikan fungsi Bulog sebagai offtaker dari para petani ini, agar hasil pertanian bisa terserap dengan harga yang pantas,” pungkasnya. (tim)

Terpopuler

Artikel Terbaru