Setelah
menguji coba vaksin Covid-19 pada manusia di Inggris, kini para peneliti akan
melakukan uji coba di negara Afrika Selatan. Uji klinis pertama di Afrika
Selatan diumumkan pada Selasa (23/6) pada konferensi pers virtual yang
diselenggarakan oleh University of the Witwatersrand, Johannesburg (Wits).
Wits
University bekerja sama dengan Universitas Oxford dan Grup Vaksin Oxford dalam
uji coba di Afrika Selatan. Vaksin yang diberi nama VIDA-Trial Ox1Cov-19 di
Afrika Selatan bertujuan untuk mencegah infeksi SARS-CoV-2, virus yang
menyebabkan Covid-19.
Nama
teknis vaksin tersebut adalah ChAdOx1 nCoV-19. Kandungan vaksin itu dibuat dari
virus ChAdOx1, yang merupakan versi
virus flu biasa (adenovirus) yang dilemahkan dan tidak bereplikasi. Vaksin
tersebut telah direkayasa untuk mengekspresikan protein lonjakan SARS-CoV-2.
Di
Afrika Selatan sendiri, setidaknya 80 ribu orang telah didiagnosis dengan
Covid-19 dan lebih dari 1.674 telah meninggal sejak Maret. Pada 17 Juni 2020,
Afrika Selatan berkontribusi terhadap 30 persen dari semua kasus Covid-19 yang
didiagnosis di benua Afrika.
Profesor
Vaksinologi di Universitas Wits dan Direktur Vaksin Dewan Riset Medis Afrika
Selatan (SAMRC) dan Unit Penelitian Analisis Penyakit Infeksi (VIDA), Shabir
Madhi, memimpin uji coba vaksin Ox1Cov-19 di Afrika Selatan. Menurut Shabir,
ini adalah momen penting bagi Afrika Selatan dalam menghadapi pandemi Covid-19.
“Kapasitas
rumah sakit makin tak terbendung, sekarang kita membutuhkan vaksin untuk
mencegah infeksi Covid-19,†kata Madhi.
“Kami
mulai menyaring peserta untuk uji coba vaksin Oxford 1 Covid-19 Afrika Selatan
minggu lalu dan peserta pertama akan divaksinasi minggu ini,†kata Madhi.
Kepala
peneliti dari Uji Coba Vaksin Oxford di Universitas Oxford Profesor Andrew
Pollard, mengatakan, para peneliti dan ilmuwan berkolaborasi dalam pengembangan
klinis untuk memerangi ancaman global terhadap kesehatan manusia yaitu
Coronavirus. Menurutnya ini adalah salah satu upaya untuk mencegah bertambahnya
kasus baru.
Sebelum
diluncurkan, penelitian di Afrika Selatan itu harus diperiksa secara teliti dan
telah disetujui oleh Otoritas Pengatur Produk Kesehatan Afrika Selatan (SAHPRA)
dan Komite Etika Penelitian Manusia dari Universitas Witwatersrand.
Selanjutnya, setelah memperoleh dan mempertimbangkan komentar publik,
Departemen Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (DAFF) barulah kemudian
menyetujui impor vaksin untuk digunakan dalam uji coba.