27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Gara-gara Istri, Penulis 101 Tokoh Dayak Selamat dari Insiden Maut Sri

PALANGKA
RAYA, PROKALTENG.CO

– Penulis 101 Tokoh Dayak R Masri Sareb Putra harus berterima kasih kepada
istrinya. Sebab, penulis ribuan buku yang sering berkunjung ke Kalteng
tersebut, selamat dari kecelakaan yang dialami oleh makapai Sriwijaya Air 9
Januari Kemarin.

Masri sapaan akrab penulis yang sering ke
Kalteng ini mengungkapkan, dia harusnya berangkat ke Pontianak, Kalimantan
Barat (Kalbar) pada 9 Januari 2021. Pada tanggal tersebut, Masri mengisi
kegiatan di salah satu TV Swasta Lokal.

“Tolong bookingkan tiket CKG-PNK untuk
keberangkatan pagi tgl 9 Januari! Saya ada acara di RUAI TV- kata saya minta
nyonya rumah tiga hari sebelum Hari H,” ucap Masri, Senin (11/1).

Diakuinya, Maskapai Sriwijaya Air merupakan
langganannya ketika bepergian ke Pontianak. “Saya memang biasa naik
maskapai itu. Saya salah satu kolomnis di SMagazine-nya,” ujarnya.

Batalnya, Masri terbang merupakan berkah bagi
dia dan keluarganya. Diapun menuturkan, bahwa pada saat itu sang istri tidak
mau membelikan tiket lantaran Pontianak zona merah Covid-19.

“Karena Ponti zona merah, yang diminta
gak mau bookingkan. Sampai 3 kali minta, tetap kekeh gak mau. Lalu saya minta
teman anak, anak milenial, booking tiket pesawat lain. Feeling saya, jika misal
X maka Y. Gak tahulah kali ini ada perasaan seperti itu.Saya dapat tiket
keberangkatan CKG-PNK 9 pagi. Jam 05.30, seperti biasa gak mau buru-bury, saya
telah ke CKG, dari arah belakang. Tiba di Bandara, hasil tes antigen saya
ditandai Pontianak. Suruh tanya maskapai di ruang check in, apa bisa berangkat?
Soalnya Bali dan Pontianak wajib PCR,” ungkapnya.

Baca Juga :  MANTAP ! Mahasiswa UPR Bersaing di Ajang Internasional, Ini Buktinya

Di kaunter chek in, terlibat perdebatan
dengan petugas. Pasalnya, petugas mengatakan wajib sweb PCR jika terbang ke
Pontianak sesuai SK Gubernur Kalbat. “Kan SK Gubernur sampai dengan
tanggal 8 Januari. Ini tanggal 9. Masa hasil tes Antigen gak bisa? Kata saya
waktu itu. Petugas menjawab, gak bisa, Pak. Diperpanjang. Ini SK-nya. Harus
PCR!”

Saya ditunjukkan di layar HP SK itu. Dan
memang benar. Namun, saya pura-pura tidak tahu,” ucapnya.

Dia mengatakan, petugas menyampaikan, jika
mengizinkan penumpang terbang tanpa hasil sweb PCR, maka maskapai dikenakan
sanksi 4 hari tidak boleh terbang ke Pontianak. “Tentu ini bukan pilihan.
Saya diminta tes PCR di klinik bandara. Saya ke klinik. Saya antre. Cukup
panjang. Saya urutan ke-5. Tetapi hasilnya tidak bisa cepat, karena keluar 1×24
jam. Maka saya pun duduk selama  1 jam di ruang tunggu Bandara
Soetta.  Menenangkan hati yang kecewa. Setelah ke kamar kecil, baru call
driver. Saya kembali dengan gundah gulana, setelah sebelumnya telepon Ketua
yayasan Keling Kumang yang juga kecewa,” ujarnya.

Baca Juga :  Soal Dugaan Serpihan Logam Roket, Tim KNKT Masih Enggan Komentar

Masri pun akhirnya gagal naik pesawat dan
kembali pulang ke rumah. “Karena gagal terbang, saya pulang. Waktu itu
cuaca mendung, gelap memayungi langit Tangerang. Di tengah-tengah hujan dan
angin lebat, saya kembali ke rumah. Tiga jam kemudian, HP saya yang silent
tiba-tiba saya lihat penuh. Dominikus Baen, orang pertama yang menelepon. Dia
panik. Semua keluarga juga. Misteri Allah sungguh tak terselami. Saya gak
sanggup sampai selesai menyaksikan tayangan TV hari ini. Seandainya? Ya,
seandainya???,” tutup Masri. 

PALANGKA
RAYA, PROKALTENG.CO

– Penulis 101 Tokoh Dayak R Masri Sareb Putra harus berterima kasih kepada
istrinya. Sebab, penulis ribuan buku yang sering berkunjung ke Kalteng
tersebut, selamat dari kecelakaan yang dialami oleh makapai Sriwijaya Air 9
Januari Kemarin.

Masri sapaan akrab penulis yang sering ke
Kalteng ini mengungkapkan, dia harusnya berangkat ke Pontianak, Kalimantan
Barat (Kalbar) pada 9 Januari 2021. Pada tanggal tersebut, Masri mengisi
kegiatan di salah satu TV Swasta Lokal.

“Tolong bookingkan tiket CKG-PNK untuk
keberangkatan pagi tgl 9 Januari! Saya ada acara di RUAI TV- kata saya minta
nyonya rumah tiga hari sebelum Hari H,” ucap Masri, Senin (11/1).

Diakuinya, Maskapai Sriwijaya Air merupakan
langganannya ketika bepergian ke Pontianak. “Saya memang biasa naik
maskapai itu. Saya salah satu kolomnis di SMagazine-nya,” ujarnya.

Batalnya, Masri terbang merupakan berkah bagi
dia dan keluarganya. Diapun menuturkan, bahwa pada saat itu sang istri tidak
mau membelikan tiket lantaran Pontianak zona merah Covid-19.

“Karena Ponti zona merah, yang diminta
gak mau bookingkan. Sampai 3 kali minta, tetap kekeh gak mau. Lalu saya minta
teman anak, anak milenial, booking tiket pesawat lain. Feeling saya, jika misal
X maka Y. Gak tahulah kali ini ada perasaan seperti itu.Saya dapat tiket
keberangkatan CKG-PNK 9 pagi. Jam 05.30, seperti biasa gak mau buru-bury, saya
telah ke CKG, dari arah belakang. Tiba di Bandara, hasil tes antigen saya
ditandai Pontianak. Suruh tanya maskapai di ruang check in, apa bisa berangkat?
Soalnya Bali dan Pontianak wajib PCR,” ungkapnya.

Baca Juga :  MANTAP ! Mahasiswa UPR Bersaing di Ajang Internasional, Ini Buktinya

Di kaunter chek in, terlibat perdebatan
dengan petugas. Pasalnya, petugas mengatakan wajib sweb PCR jika terbang ke
Pontianak sesuai SK Gubernur Kalbat. “Kan SK Gubernur sampai dengan
tanggal 8 Januari. Ini tanggal 9. Masa hasil tes Antigen gak bisa? Kata saya
waktu itu. Petugas menjawab, gak bisa, Pak. Diperpanjang. Ini SK-nya. Harus
PCR!”

Saya ditunjukkan di layar HP SK itu. Dan
memang benar. Namun, saya pura-pura tidak tahu,” ucapnya.

Dia mengatakan, petugas menyampaikan, jika
mengizinkan penumpang terbang tanpa hasil sweb PCR, maka maskapai dikenakan
sanksi 4 hari tidak boleh terbang ke Pontianak. “Tentu ini bukan pilihan.
Saya diminta tes PCR di klinik bandara. Saya ke klinik. Saya antre. Cukup
panjang. Saya urutan ke-5. Tetapi hasilnya tidak bisa cepat, karena keluar 1×24
jam. Maka saya pun duduk selama  1 jam di ruang tunggu Bandara
Soetta.  Menenangkan hati yang kecewa. Setelah ke kamar kecil, baru call
driver. Saya kembali dengan gundah gulana, setelah sebelumnya telepon Ketua
yayasan Keling Kumang yang juga kecewa,” ujarnya.

Baca Juga :  Soal Dugaan Serpihan Logam Roket, Tim KNKT Masih Enggan Komentar

Masri pun akhirnya gagal naik pesawat dan
kembali pulang ke rumah. “Karena gagal terbang, saya pulang. Waktu itu
cuaca mendung, gelap memayungi langit Tangerang. Di tengah-tengah hujan dan
angin lebat, saya kembali ke rumah. Tiga jam kemudian, HP saya yang silent
tiba-tiba saya lihat penuh. Dominikus Baen, orang pertama yang menelepon. Dia
panik. Semua keluarga juga. Misteri Allah sungguh tak terselami. Saya gak
sanggup sampai selesai menyaksikan tayangan TV hari ini. Seandainya? Ya,
seandainya???,” tutup Masri. 

Terpopuler

Artikel Terbaru