Pakar
epidemi Universitas Andalas (Unand) Padang Defriman Djafri Phd menilai
terjadinya penurunan kasus positif Covid-19 di Padang dalam beberapa hari
terakhir belum dapat diambil kesimpulan penyebaran virus tersebut sudah dapat
dikendalikan.
“Dalam
sudut pandang epidemiologi tidak bisa dilihat penurunan jumlah kasus saja,
perlu ada perbandingan berapa sampel tes usap (swab) yang diperiksa dan berapa
individu yang sudah dites,†kata dia di Padang, Kamis (25/6), seperti dikutip
dari Antara.
Menurut
dia, bisa saja sampel yang diambil untuk tes usap adalah orang yang sama tengah
menjalani perawatan dan isolasi mandiri.
“Orang
positif yang sedang dirawat berulang kali di tes, kalau cuma itu yang dites
tentu tidak ada kasus baru,†kata dia yang merupakan Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Unand.
Ia
menjelaskan saat ini pengambilan sampel masih terpaku pada kasus positif di
puskesmas dan rumah sakit yang kemudian dilakukan penelusuran riwayat kontak.
Seharusnya
dalam kondisi normal baru tetap berjalan pengambilan sampel tes usap secara
acak per kecamatan atau kelurahan agar benar-benar tergambar kondisi yang
sebenarnya, ujarnya.
Defriman
berpendapat jika dalam kurun waktu dua pekan setelah dilakukan pengambilan
sampel secara acak tidak ada penambahan kasus baru baru agak percaya diri bisa
dikatakan kasus mulai terkendali.
Ia
melihat saat ini masyarakat terus bergerak dan provinsi tetangga masih merah
sementara warga terus keluar masuk.
“Memang
di bandara ada tes usap, namun bagaimana dengan jalur darat pemeriksaannya,â€
kata dia.
Ia
mengingatkan jangan sampai penurunan kasus jadi antiklimaks karena orang
terlena kemudian muncul ledakan kasus baru.
“Salah
satu yang mesti diwaspadai adalah kasus impor jika memang di dalam sudah
berhasil dikendalikan,†ujarnya lagi.
Pada
sisi lain, ia menekankan pentingnya melihat perbandingan antara jumlah sampel
yang sudah dites dengan total populasi.
“Jumlah
tes saja tidak menjamin, yang perlu dilihat adalah perbandingan dengan populasi
sehingga bisa menggambarkan kondisi keseluruhan secara utuh,†ujarnya. (*)