25.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Jangan Sepelekan Nyeri Dada, Bisa Jadi Gejala Serangan Jantung

Munculnya
nyeri dada kadang masih sering disepelekan atau diremehkan. Padahal, bisa jadi
nyeri dada itu merupakan gejala dari serangan jantung yang bisa berakibat
fatal.

Seperti
diketahui nyeri dada adalah kondisi dimana dada terasa seperti tertusuk, perih,
atau tertekan. Lokasi nyeri bisa di dada bagian kiri, kanan, atau tengah.
Dokter spesialis jantung dari Siloam Hospitals Dhirga Surya Medan dr Tri Adi
Mylano SpJP (K) FIHA mengatakan, nyeri dada dapat berlangsung sangat singkat
atau terjadi selama berhari-hari. Tergantung dari penyebabnya.

’’Penyebab
nyeri dada sangat bervariasi. Namun kondisi ini berbahaya apabila disebabkan
oleh penyakit jantung atau pembuluh darah,’’ katanya Selasa (22/9).

Dia
menjelaskan nyeri di wilayah dada merupakan tanda akan timbulnya serangan
jantung akibat berbagai faktor internal pada jantung. Misalnya adanya sumbatan
pada aliran darah dan pembuluh darah. Kondisi itu sampai membuat melemahnya
kerja jantung dan terjadi peradangan.

Baca Juga :  4 Cara Mengatasi Depresi di Kantor

Tri
Adi menjelaskan pada penderita jantung dengan gejala awal nyeri dada, mengalami
peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan penderitanya diketahui dari
pasien yang relatif berusia muda. ’’Biasanya nyeri akan menjalar ke leher, bahu,
hingga ke rahang,’’ jelasnya.

Tri
Adi lantas menyarankan agar masyarakat yang merasakan gejala nyeri pada dada
untuk segera melakukan deteksi dini. Bahkan jika nyeri dada dirasakan menjalar
ke rahang, lengan, leher, lalu tembus ke belakang disertai dengan keringat
dingin, pusing, muntah, serta jantung berdebar, segera ke IGD rumah sakit
terdekat.

Dia
menuturkan ada fakta resiko yang menyebabkan seseorang terkena penyakit
jantung. Diantaranya adalah faktor usia. Semakin seseorang bertambah tua, maka
resiko terkena serangan jantung dan jantung koroner meningkat. Kemudian juga
jenis kelamin. Dia mengatakan fakta terbaru menyebutkan wanita memiliki faktor
resiko yang ekslusif.

Lalu
yang ketiga adalah perokok. Kebiasaan ini menyebabkan peningkatan resiko
seseorang terserang penyakit jantung. Keempat adalah kurang aktivitas, minum
alkohol, diet tidak sehat, obesitas keturunan atau riwayat keluarga hipertensi,
diabetes, kolesterol jahat yang tinggi, dan stres.

Baca Juga :  Cara Tepat Atur Pola Makan Bagi Bumil dengan Diabetes Gestasional

Sementara
itu dr Evi Supriadi SpJP (K) FIHA FAsCC dari Siloam Hospitals Jambi menambahkan
biasanya nyeri dada terjadi pada penyakit jantung koroner. Kondisi itu ditandai
dengan nyeri dada atau rasa tidak enak dengan gejala yang sangat khas. Seperti
terasa tertusuk, terbakar, tertimpa benda berat, dan nyeri pada ulu hati.
Kondisi tersebut biasanya dirasakan saat beraktifitas atau stres.

Perlu
diketahui, selain dipicu penyakit jantung, nyeri dada juga bisa disebabkan
kondisi lain. Diantaranya adalah penyakit paru-paru. Seperti penyumbatan
pembuluh darah di paru-paru (emboli paru), radang pada selaput pembungkus
paru-paru (pleuritis), tekanan yang tinggi pada pembuluh darah di paru-paru
(hipertensi pulmonal), abses paru, serta atelektasis atau paru-paru yang
kempis.

Munculnya
nyeri dada kadang masih sering disepelekan atau diremehkan. Padahal, bisa jadi
nyeri dada itu merupakan gejala dari serangan jantung yang bisa berakibat
fatal.

Seperti
diketahui nyeri dada adalah kondisi dimana dada terasa seperti tertusuk, perih,
atau tertekan. Lokasi nyeri bisa di dada bagian kiri, kanan, atau tengah.
Dokter spesialis jantung dari Siloam Hospitals Dhirga Surya Medan dr Tri Adi
Mylano SpJP (K) FIHA mengatakan, nyeri dada dapat berlangsung sangat singkat
atau terjadi selama berhari-hari. Tergantung dari penyebabnya.

’’Penyebab
nyeri dada sangat bervariasi. Namun kondisi ini berbahaya apabila disebabkan
oleh penyakit jantung atau pembuluh darah,’’ katanya Selasa (22/9).

Dia
menjelaskan nyeri di wilayah dada merupakan tanda akan timbulnya serangan
jantung akibat berbagai faktor internal pada jantung. Misalnya adanya sumbatan
pada aliran darah dan pembuluh darah. Kondisi itu sampai membuat melemahnya
kerja jantung dan terjadi peradangan.

Baca Juga :  4 Cara Mengatasi Depresi di Kantor

Tri
Adi menjelaskan pada penderita jantung dengan gejala awal nyeri dada, mengalami
peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan penderitanya diketahui dari
pasien yang relatif berusia muda. ’’Biasanya nyeri akan menjalar ke leher, bahu,
hingga ke rahang,’’ jelasnya.

Tri
Adi lantas menyarankan agar masyarakat yang merasakan gejala nyeri pada dada
untuk segera melakukan deteksi dini. Bahkan jika nyeri dada dirasakan menjalar
ke rahang, lengan, leher, lalu tembus ke belakang disertai dengan keringat
dingin, pusing, muntah, serta jantung berdebar, segera ke IGD rumah sakit
terdekat.

Dia
menuturkan ada fakta resiko yang menyebabkan seseorang terkena penyakit
jantung. Diantaranya adalah faktor usia. Semakin seseorang bertambah tua, maka
resiko terkena serangan jantung dan jantung koroner meningkat. Kemudian juga
jenis kelamin. Dia mengatakan fakta terbaru menyebutkan wanita memiliki faktor
resiko yang ekslusif.

Lalu
yang ketiga adalah perokok. Kebiasaan ini menyebabkan peningkatan resiko
seseorang terserang penyakit jantung. Keempat adalah kurang aktivitas, minum
alkohol, diet tidak sehat, obesitas keturunan atau riwayat keluarga hipertensi,
diabetes, kolesterol jahat yang tinggi, dan stres.

Baca Juga :  Cara Tepat Atur Pola Makan Bagi Bumil dengan Diabetes Gestasional

Sementara
itu dr Evi Supriadi SpJP (K) FIHA FAsCC dari Siloam Hospitals Jambi menambahkan
biasanya nyeri dada terjadi pada penyakit jantung koroner. Kondisi itu ditandai
dengan nyeri dada atau rasa tidak enak dengan gejala yang sangat khas. Seperti
terasa tertusuk, terbakar, tertimpa benda berat, dan nyeri pada ulu hati.
Kondisi tersebut biasanya dirasakan saat beraktifitas atau stres.

Perlu
diketahui, selain dipicu penyakit jantung, nyeri dada juga bisa disebabkan
kondisi lain. Diantaranya adalah penyakit paru-paru. Seperti penyumbatan
pembuluh darah di paru-paru (emboli paru), radang pada selaput pembungkus
paru-paru (pleuritis), tekanan yang tinggi pada pembuluh darah di paru-paru
(hipertensi pulmonal), abses paru, serta atelektasis atau paru-paru yang
kempis.

Terpopuler

Artikel Terbaru