BENCANA kebakaran hutan kembali melanda beberapa
titik di wilayah Indonesia. Asap yang timbul dari karhutla bisa berdampak pada
kesehatan masyarakat jika dihirup secara terus-menerus. Ancamannya ternyata
bisa mengganggu sistem kardiovaskular dan pernapasan.
Dalam penelitian yang dilakukan akademisi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia (FKUI) 4 tahun lalu, hasil penelitian menunjukkan, semakin lama
terpapar asap akan menyebabkan iritasi pada mata, batuk, sesak napas, pilek dan
sakit tenggorokan. Bahkan, penelitian yang dilakukan dengan cara survei online
pada masyarakat yang terkena dampak karhutla ini, asap bisa menyebabkan
hipoksia.
“Secara umum jika kualitas udara tidak baik karena asap maka yang akan
berpengaruh kadar oksigen. Kekurangan oksigen akan menyebabkan hipoksia,†kata
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Prof. Dr.dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB kepada
JawaPos.com, Selasa (17/9/2019).
Apa itu hipoksia?
Hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen yang dapat mengakibatkan
permasalahan kesehatan pada organ-organ tubuh. Di dalam tubuh, keseimbangan
oksigen dijaga oleh sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan.
“Hipoksia seharusnya kita hindari apalagi pada orang yang sudah mempunyai
permasalahan pada pembuluh darah, baik pada pembuluh darah otak maupun pembuluh
darah jantung,†jelasnya.
Kadar oksigen yang rendah menyebabkan jantung akan mengalami penurunan
suplai oksigen yang berat yang yang dapat menyebabkan terjadinya infark atau
kematian jaringan. Begitu pula pada orang yang sudah mempunyai permasalahan
pembuluh darah otak, kekurangan oksigen dapat memperburuk kondisi pasien hingga
mengakibatkan pasien tidak sadarkan diri.
“Penelitian membuktikan bahwa kondisi hipoksia sistematik kronik dapat
menyebabkan kerusakan pada hati, ginjal, jantung dan lambung,†ujarnya.
Di sisi lain komponen asap akibat kebakaran hutan juga harus dianalisa,
sehingga dapat diprediksi dampaknya buat kesehatan. Menurut dr. Ari, memang
perlu penelitian lebih lanjut mengenai kandungan asap yang ada dan dampak
penurunan kadar oksigen sehingga dampak pada masyarakat dapat diprediksi dan
diantisipasi.
“Untuk sementara memang masyarakat dianjurkan untuk tidak terhirup asap dan
mencegah untuk tidak berada di luar rumah saat jumlah asap masih tinggi,â€
ungkapnya. (jpc/kpc)