Site icon Prokalteng

Tolong! Tak Hanya Asin, Air Sungai Kini Sudah Terasa Pahit

tolong-tak-hanya-asin-air-sungai-kini-sudah-terasa-pahit

SAMPIT – Dampak kemarau panjang dirasakan sebagian warga di
Provinsi Kalimantan Tengah. Khususnya di Kabupaten Kotawaringin Timur. Karena
sebagian warga di Kotim mengaku mengalami krisis air bersih. Sementara air
sungai di tempat mereka, tidak hanya terasa asin lagi, tapi sudah terasa pahit.

Seperti yang dialami warga di
Bapinang Hilir Laut. Warga di wilayah selatan itu mengeluh. Karena air di
daerah itu mulai terasa pahit. Tidak adanya bantuan air bersih ke sejumlah
wilayah tersebut, membuat warga terutama yang ekonomi menengah ke bawah mulai
kesulitan membeli air bersih.

“Warga di wilayah selatan,
khususnya di Bapinang Hilir Laut saat ini sangat menderita. Air di sana tidak
lagi asin, tapi sudah terasa pahit. Kalau ingin mendapatkan air bersih, warga
harus mengeluarkan uang,” ungkap anggota DPRD dari Dapil III Kotim, Ramli,
Selasa (17/9).

Menurut Ramli, hingga kemarin
belum ada bantuan air bersih dari Pemkab Kotim ke warga setempat. “Kondisi
warga di sana sangat memprihatinkan. Kalau ingin mendapatkan air bersih
terpaksa membeli dengan harga Rp 75 ribu per drum dengan penjual yang membawa
air dari Kota Sampit,” kata politisi NasDem tersebut.

Ramli mengaku prihatin atas
penderitaan warga di sana. Dia berharap Pemkab Kotim segera mengatasi krisis
air bersih di wilayah selatan. Selama ini, kata Ramli, mayoritas warga di
wilayah selatan Kotim mengandalkan air hujan untuk keperluan sehari-hari.

Dijelaskannya, tempayan atau
tangki dalam jumlah banyak mudah ditemui di setiap rumah warga di wilayah itu
untuk menampung air.  “Kami anggota
legislatif dari Dapil III Kotim akan memperjuangkan apa yang menjadi
penderitaan warga saat ini, terutama mengatasi krisis air bersih,” tegas
Ramli bersama anggota dewan lainnya.

Anggota DPRD Kotim itu
menyebutkan, daerah selatan Kotim khususnya di Bapinang Hilir Laut menjadi
salah satu titik terparah sebagai dampak kekeringan saat ini. Sudah
berbulan-bulan warga harus berjuang bertahan hidup dengan air yang dibeli dari
penjual air dari Sampit. (sli/ens/ctk/nto)

Exit mobile version