Idul
Adha identik dengan perayaan bersama keluarga untuk menyantap daging kurban
bersama-sama. Ingatlah porsinya, sebab ancaman bernagai penyakit bisa saja
muncul setelah mengonsumsi daging kurban jika berlebihan. Misalnya hipertensi,
diabetes, dan kolesterol.
Direktur
Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology Center (SEAFAST),
Prof Nuri Andarwulan menjelaskan, daging kurban pasti berasal dari hewan ternak
kaki 4 yang sehat. Sehingga tidak mungkin juga untuk menghindari kolesterol
pada daging merah.
“Tak
bisa menghindari kolesterol pada daging merah. Yang ada adalah bagian daging
hewan yang sedikit kandungan lemak dan kolesterolnya,†kata Prof Nuri kepada
JawaPos.com, Kamis (30/7).
Untuk
itu, perhatikan cara memasaknya. Cara memasak daging yang tepat adalah dengan
menghasilkan masakan bergizi, aman dan menyehatkan bagi orang yang
mengonsumsinya. Lalu seperti apa cara memasaknya?
1.
Jika Dibuat Sate
Untuk
sate, pastikan daging yang diperoleh ‘bersih’. Artinya proses penyembelihan
hewan dan pemotongan bagian-bagiannya di tempat yang sanitasinya dan higiene
penjamahnya terjamin.
Proses
penyiapan sate (daging dan peralatannya) juga terjamin kebersihannya. Untuk
menjamin keamanannya, sebaiknya daging dipanggang atau dibakar hingga ‘well
done’ atau matang.
2.
Jika Dibuat Sup
Untuk
sup karena proses pengolahannya dengan suhu tinggi (rebus), maka tingkat
keamanannya tinggi. Sebab dimasak dengan keadaan lama dan mendidih.
Untuk
kandungan kolesterolnya, tergantung bagian daging yang dimasak. Adanya bagian
lemak (lemak kambing) tergantung dari orang yang mengolahnya. Bisa disertakan
pada sate atau sop.
“Lemak
hewan dan daging hewan berlemak mengandung kolesterol lebih tinggi dibnding
daging murni (misalnya daging khas), “katanya
Jadi
mana lebih sehat?
Tergantung
pilihan. Jika tak mau banyak kolesterolnya, maka lemak daging (gajih) jangan
diikutsertakan dalam masakan. Khususnya bagi mereka yang sudah memiliki riwayat
penyakit sebelumnya.