26.3 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Di atas 60 Persen Penularan Covid-19 Berasal dari Orang Tanpa Gejala

Masyarakat terus diminta mewaspadai penularan Covid-19.
Terutama dari Orang Tanpa Gejala (OTG). Sebab, penularan Covid-19 bisa berasal
dari percikan droplet yang berasal dari seseorang yang terinfeksi tanpa gejala.

Juru Bicara Pemerintah Untuk Covid-19 Achmad Yurianto
menegaskan, banyaknya OTG menjadi sumber kasus positif Covid-19 yang terus
bertambah.  “Hati-hati, gambaran
terbanyak OTG ini di atas 60-70 persen,” katanya dalam konferensi pers, Senin
(6/4).

Yurianto pun kembali memaparkan kalau OTG ini bisa saja
merasa tak sakit atau dengan gangguan dan gejala minimal. “Bisa saja demam
batuk dikit ah enggak sakit. Tapi ternyata itu adalah gejala Covid-19,”
sambungnya.

Untuk itu, penggunaan masker penting dilakukan untuk semua
orang sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Yurianto menegaskan
potensi OTG menjadi sumber penyebaran baru bisa terjadi di kampung saat orang
memilih mudik. Apalagi jika tak menjaga physical distancing.

Baca Juga :  Dua Siswa Kalteng Lolos Paskibraka Nasional

“Batuk dan pilek namanya makan satu meja. Batuk bisa
mencemari. Mari berpikir jaga jangan sampai orang lain sakit. Isolasi mandiri
jaga ruang gerak kita. Mari bantu isolasi diri,” paparnya.

Yutianto mengatakan isolasi diri bukan berarti diasingkan
melainkan dalam konteks menjaga jarak fisik. Isolasi diri dalam konteks menjaga
kontak fisik.

“Itu menjangkau jarak sekitar satu hingga 1,5 meter. Lebih
gampangnya minimal harus berjarak dua meter. Nah dua meter ini yang harus
dijaga,” ujar Yurianto.

Dia menambahkan jika seseorang melakukan mengisolasi diri,
maka dia masih boleh berada di tengah keluarga. Namun harus menjaga kontak
fisik dan tidak boleh berjarak kurang dari dua meter dari anggota keluarga yang
lain.

“Harus pakai masker terus, supaya percikan ludahnya
tertahan di masker,” jelasnya.

Baca Juga :  Mantan Pemain Timnas Sepak Bola Dilaporkan Terkait Kasus Penipuan

Isolasi mandiri bertujuan untuk melindungi masyarakat yang
sehat, agar tidak tertular virus COVID-19. Yurianto menjelaskan kontak sosial
tetap boleh dilakukan, namun jarak sosial harus tetap dijaga. Masker yang
digunakan pun masker apa saja.

Isolasi diri, lanjut Yuri, tidak harus berkelompok.
Melainkan bisa satu orang di rumah, bersama anggota keluarga yang lain. Asalnya
menggunakan alat makan sendiri, tidak kontak dekat dengan keluarga, dan
menggunakan masker.

“Jika memunginkan, inisiatif daerah boleh mengumpulkan
untuk isolasi mandiri. Asalkan tempatnya nyaman, dibatasi jarak fisiknya,
sarana dasar dan kebutuhan dasar terpenuhi.

Selain itu, perlu juga memastikan individu yang melakukan
isolasi mandiri itu tetap gembira, karena perasaan stres sangat mempengaruhi
status imunitas seseorang.

“Kuncinya, isolasi mandiri
bisa dimana saja tapi harus membawa rasa tenang,” tegasnya. 

Masyarakat terus diminta mewaspadai penularan Covid-19.
Terutama dari Orang Tanpa Gejala (OTG). Sebab, penularan Covid-19 bisa berasal
dari percikan droplet yang berasal dari seseorang yang terinfeksi tanpa gejala.

Juru Bicara Pemerintah Untuk Covid-19 Achmad Yurianto
menegaskan, banyaknya OTG menjadi sumber kasus positif Covid-19 yang terus
bertambah.  “Hati-hati, gambaran
terbanyak OTG ini di atas 60-70 persen,” katanya dalam konferensi pers, Senin
(6/4).

Yurianto pun kembali memaparkan kalau OTG ini bisa saja
merasa tak sakit atau dengan gangguan dan gejala minimal. “Bisa saja demam
batuk dikit ah enggak sakit. Tapi ternyata itu adalah gejala Covid-19,”
sambungnya.

Untuk itu, penggunaan masker penting dilakukan untuk semua
orang sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Yurianto menegaskan
potensi OTG menjadi sumber penyebaran baru bisa terjadi di kampung saat orang
memilih mudik. Apalagi jika tak menjaga physical distancing.

Baca Juga :  Dua Siswa Kalteng Lolos Paskibraka Nasional

“Batuk dan pilek namanya makan satu meja. Batuk bisa
mencemari. Mari berpikir jaga jangan sampai orang lain sakit. Isolasi mandiri
jaga ruang gerak kita. Mari bantu isolasi diri,” paparnya.

Yutianto mengatakan isolasi diri bukan berarti diasingkan
melainkan dalam konteks menjaga jarak fisik. Isolasi diri dalam konteks menjaga
kontak fisik.

“Itu menjangkau jarak sekitar satu hingga 1,5 meter. Lebih
gampangnya minimal harus berjarak dua meter. Nah dua meter ini yang harus
dijaga,” ujar Yurianto.

Dia menambahkan jika seseorang melakukan mengisolasi diri,
maka dia masih boleh berada di tengah keluarga. Namun harus menjaga kontak
fisik dan tidak boleh berjarak kurang dari dua meter dari anggota keluarga yang
lain.

“Harus pakai masker terus, supaya percikan ludahnya
tertahan di masker,” jelasnya.

Baca Juga :  Mantan Pemain Timnas Sepak Bola Dilaporkan Terkait Kasus Penipuan

Isolasi mandiri bertujuan untuk melindungi masyarakat yang
sehat, agar tidak tertular virus COVID-19. Yurianto menjelaskan kontak sosial
tetap boleh dilakukan, namun jarak sosial harus tetap dijaga. Masker yang
digunakan pun masker apa saja.

Isolasi diri, lanjut Yuri, tidak harus berkelompok.
Melainkan bisa satu orang di rumah, bersama anggota keluarga yang lain. Asalnya
menggunakan alat makan sendiri, tidak kontak dekat dengan keluarga, dan
menggunakan masker.

“Jika memunginkan, inisiatif daerah boleh mengumpulkan
untuk isolasi mandiri. Asalkan tempatnya nyaman, dibatasi jarak fisiknya,
sarana dasar dan kebutuhan dasar terpenuhi.

Selain itu, perlu juga memastikan individu yang melakukan
isolasi mandiri itu tetap gembira, karena perasaan stres sangat mempengaruhi
status imunitas seseorang.

“Kuncinya, isolasi mandiri
bisa dimana saja tapi harus membawa rasa tenang,” tegasnya. 

Terpopuler

Artikel Terbaru