25.2 C
Jakarta
Friday, December 27, 2024

Dua Desainer Tonjolkan Tenun Masalili, Diperkenalkan di Tengah Hutan B

Umumnya masyarakat mengenal
tenun berasal dari wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Akan tetapi wilayah
lainnya juga punya kain tenun, salah satunya Kendari, Sulawesi Tenggara. Namanya
kain tenun Masalili.

Bank Indonesia Perwakilan
Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) bekerja sama dengan berbagai pihak berupaya
mengembangkan tenun Masalili sebagai kekuatan ekonomi lokal. Salah satunya
melalui program pelatihan peningkatan kualitas, motif, desain serta
pengembangan produk dan pemasaran yang bekerjasama dengan desainer Wignyo
Rahadi.

Sebagai salah satu upaya
memperkenalkan tenun Masalili ke masyarakat lebih luas, para desainer menyulpaknya
menjadi koleksi modest wear. Mulai dari gaya kontemporer hingga
syar’i dengan menggunakan kain tenun Masalili hasil produksi UMKM binaan Bank
Indonesia Perwakilan Provinsi Sultra. Uniknya, keindahan tenun Masalili
diperkenalkan di tengah Hutan Bakau di Kota Kendari, baru-baru ini.

Baca Juga :  Terbukti, Pola Makan Buruk Picu Pertumbuhan Jerawat

Karya
Desainer Wignyo Rahadi

Wignyo Rahadi menampilkan
koleksi modest wear bertema Re-Masalili yang dikembangkan dari
inspirasi gaya busana Retro dengan menonjolkan permainan cutting yang
bervolume, seperti model lengan setali, celana harem, rok draperi, dan dress
aksen tumpuk, dilengkapi turban, dan hijab model capuchon.

Tenun Masalili dalam pilihan
warna kuning, hijau, biru, hingga ungu, dikombinasi dengan tenun Lurik dan
tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) corak Sobi dan Bintik yang menjadi ciri
khas Tenun Gaya, brand yang dibuat oleh desainer Wignyo Rahadi. Sentuhan
ornamen tumpuk, draperi, dan asimetris turut menjadi daya pikat koleksi dari
olahan tenun Masalili.

Desainer
Irma Intan

Irma Intan yang merupakan
desainer kelahiran Kendari, menampilkan koleksi busana muslim Syar’i bertema
Himeka yang dalam bahasa Sansekerta berarti sorot mata yang bercahaya. Koleksi
ini menghadirkan kombinasi tenun Masalili dengan material tulle, katun, dan
organza yang dituangkan dalam siluet A-line serta
ornamen zipper dan beads yang dramatis.

Baca Juga :  Mitos, Pria Lebih Tua Dianggap Menarik, Ternyata…

Dominasi warna hitam diberi
sentuhan warna cerah dari tenun Masalili, antara lain warna merah, biru, hijau
tosca, dan ungu. Dengan program pengembangan yang dilakukan Bank Indonesia
Perwakilan Provinsi Sultra, tenun tradisional Masalili dapat diaplikasikan
menjadi ragam gaya busana ready to wear untuk menunjang gaya hidup
masa kini.(jpc/ila)

Umumnya masyarakat mengenal
tenun berasal dari wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Akan tetapi wilayah
lainnya juga punya kain tenun, salah satunya Kendari, Sulawesi Tenggara. Namanya
kain tenun Masalili.

Bank Indonesia Perwakilan
Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) bekerja sama dengan berbagai pihak berupaya
mengembangkan tenun Masalili sebagai kekuatan ekonomi lokal. Salah satunya
melalui program pelatihan peningkatan kualitas, motif, desain serta
pengembangan produk dan pemasaran yang bekerjasama dengan desainer Wignyo
Rahadi.

Sebagai salah satu upaya
memperkenalkan tenun Masalili ke masyarakat lebih luas, para desainer menyulpaknya
menjadi koleksi modest wear. Mulai dari gaya kontemporer hingga
syar’i dengan menggunakan kain tenun Masalili hasil produksi UMKM binaan Bank
Indonesia Perwakilan Provinsi Sultra. Uniknya, keindahan tenun Masalili
diperkenalkan di tengah Hutan Bakau di Kota Kendari, baru-baru ini.

Baca Juga :  Terbukti, Pola Makan Buruk Picu Pertumbuhan Jerawat

Karya
Desainer Wignyo Rahadi

Wignyo Rahadi menampilkan
koleksi modest wear bertema Re-Masalili yang dikembangkan dari
inspirasi gaya busana Retro dengan menonjolkan permainan cutting yang
bervolume, seperti model lengan setali, celana harem, rok draperi, dan dress
aksen tumpuk, dilengkapi turban, dan hijab model capuchon.

Tenun Masalili dalam pilihan
warna kuning, hijau, biru, hingga ungu, dikombinasi dengan tenun Lurik dan
tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) corak Sobi dan Bintik yang menjadi ciri
khas Tenun Gaya, brand yang dibuat oleh desainer Wignyo Rahadi. Sentuhan
ornamen tumpuk, draperi, dan asimetris turut menjadi daya pikat koleksi dari
olahan tenun Masalili.

Desainer
Irma Intan

Irma Intan yang merupakan
desainer kelahiran Kendari, menampilkan koleksi busana muslim Syar’i bertema
Himeka yang dalam bahasa Sansekerta berarti sorot mata yang bercahaya. Koleksi
ini menghadirkan kombinasi tenun Masalili dengan material tulle, katun, dan
organza yang dituangkan dalam siluet A-line serta
ornamen zipper dan beads yang dramatis.

Baca Juga :  Mitos, Pria Lebih Tua Dianggap Menarik, Ternyata…

Dominasi warna hitam diberi
sentuhan warna cerah dari tenun Masalili, antara lain warna merah, biru, hijau
tosca, dan ungu. Dengan program pengembangan yang dilakukan Bank Indonesia
Perwakilan Provinsi Sultra, tenun tradisional Masalili dapat diaplikasikan
menjadi ragam gaya busana ready to wear untuk menunjang gaya hidup
masa kini.(jpc/ila)

Terpopuler

Artikel Terbaru