PALANGKA
RAYA-Isap
asap, sebuah ungkapan dari pemuda-pemudi dari Institute Tingang Borneo Theater
(ITBT) Palangka Raya. Tagline itu melekat sepanjang adanya kabut asap
menyelimuti sejumlah wilayah Kalteng.
Mereka mencurahkan
kegelisahan atas kondisi sejumlah wilayah di Kalteng yang semakin hari semakin
diselimuti asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Gambaran itu yang
terjadi saat ini. Kota Sampit (Kotim) dan Palangka Raya tak hanya diselimuti asap
dampak kebakaran. Namun sudah disesaki.
Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Tjilik Riwut Palangka Raya menyebut
jarak pandang atau visibility berada di bawah 1000 meter. Terutama pada pukul
07.00-08.00 WIB. Kualitas udara sudah tidak sehat.
Untuk di Palangka Raya,
asap masih fluktuatif. Terkadang menebal, terkadang sedang. Tergantung pergerakan
angin.
“Melihat dari kondisi
angin, bergeraknya cenderung tenang. Menyebabkan asap tak banyak bergerak,â€ujar
Prakirawan BMKG Stasiun Tjilik Riwut Roland Binery kepada Kalteng Pos, kemarin
(7/9). Sedangkan, untuk titik hotspot, terpantau ada 501 titik yang tersebar di
Kalteng.
Lima daerah tertinggi,
ada Kotim (143 hotspot), Katingan (98 hotspot), Seruyan (72 hotspot), Pulang
Pisau (60 hotspot), dan Kapuas (30 hotspot).
Data yang dihimpun dari
Pusdalops Kalteng, karhutla di Kotim melesat cepat dari pekan sebelumnya. Kini
luas lahan yang terbakar mencapai 1.358,33 hektare (lihat tabel). Jumlah itu
lebih empat kali lipat dari luas lahan terbakar di tahun 2015 silam, yang hanya
mencapai 318 hektare (Ha).
Sementara, luas lahan
di Palangka Raya sampai 6 September sudah hampir menyamai luas lahan terbakar
tahun 2015, 1.720,2 ha. Sampai 6 September sudah 1.716,54 ha yang terbakar.
Jumlah itu bisa melebihi luasan tahun 2015, karena musim kemarau tahun ini
diperkirakan sampai akhir Oktober. (nue/*oiq/ram)