33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Penanganan Rhinosinusitis, Tak Semua Harus Operasi

SETIAP orang memiliki
sinus, rongga kecil di area tulang di wajah dan tengkorak yang terhubung lewat
saluran pernapasan. ’’Karena masih terhubung dengan hidung, istilah yang pas
adalah rhinosinusitis atau RS. Bukan sinusitis,’’ ungkap dr Budi Laksono
SpTHT-KL (K).

Rhinosinusitis terjadi ketika
selaput lendir di rongga itu mengalami infeksi dan muncul radang. Penandanya,
ada empat yang khas (lihat grafis) yang mirip dengan gejala pilek biasa.
Menurut Budi, kasus yang kerap dianggap pilek atau flu oleh awam bisa jadi
merupakan sinusitis ringan.

Spesialis THT National
Hospital Surabaya itu menyebutkan, rhinosinusitis terbagi menjadi dua kategori.
Pertama, rhinosinusitis akut; salah satu gangguan yang paling umum dialami.
Mengutip WebMD, sekitar 35 juta penduduk Amerika Serikat setidaknya mengalami
gangguan tersebut dalam setahun.

Baca Juga :  Penyakit Jantung Bisa Meningkatkan Peluang Terkena Kanker?

Budi menjelaskan, sekitar 90
persen kasus rhinosinusitis akut dipicu infeksi virus. ’’Penyakit akibat virus
tergolong self-limiting disease, bisa sembuh sendiri. Biasanya akan pulih
sekitar 10 hari,’’ ungkapnya.

Kuncinya, imun tubuh terjaga.
Pasien juga bisa menggunakan obat-obatan yang dijual bebas untuk meringankan
gejala. ’’Enggak perlu mengonsumsi antibiotik,’’ tegas Budi. Menurut dia,
antibiotik baru diresepkan jika rhinosinusitis disebabkan infeksi bakteri.

Jika keluhan berlangsung
selama 12 minggu atau lebih, gangguan itu bisa digolongkan sebagai
rhinosinusitis kronis. ’’Pada tingkatan ini, ada kerusakan yang mengubah
mukosa,’’ jelas Budi.

Dokter yang juga staf Divisi
Rinologi Departemen/SMF Ilmu Kesehatan THT-KL FKUA/RSUD dr Soetomo, Surabaya,
itu menilai, pada beberapa kasus, jaringan lunak di mukosa atau polip juga
muncul sebagai manifestasi radang. ’’Tapi, berat radang tidak linier dengan
polip. Ada yang radangnya severe (parah), tapi tidak ada polip dan
sebaliknya,’’ paparnya.

Baca Juga :  Edukasi Tentang Produk Tembakau Alternatif Penting Dilakukan

Budi menuturkan, fokus
pengobatan rhinosinusitis kronis adalah mengontrol gejala dan memperbaiki
kondisi agar tidak sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Dokter kelahiran
Jombang, 9 November 1972, itu menambahkan bahwa pengobatan juga bertujuan
mengontrol ukuran polip agar tidak makin besar.

Budi menegaskan, tidak semua
kasus rhinosinusitis membutuhkan operasi. Tindakan tersebut baru dilakukan jika
pengobatan gagal dan tidak mencapai respons. ’’Rhinosinusitis yang disebabkan
kelainan struktur mutlak dioperasi karena susunan tulang tidak bisa diperbaiki
dengan obat,’’ tegasnya.(jpc)

 

 

SETIAP orang memiliki
sinus, rongga kecil di area tulang di wajah dan tengkorak yang terhubung lewat
saluran pernapasan. ’’Karena masih terhubung dengan hidung, istilah yang pas
adalah rhinosinusitis atau RS. Bukan sinusitis,’’ ungkap dr Budi Laksono
SpTHT-KL (K).

Rhinosinusitis terjadi ketika
selaput lendir di rongga itu mengalami infeksi dan muncul radang. Penandanya,
ada empat yang khas (lihat grafis) yang mirip dengan gejala pilek biasa.
Menurut Budi, kasus yang kerap dianggap pilek atau flu oleh awam bisa jadi
merupakan sinusitis ringan.

Spesialis THT National
Hospital Surabaya itu menyebutkan, rhinosinusitis terbagi menjadi dua kategori.
Pertama, rhinosinusitis akut; salah satu gangguan yang paling umum dialami.
Mengutip WebMD, sekitar 35 juta penduduk Amerika Serikat setidaknya mengalami
gangguan tersebut dalam setahun.

Baca Juga :  Penyakit Jantung Bisa Meningkatkan Peluang Terkena Kanker?

Budi menjelaskan, sekitar 90
persen kasus rhinosinusitis akut dipicu infeksi virus. ’’Penyakit akibat virus
tergolong self-limiting disease, bisa sembuh sendiri. Biasanya akan pulih
sekitar 10 hari,’’ ungkapnya.

Kuncinya, imun tubuh terjaga.
Pasien juga bisa menggunakan obat-obatan yang dijual bebas untuk meringankan
gejala. ’’Enggak perlu mengonsumsi antibiotik,’’ tegas Budi. Menurut dia,
antibiotik baru diresepkan jika rhinosinusitis disebabkan infeksi bakteri.

Jika keluhan berlangsung
selama 12 minggu atau lebih, gangguan itu bisa digolongkan sebagai
rhinosinusitis kronis. ’’Pada tingkatan ini, ada kerusakan yang mengubah
mukosa,’’ jelas Budi.

Dokter yang juga staf Divisi
Rinologi Departemen/SMF Ilmu Kesehatan THT-KL FKUA/RSUD dr Soetomo, Surabaya,
itu menilai, pada beberapa kasus, jaringan lunak di mukosa atau polip juga
muncul sebagai manifestasi radang. ’’Tapi, berat radang tidak linier dengan
polip. Ada yang radangnya severe (parah), tapi tidak ada polip dan
sebaliknya,’’ paparnya.

Baca Juga :  Edukasi Tentang Produk Tembakau Alternatif Penting Dilakukan

Budi menuturkan, fokus
pengobatan rhinosinusitis kronis adalah mengontrol gejala dan memperbaiki
kondisi agar tidak sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Dokter kelahiran
Jombang, 9 November 1972, itu menambahkan bahwa pengobatan juga bertujuan
mengontrol ukuran polip agar tidak makin besar.

Budi menegaskan, tidak semua
kasus rhinosinusitis membutuhkan operasi. Tindakan tersebut baru dilakukan jika
pengobatan gagal dan tidak mencapai respons. ’’Rhinosinusitis yang disebabkan
kelainan struktur mutlak dioperasi karena susunan tulang tidak bisa diperbaiki
dengan obat,’’ tegasnya.(jpc)

 

 

Terpopuler

Artikel Terbaru