PROKALTENG.CO
– Kandungan Bisfenol A (BPA) di dalam material galon isi ulang terus jadi
perbincangan. Banyak yang mengira BPA di material galon isi ulang berbahaya
bagi kesehatan. Tetapi ternyata tidak.
Keterangan
tersebut disampaikan pakar teknologi pangan dari Institut Pertanian Bogor (IPB)
Dr Eko Hari Purnomo saat dihubungi Rabu (17/2). Dia menjelaskan jika ditinjau
secara ilmiah, kandungan BPA di dalam kemasan galon isi ulang mustahil
menimbulkan bahaya.
“Tidak
mungkin ada migrasi atau perpindahan BPA dan kemasan galon ke dalam airnya,â€
katanya.
Sebab,
menurutnya BPA itu tidak larut dalam air. Dia menjelaskan kandungan BPA itu
hanya larut dalam pelarut organik. Seperti alkohol, eter, ester, keton, dan
sejenisnya.
Eko
mengatakan dengan sifat BPA tersebut maka kecil kemungkinan terjadi migrasi BPA
ke dalam air yang ada di dalam kemasan galon isi ulang. Dia menjelaskan galon
isi ulang terbuat dari polikarbonat (PC). Apalagi di dalam suhu ruangan, kecil
kemungkinan terjadi migrasi BPA ke dalam air.
Dia
juga menjelaskan ketika galon isi ulang ditempatkan di dispenser, juga tidak
menyebabkan migrasi BPA ke air minum. Sebab suhu air minum yang ada di galon
tersebut masih normal atau suhu ruangan. ’’Yang panas itu air di (penampungan,
Red) dispensernya,’’ katanya.
Eko
tidak menampik bahwa kandungan BPA itu berbahaya untuk tubuh. Tetapi jika dalam
jumlah besar. Dia menjelaskan BPOM sudah memiliki hitungan sendiri soal kadar
aman BPA untuk air minum kemasan, termasuk galon isi ulang.
Di
dalam peraturan BPOM 20/2019 dinyatakan bahwa batas maksimal migrasi BPA adalah
0,6 bpj (600 mikrogram/kg) dari kemasan berbahan PC. Berdasarkan hasil
pengawasan BPOM terhadap kemasan galon yang terbuat dari polikarbonat selama
lima tahun terakhir menunjukkan migrasi BPA di bawah 0,01 bpj (10
mikrogram/kg). ’’Dengan kata lain masih dalam batas aman,’’ jelasnya.
Eko
menjelaskan BPOM tentu memiliki acuan tolerable daily impact untuk menentukan
kandungan BPA yang bisa ditoleransi tubuh. Selama BPOM selaku otoritas pangan
Indonesia sudah menghitung batas aman BPA dalam kemasan pangan, masyarakat
tidak perlu lagi khawatir untuk menggunakannya.
Pada
kesempatan sebelumnya Direktur Pengawasan Pangan Risiko Tinggi dan Teknologi
Baru BPOM Ema Setyawati menduga ada pihak tertentu yang sengaja menggoreng isu
bahwa BPA di dalam kemasan galon isi ulang berbahaya untuk kesehatan. Dia
menegaskan berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan BPOM sampai saat ini,
kadar BPA yang bermigrasi dari kemasan galon isi ulang sangat jauh di bawah
batas maksimal yang diizinkan.
’’Sudah
ada penjelasan kami, bahkan di IG BPOM juga sudah ada, bahwa sampai saat ini,
berdasarkan hasil pengawasan kami, kadar BPA sangat jauh di bawah batas
maksimal yang diizinkan,’’ jelasnya.
IPB Sebut Galon Isi Ulang Tak Bahayakan Kesehatan
Ilustrasi
galonair minum isi ulang (Istimewa)
PROKALTENG.CO
– Kandungan Bisfenol A (BPA) di dalam material galon isi ulang terus jadi
perbincangan. Banyak yang mengira BPA di material galon isi ulang berbahaya
bagi kesehatan. Tetapi ternyata tidak.
Keterangan
tersebut disampaikan pakar teknologi pangan dari Institut Pertanian Bogor (IPB)
Dr Eko Hari Purnomo saat dihubungi Rabu (17/2). Dia menjelaskan jika ditinjau
secara ilmiah, kandungan BPA di dalam kemasan galon isi ulang mustahil
menimbulkan bahaya.
“Tidak
mungkin ada migrasi atau perpindahan BPA dan kemasan galon ke dalam airnya,â€
katanya.
Sebab,
menurutnya BPA itu tidak larut dalam air. Dia menjelaskan kandungan BPA itu
hanya larut dalam pelarut organik. Seperti alkohol, eter, ester, keton, dan
sejenisnya.
Eko
mengatakan dengan sifat BPA tersebut maka kecil kemungkinan terjadi migrasi BPA
ke dalam air yang ada di dalam kemasan galon isi ulang. Dia menjelaskan galon
isi ulang terbuat dari polikarbonat (PC). Apalagi di dalam suhu ruangan, kecil
kemungkinan terjadi migrasi BPA ke dalam air.
Dia
juga menjelaskan ketika galon isi ulang ditempatkan di dispenser, juga tidak
menyebabkan migrasi BPA ke air minum. Sebab suhu air minum yang ada di galon
tersebut masih normal atau suhu ruangan. ’’Yang panas itu air di (penampungan,
Red) dispensernya,’’ katanya.
Eko
tidak menampik bahwa kandungan BPA itu berbahaya untuk tubuh. Tetapi jika dalam
jumlah besar. Dia menjelaskan BPOM sudah memiliki hitungan sendiri soal kadar
aman BPA untuk air minum kemasan, termasuk galon isi ulang.
Di
dalam peraturan BPOM 20/2019 dinyatakan bahwa batas maksimal migrasi BPA adalah
0,6 bpj (600 mikrogram/kg) dari kemasan berbahan PC. Berdasarkan hasil
pengawasan BPOM terhadap kemasan galon yang terbuat dari polikarbonat selama
lima tahun terakhir menunjukkan migrasi BPA di bawah 0,01 bpj (10
mikrogram/kg). ’’Dengan kata lain masih dalam batas aman,’’ jelasnya.
Eko
menjelaskan BPOM tentu memiliki acuan tolerable daily impact untuk menentukan
kandungan BPA yang bisa ditoleransi tubuh. Selama BPOM selaku otoritas pangan
Indonesia sudah menghitung batas aman BPA dalam kemasan pangan, masyarakat
tidak perlu lagi khawatir untuk menggunakannya.
Pada
kesempatan sebelumnya Direktur Pengawasan Pangan Risiko Tinggi dan Teknologi
Baru BPOM Ema Setyawati menduga ada pihak tertentu yang sengaja menggoreng isu
bahwa BPA di dalam kemasan galon isi ulang berbahaya untuk kesehatan. Dia
menegaskan berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan BPOM sampai saat ini,
kadar BPA yang bermigrasi dari kemasan galon isi ulang sangat jauh di bawah
batas maksimal yang diizinkan.
’’Sudah
ada penjelasan kami, bahkan di IG BPOM juga sudah ada, bahwa sampai saat ini,
berdasarkan hasil pengawasan kami, kadar BPA sangat jauh di bawah batas
maksimal yang diizinkan,’’ jelasnya.