25.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Begini Kisah Anshari, Warga Palangka Raya yang Bikin Heboh dan Diduga

PALANGKA RAYA-Nama
Anshari menghebohkan publik Kalteng, warga Palangka Raya tersebut diduga masuk jaringan
terorisme Jamaah Ansharut Daulah (JAD), organisasi radikal yang berafilisasi
dengan ISIS. Pria 36 tahun itu diamankan Tim Densus 88 dan Polda Kalteng di
sebuah barak Jalan Pinus Permai III, Kelurahan Panarung. Anshari disergap
bersama dua sahabatnya yang kini ditetapkan tersangka yakni Tomy dan Abdulah.

Siapa sebenarnya sosok
Anshari ini? sehingga bisa terkontaminasi paham radikalisme dan masuk lingkaran
organisasi radikal. Kalteng Pos (Grup Kaltengpos.co) secara eksklusif mewawancarai orangtua kandung Anshari
yakni H Wahidin (57) di kediamannya Jalan Pinus, Kelurahan Panarung, Palangka
Raya, Jumat (14/6) sekitar pukul 15.40 wib.

Kediaman orangtua
Anshari sebenarnya tidak sulit dicari, berbekal alamat yang diterima Kalteng Pos, sejatinya jalan dan nomor
alamat rumah tersebut bisa dengan mudah ditemui. Namun, setelah sekitar 15
menit mondar-mandir di alamat yang dituju. Ternyata, tidak ada nomor rumah
sesuai yang diterima Kalteng Pos dari sumber melalui pesan WhatsApp.

Kalteng Pos pun
bertanya dengan masyarakat sekitar alamat yang mau dituju. Hanya sekali
bertanya dengan warga sekitar, langsung mengetahui dan kenal dengan nama H
Wahidin. Benar saja, kediaman orangtua kandung Anshari tersebut sempat
terlewati. Setelah dilihat, ternyata nomor alamat rumah memang tidak tertulis
maupun dipasang di depan rumah. Informasinya baru saja dilepas.  

Sesampainya di depan
rumah orangtua Anshari, Kalteng Pos diterima langsung oleh orangtua kandung
Anshari yakni H Wahidin. Pia 57 tahun itu terbuka mengisahkan kehidapan anaknya
hingga mencurigainya terpapar aliran sesat.

Anshari diketahui lahir
di Olabio, Banjarmasin pada 1983.  Ia merupakan
anak kedua dari enam  bersaudara. Meski
terlahir kedua, pria lulusan SMP ini sering dianggap sebagai anak sulung karena
merupakan laki-laki pertama.

“Anshari itu laki-laki
tua. Kakak pertamanya itu perempuan. Dia lahir sekitar tahun 1983. Pokoknya dua
tahun lebih adik dari kakaknya. Dia paling disegani oleh kakak dan adik-adiknya
yang lain,” ujar Wahidin yang merupakan seorang pedagang.

Pada tahun 1998,
keluarga Wahidin berpindah dari Alabio, Banjarmasin menuju Palangka Raya dan
menggeluti profesi sebagai pedagang sayur di sejumlah pasar dan juga di Jalan
Pinus. Ketika ke Palangka Raya, lanjut Wahidin, suami dari Maya tersebut mulai
tidak melanjutkan pendidikan atau putus sekolah.

“Tahun 1988 kami
merantau ke Palangka Raya dan mulai dagang sayur. Waktu itu Anshari juga
diuruskan surat pindah sekolahnya ke Palangka Raya, tetapi karena terlambat
mendaftar akhirnya tidak bisa sekolah hingga saat ini,” ujar pria yang sudah
puluhan tahun menggeluti dunia perdagangan sayur.

Baca Juga :  Aksi 11 April 2022 Terinspirasi Kaisar Napoleon Bonaparte Turun Tahta?

Kelenjar pedagang yang
dimiliki oleh ayah dan Ibunyanya akhirnya tertular ke Anshari. Usai memutuskan
untuk tidak bersekolah, Anshari mulai membantu orang tuanya berjualan sayur dan
hingga akhirnya mandiri dengan merinstis usaha pengisian air isi ulang.

“Setelah tidak mau
sekolah lagi, dia(Anshari) ikut membantu saya dan ibunya berdagang. Dari hasil
penjualan kemudian dia buka usaha sendiri,” ujarnya sambil menunjuk usaha air
gallon yang berada di depan rumahnya.

Kesibukan berdagang tidak
membuat keluarga Wahidin termasuk Anshari melupakan kehidupan beragama. Salat
lima waktu dan sejumlah kegiatan keagamaan lainnya dalam Islam selalu ditaati
oleh keluarga.

“Yang namanya Salat
keluarga kami ini sangat patuh. Karena kami sadar bahwa hanya dengan berkah
Tuhanlah segala sesuatu dapat tercapai dan menjadi baik,” jelasnya.

Termasuk Anshari itu salatnya
tidak putus mas. Tidak hanya hanya rajin dalam kegiatan keagamaan, Anshari
termasuk sosok yang mudah bergaul dengan siapa saja. Tidak hanya kepada sesama
muslim tetapi juga kepada yang non muslim.

“Anshari itu mudah
bergaul dan temannya banyak,” ujarnya.

Tetapi, kata Wahidin, satu
kelemahannya itu malu sama perempuan. Istrinya sekarang itu saja dijodohkan
lalu menikah pada tahun 2011. Usai menikah tahun 2011, anak pria berkulit putih
dan berbadan kurus tersebut akhirnya berangkat haji. “Dia nikah tahun 2011
dengan Maya. Setelah itu, pada tahun 2012, dia berangkat Haji,” kisah Wahidin.

Setelah selesai
berangkat haji, ayah tiga anak ini kembali menjalankan bisnisnya. Sedangkan
istrinya juga menjalankan usaha menjual gorengan. “Habis menunaikan ibadah haji
kembali jalani usaha seperti biasa dan juga tidak ada perubahan. Istrinya juga sama
tetap menjual wadai,” kisahnya.

Kelakuan Anshari mulai
berubah ketika memasuki Desember 2018. Sering begadang sendirian dan melakukan
aktivitas bersama media sosial (Medsos) mulai terlihat dan meresahkan ibu dan
ayahnya serta kakak dan adiknya.

“Pokoknya mulai
awal-awal desember itu, kelihatannya dia sudah mulai berubah. Main internet
sampai tengah malam. Bahkan sampai tertidur di tempat usaha galon air yang
dirintisnya gara-gara main handphone,” tambah M yang merupakan kakak kandung
Anshari.

Usaha Anshari, kata
dia, juga mulai sedikit macet atau terlambat buka karena dia sering begadang.
Bahkan dia juga sudah sambungkan kabel jaringan internet dari rumah sini
kerumahnya.

Tidak hanya kecanduan
medsos yang bisa dicurigai berkomunikasi dengan Tomi dan Abdulah, kelakuannya
terhadap anggota keluarga pun mulai berubah drastis. Beberapa aktivitas
keagamaan dan juga gambar-gambar yang berunsur keagamaan dinilainya kafir dan
juga harus diturunkan dari tembok.

Baca Juga :  Testing di Palangka Raya Tertinggi di Kalimantan

“Kami curiga dia itu kenal
Tomi dan Abdulah dari facebook atau apa, soalnya hampir setiap saat dia mulai
tertutup dan sering katakan kami ini kafir. Gambar-gambar yang dipajang di tembok
katanya salah dan harus diturunkan,” ujarnya.

Ketika dia sudah mulai
sesat, tidak lama datanglah dua orang temannya yang katanya dari Aceh menginap
di rumahnya. “Kami juga tidak mencurigai apa-apa, karena kami sendiri tahu
dia banyak teman dan mudah bergaul, ” ujarnya.

 

Tiga hari bersama
Abdulah dan Tomi, Anshari akhirnya pamit pada ayahnya untuk pergi berkebun dan
mengikuti guru.

“Saya bingung mas,
setelah temannya itu datang, dia bilang katanya mau berkebun dan mengikuti
guru. Guru dimana dan siapa? Kami curigai dia ke Gunung Mas itu dan sudah janji
sama temannya-temannya itu,” ujarnya terlihat kesal sekaligus terkejut.

Kemudian arahan dari
keluarga, selalu dilawannya. Bahkan nasihat almarhum ibunya tidak pernah
digubris. “Saya sendiri baru bisa lega pas dia ditangkap beberapa hari
kemarin mas, ”  ungkapnya.

Kepergiannya bersama
kedua temannya yang merupakan tersangka teroris itu merupakan perpisahan
terakhir dengan Ibunya Hj Nurfatimah. Beberapa pekan setelah keberangkatannya
bersama temannya, Ibundanya tercinta meninggal. Dia tidak sempat melihatnya.

“Pas dia pergi mungkin
ke Gunung Mas, Ibu meninggal. Dia tidak sempat melihatnya,” timpal Wahidin
terlihat sedih.

Kepergiannya bertemu
Guru dan katanya berkebun masih misterius oleh anggota keluarganya. Setelah
bersahabat dengan para tersangka teroris, Anshari jarang ke rumah orang tuanya
dan bahkan kerumahnya sendiri.

“ Tidak pernah datang
kerumah lagi setelah pergi itu. Datang itu pas dua minggu kemarin dan setelah
itu mereka ditangkap,” jelasnya.

“Ketika mereka
datang dua minggu lalu langsung diusir dan disuruh tinggal di tempat lain. Saya
sudah jenuh mau nasihat tetapi saya sendiri masih sayang memang, ”
katanya.

Diakhir perbicangan
dengan Kalteng Pos, Wahidin hanya
mengucap syukur anaknya sudah tertangkap dan semoga dengan bantuan pemerintah
dan pihak keamanan, anak, mertua dan cucu-cucunya bisa kembali direhab dan
kembali seperti semula.

“ Saya bersyukur mas
pas sudah ditangkap, soalnya saya kepala sakit dan pikiran dengan Anshari ini.
Semoga dia direhab dan kedepannya semua mereka bisa kembali normal,” harapnya
sambil menetskan air mata. (old/ala) 

PALANGKA RAYA-Nama
Anshari menghebohkan publik Kalteng, warga Palangka Raya tersebut diduga masuk jaringan
terorisme Jamaah Ansharut Daulah (JAD), organisasi radikal yang berafilisasi
dengan ISIS. Pria 36 tahun itu diamankan Tim Densus 88 dan Polda Kalteng di
sebuah barak Jalan Pinus Permai III, Kelurahan Panarung. Anshari disergap
bersama dua sahabatnya yang kini ditetapkan tersangka yakni Tomy dan Abdulah.

Siapa sebenarnya sosok
Anshari ini? sehingga bisa terkontaminasi paham radikalisme dan masuk lingkaran
organisasi radikal. Kalteng Pos (Grup Kaltengpos.co) secara eksklusif mewawancarai orangtua kandung Anshari
yakni H Wahidin (57) di kediamannya Jalan Pinus, Kelurahan Panarung, Palangka
Raya, Jumat (14/6) sekitar pukul 15.40 wib.

Kediaman orangtua
Anshari sebenarnya tidak sulit dicari, berbekal alamat yang diterima Kalteng Pos, sejatinya jalan dan nomor
alamat rumah tersebut bisa dengan mudah ditemui. Namun, setelah sekitar 15
menit mondar-mandir di alamat yang dituju. Ternyata, tidak ada nomor rumah
sesuai yang diterima Kalteng Pos dari sumber melalui pesan WhatsApp.

Kalteng Pos pun
bertanya dengan masyarakat sekitar alamat yang mau dituju. Hanya sekali
bertanya dengan warga sekitar, langsung mengetahui dan kenal dengan nama H
Wahidin. Benar saja, kediaman orangtua kandung Anshari tersebut sempat
terlewati. Setelah dilihat, ternyata nomor alamat rumah memang tidak tertulis
maupun dipasang di depan rumah. Informasinya baru saja dilepas.  

Sesampainya di depan
rumah orangtua Anshari, Kalteng Pos diterima langsung oleh orangtua kandung
Anshari yakni H Wahidin. Pia 57 tahun itu terbuka mengisahkan kehidapan anaknya
hingga mencurigainya terpapar aliran sesat.

Anshari diketahui lahir
di Olabio, Banjarmasin pada 1983.  Ia merupakan
anak kedua dari enam  bersaudara. Meski
terlahir kedua, pria lulusan SMP ini sering dianggap sebagai anak sulung karena
merupakan laki-laki pertama.

“Anshari itu laki-laki
tua. Kakak pertamanya itu perempuan. Dia lahir sekitar tahun 1983. Pokoknya dua
tahun lebih adik dari kakaknya. Dia paling disegani oleh kakak dan adik-adiknya
yang lain,” ujar Wahidin yang merupakan seorang pedagang.

Pada tahun 1998,
keluarga Wahidin berpindah dari Alabio, Banjarmasin menuju Palangka Raya dan
menggeluti profesi sebagai pedagang sayur di sejumlah pasar dan juga di Jalan
Pinus. Ketika ke Palangka Raya, lanjut Wahidin, suami dari Maya tersebut mulai
tidak melanjutkan pendidikan atau putus sekolah.

“Tahun 1988 kami
merantau ke Palangka Raya dan mulai dagang sayur. Waktu itu Anshari juga
diuruskan surat pindah sekolahnya ke Palangka Raya, tetapi karena terlambat
mendaftar akhirnya tidak bisa sekolah hingga saat ini,” ujar pria yang sudah
puluhan tahun menggeluti dunia perdagangan sayur.

Baca Juga :  Aksi 11 April 2022 Terinspirasi Kaisar Napoleon Bonaparte Turun Tahta?

Kelenjar pedagang yang
dimiliki oleh ayah dan Ibunyanya akhirnya tertular ke Anshari. Usai memutuskan
untuk tidak bersekolah, Anshari mulai membantu orang tuanya berjualan sayur dan
hingga akhirnya mandiri dengan merinstis usaha pengisian air isi ulang.

“Setelah tidak mau
sekolah lagi, dia(Anshari) ikut membantu saya dan ibunya berdagang. Dari hasil
penjualan kemudian dia buka usaha sendiri,” ujarnya sambil menunjuk usaha air
gallon yang berada di depan rumahnya.

Kesibukan berdagang tidak
membuat keluarga Wahidin termasuk Anshari melupakan kehidupan beragama. Salat
lima waktu dan sejumlah kegiatan keagamaan lainnya dalam Islam selalu ditaati
oleh keluarga.

“Yang namanya Salat
keluarga kami ini sangat patuh. Karena kami sadar bahwa hanya dengan berkah
Tuhanlah segala sesuatu dapat tercapai dan menjadi baik,” jelasnya.

Termasuk Anshari itu salatnya
tidak putus mas. Tidak hanya hanya rajin dalam kegiatan keagamaan, Anshari
termasuk sosok yang mudah bergaul dengan siapa saja. Tidak hanya kepada sesama
muslim tetapi juga kepada yang non muslim.

“Anshari itu mudah
bergaul dan temannya banyak,” ujarnya.

Tetapi, kata Wahidin, satu
kelemahannya itu malu sama perempuan. Istrinya sekarang itu saja dijodohkan
lalu menikah pada tahun 2011. Usai menikah tahun 2011, anak pria berkulit putih
dan berbadan kurus tersebut akhirnya berangkat haji. “Dia nikah tahun 2011
dengan Maya. Setelah itu, pada tahun 2012, dia berangkat Haji,” kisah Wahidin.

Setelah selesai
berangkat haji, ayah tiga anak ini kembali menjalankan bisnisnya. Sedangkan
istrinya juga menjalankan usaha menjual gorengan. “Habis menunaikan ibadah haji
kembali jalani usaha seperti biasa dan juga tidak ada perubahan. Istrinya juga sama
tetap menjual wadai,” kisahnya.

Kelakuan Anshari mulai
berubah ketika memasuki Desember 2018. Sering begadang sendirian dan melakukan
aktivitas bersama media sosial (Medsos) mulai terlihat dan meresahkan ibu dan
ayahnya serta kakak dan adiknya.

“Pokoknya mulai
awal-awal desember itu, kelihatannya dia sudah mulai berubah. Main internet
sampai tengah malam. Bahkan sampai tertidur di tempat usaha galon air yang
dirintisnya gara-gara main handphone,” tambah M yang merupakan kakak kandung
Anshari.

Usaha Anshari, kata
dia, juga mulai sedikit macet atau terlambat buka karena dia sering begadang.
Bahkan dia juga sudah sambungkan kabel jaringan internet dari rumah sini
kerumahnya.

Tidak hanya kecanduan
medsos yang bisa dicurigai berkomunikasi dengan Tomi dan Abdulah, kelakuannya
terhadap anggota keluarga pun mulai berubah drastis. Beberapa aktivitas
keagamaan dan juga gambar-gambar yang berunsur keagamaan dinilainya kafir dan
juga harus diturunkan dari tembok.

Baca Juga :  Testing di Palangka Raya Tertinggi di Kalimantan

“Kami curiga dia itu kenal
Tomi dan Abdulah dari facebook atau apa, soalnya hampir setiap saat dia mulai
tertutup dan sering katakan kami ini kafir. Gambar-gambar yang dipajang di tembok
katanya salah dan harus diturunkan,” ujarnya.

Ketika dia sudah mulai
sesat, tidak lama datanglah dua orang temannya yang katanya dari Aceh menginap
di rumahnya. “Kami juga tidak mencurigai apa-apa, karena kami sendiri tahu
dia banyak teman dan mudah bergaul, ” ujarnya.

 

Tiga hari bersama
Abdulah dan Tomi, Anshari akhirnya pamit pada ayahnya untuk pergi berkebun dan
mengikuti guru.

“Saya bingung mas,
setelah temannya itu datang, dia bilang katanya mau berkebun dan mengikuti
guru. Guru dimana dan siapa? Kami curigai dia ke Gunung Mas itu dan sudah janji
sama temannya-temannya itu,” ujarnya terlihat kesal sekaligus terkejut.

Kemudian arahan dari
keluarga, selalu dilawannya. Bahkan nasihat almarhum ibunya tidak pernah
digubris. “Saya sendiri baru bisa lega pas dia ditangkap beberapa hari
kemarin mas, ”  ungkapnya.

Kepergiannya bersama
kedua temannya yang merupakan tersangka teroris itu merupakan perpisahan
terakhir dengan Ibunya Hj Nurfatimah. Beberapa pekan setelah keberangkatannya
bersama temannya, Ibundanya tercinta meninggal. Dia tidak sempat melihatnya.

“Pas dia pergi mungkin
ke Gunung Mas, Ibu meninggal. Dia tidak sempat melihatnya,” timpal Wahidin
terlihat sedih.

Kepergiannya bertemu
Guru dan katanya berkebun masih misterius oleh anggota keluarganya. Setelah
bersahabat dengan para tersangka teroris, Anshari jarang ke rumah orang tuanya
dan bahkan kerumahnya sendiri.

“ Tidak pernah datang
kerumah lagi setelah pergi itu. Datang itu pas dua minggu kemarin dan setelah
itu mereka ditangkap,” jelasnya.

“Ketika mereka
datang dua minggu lalu langsung diusir dan disuruh tinggal di tempat lain. Saya
sudah jenuh mau nasihat tetapi saya sendiri masih sayang memang, ”
katanya.

Diakhir perbicangan
dengan Kalteng Pos, Wahidin hanya
mengucap syukur anaknya sudah tertangkap dan semoga dengan bantuan pemerintah
dan pihak keamanan, anak, mertua dan cucu-cucunya bisa kembali direhab dan
kembali seperti semula.

“ Saya bersyukur mas
pas sudah ditangkap, soalnya saya kepala sakit dan pikiran dengan Anshari ini.
Semoga dia direhab dan kedepannya semua mereka bisa kembali normal,” harapnya
sambil menetskan air mata. (old/ala) 

Terpopuler

Artikel Terbaru