31.7 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Bagian dari Gejala Alzheimer, Cegah Pikun dengan 2 Cara

Pernahkah melihat selebaran orang hilang di jalan? Rata-rata
didominasi lansia yang dicari keluarganya, karena hilang atau tersasar di
jalan. Biasanya mereka tidak bisa mengingat sesuatu seperti jalan pulang atau
keluarganya. Ciri-ciri itu sering dianggap masyarakat dengan istilah pikun atau
lupa.

Lebih dalam lagi, pikun bisa jadi tanda dari gejala Alzheimer.
Penyakit alzheimer sendiri merupakan bagian paling umum Demensia. Yup, sebagai
bagian dari demensia, Alzheimer merupakan gangguan otak dengan gejala utamanya
kesulitan mengingat sesuatu. Namun untuk memastikan, diperlukan pengecekan
lebih lanjut. Maka dari itu, masyarakat tak boleh menganggap pikun adalah hal
yang wajar.

Lantas apa yang bisa dilakukan untuk mencegah pikun?

Alzheimer’s Indonesia (ALZI) mengajak masyarakat untuk ikut
serta dalam berbagai kegiatan di Bulan Alzheimer Sedunia (World Alzheimer’s
Month) yang diperingati setiap September secara serempak di 100 negara. Dengan
tema Let’s Talk About Dementia, ALZI mengajak setiap anggota
masyarakat untuk berkontribusi dalam upaya pencegahan dan pengendalian demensia
di Indonesia.

“Banyak masyarakat menganggap pikun hal yang normal. Padahal itu
bisa dicegah,” kata Direktur Eksekutif Alzheimer’s Indonesia, Patricia
Tumbelaka kepada JawaPos.com, baru-baru ini.

Menurutnya, demensia adalah penurunan fungsi otak yang
memengaruhi daya ingat, emosi, pengambilan keputusan dan fungsi otak lainnya.
Di Indonesia sendiri, masih banyak ditemukan keterlambatan deteksi orang dengan
demensia (ODD) karena merasa malu untuk memeriksakan diri ke layanan kesehatan
yang disebabkan berkembangnya mitos dan stigma negatif.

Baca Juga :  Bibir Kering Bisa Sebabkan Sariawan

Saat ini diperkirakan jumlah orang dengan demensia (ODD) telah
mencapai 1,2 juta orang pada 2019 ini. Jumlah ini diperkirakan akan terus
bertambah hingga 4 juta orang di tahun 2050 dan akan memberi beban ekonomi
senilai lebih dari USD2,2 miliar.

Cegah Pikun

Di saat lansia atau pra lansia sudah lupa menaruh barang, banyak
masyarakat yang memaklumi kebiasaan itu karena sudah tua. Padahal semua itu
bisa diperlambat.

“Nyasar ke pasar, dan ketika sudah ada perubahan perilaku
misalnya menuduh orang lain mengambil barangnya. Kemudian kasus lansia hilang
sangat banyak karena enggak tahu jalan pulang. Ketika hal-hal itu muncul, baru
keluarga menyadari. Itu padahal sudah masuk tahap menengah,” katanya.

Maka Patricia berharap pra lansia sudah rutin mengecek
kesehatannya. Apalagi jika memang ada penyakit bawaan sebaiknya selalu cek
secara rutin.

“Usia 40 pra lansia harus cek. Tak hanya gula darah, tensi, dan
kolesterol, tapi kesehatan otak juga harus deteksi dini,” tuturnya.

Dokter Spesialis Olahraga dr. Sophia Hage, Sp. KO membenarkan
bahwa saat ini mitos yang salah di masyarakat masih menganggap bahwa pikun itu
normal dan tak bisa dicegah. Pikun bukan bagian dari penuaan.

Baca Juga :  Batuk di Malam Hari, Atasi dengan 5 Cara Ini

“Pikun itu enggak normal. Bukan bagian dari penuaan. Ada yang
salah sehingga harus diperiksakan dan ditangani medis,” jelas dr. Sophia.

Menurutnya, pikun bisa dicegah dan diperlambat salah satunya
dengan olahraga. Olahraga terbagi dua, yakni untuk mencegah maupun bagi yang
sudah terkena demensia.

1. Olahraga Mencegah Demensia

Olahraga resiko terjadinya demensia adalah kombinasi olahraga
aerobik dan kekuatan otot serta koordinasi. Misalnya i, sepeda, lari, senam
aerobik. Lalu kekuatan otot bisa menggunakan berat badan sendiri.

“Harus 3-5 kali seminggu, 150 menit seminggu. Koordinasi
melibatkan gerakan kanan dan kiri. Melatih koordinasi, sebelah kiri ke kananalu
kanan ke kiri otak berpikir koordinasi. Melancarkan proses berpikir. Untuk yang
masih usia muda, boleh juga melakukan zumba, TRX, pilates untuk mencegah
demensia,” ungkapnya.

2. Olahraga Bagi Pasien Demensia

Bagi lansia dengan demensia tentu olahraganya tak mungkin
menggunakan kekuatan otot berlebihan. Namun durasinya tak berubah, tetap 3-5
kali seminggu, 150 menit seminggu.

“Hanya jenis olahraga yang berubah. Disesuaikan tahapan
demensianya. Baru lupa-lupa misalnya, masih bisa lakukan aktivitas sendiri.
Lalu kalau sudah tunjukkan kebingungan bisa jogging, naik sepeda
statis atau disesuaikan dengan kesenangannya apa. Sehingga bisa memperlambat,”
tutup dr. Sophia.(jpg)

Pernahkah melihat selebaran orang hilang di jalan? Rata-rata
didominasi lansia yang dicari keluarganya, karena hilang atau tersasar di
jalan. Biasanya mereka tidak bisa mengingat sesuatu seperti jalan pulang atau
keluarganya. Ciri-ciri itu sering dianggap masyarakat dengan istilah pikun atau
lupa.

Lebih dalam lagi, pikun bisa jadi tanda dari gejala Alzheimer.
Penyakit alzheimer sendiri merupakan bagian paling umum Demensia. Yup, sebagai
bagian dari demensia, Alzheimer merupakan gangguan otak dengan gejala utamanya
kesulitan mengingat sesuatu. Namun untuk memastikan, diperlukan pengecekan
lebih lanjut. Maka dari itu, masyarakat tak boleh menganggap pikun adalah hal
yang wajar.

Lantas apa yang bisa dilakukan untuk mencegah pikun?

Alzheimer’s Indonesia (ALZI) mengajak masyarakat untuk ikut
serta dalam berbagai kegiatan di Bulan Alzheimer Sedunia (World Alzheimer’s
Month) yang diperingati setiap September secara serempak di 100 negara. Dengan
tema Let’s Talk About Dementia, ALZI mengajak setiap anggota
masyarakat untuk berkontribusi dalam upaya pencegahan dan pengendalian demensia
di Indonesia.

“Banyak masyarakat menganggap pikun hal yang normal. Padahal itu
bisa dicegah,” kata Direktur Eksekutif Alzheimer’s Indonesia, Patricia
Tumbelaka kepada JawaPos.com, baru-baru ini.

Menurutnya, demensia adalah penurunan fungsi otak yang
memengaruhi daya ingat, emosi, pengambilan keputusan dan fungsi otak lainnya.
Di Indonesia sendiri, masih banyak ditemukan keterlambatan deteksi orang dengan
demensia (ODD) karena merasa malu untuk memeriksakan diri ke layanan kesehatan
yang disebabkan berkembangnya mitos dan stigma negatif.

Baca Juga :  Bibir Kering Bisa Sebabkan Sariawan

Saat ini diperkirakan jumlah orang dengan demensia (ODD) telah
mencapai 1,2 juta orang pada 2019 ini. Jumlah ini diperkirakan akan terus
bertambah hingga 4 juta orang di tahun 2050 dan akan memberi beban ekonomi
senilai lebih dari USD2,2 miliar.

Cegah Pikun

Di saat lansia atau pra lansia sudah lupa menaruh barang, banyak
masyarakat yang memaklumi kebiasaan itu karena sudah tua. Padahal semua itu
bisa diperlambat.

“Nyasar ke pasar, dan ketika sudah ada perubahan perilaku
misalnya menuduh orang lain mengambil barangnya. Kemudian kasus lansia hilang
sangat banyak karena enggak tahu jalan pulang. Ketika hal-hal itu muncul, baru
keluarga menyadari. Itu padahal sudah masuk tahap menengah,” katanya.

Maka Patricia berharap pra lansia sudah rutin mengecek
kesehatannya. Apalagi jika memang ada penyakit bawaan sebaiknya selalu cek
secara rutin.

“Usia 40 pra lansia harus cek. Tak hanya gula darah, tensi, dan
kolesterol, tapi kesehatan otak juga harus deteksi dini,” tuturnya.

Dokter Spesialis Olahraga dr. Sophia Hage, Sp. KO membenarkan
bahwa saat ini mitos yang salah di masyarakat masih menganggap bahwa pikun itu
normal dan tak bisa dicegah. Pikun bukan bagian dari penuaan.

Baca Juga :  Batuk di Malam Hari, Atasi dengan 5 Cara Ini

“Pikun itu enggak normal. Bukan bagian dari penuaan. Ada yang
salah sehingga harus diperiksakan dan ditangani medis,” jelas dr. Sophia.

Menurutnya, pikun bisa dicegah dan diperlambat salah satunya
dengan olahraga. Olahraga terbagi dua, yakni untuk mencegah maupun bagi yang
sudah terkena demensia.

1. Olahraga Mencegah Demensia

Olahraga resiko terjadinya demensia adalah kombinasi olahraga
aerobik dan kekuatan otot serta koordinasi. Misalnya i, sepeda, lari, senam
aerobik. Lalu kekuatan otot bisa menggunakan berat badan sendiri.

“Harus 3-5 kali seminggu, 150 menit seminggu. Koordinasi
melibatkan gerakan kanan dan kiri. Melatih koordinasi, sebelah kiri ke kananalu
kanan ke kiri otak berpikir koordinasi. Melancarkan proses berpikir. Untuk yang
masih usia muda, boleh juga melakukan zumba, TRX, pilates untuk mencegah
demensia,” ungkapnya.

2. Olahraga Bagi Pasien Demensia

Bagi lansia dengan demensia tentu olahraganya tak mungkin
menggunakan kekuatan otot berlebihan. Namun durasinya tak berubah, tetap 3-5
kali seminggu, 150 menit seminggu.

“Hanya jenis olahraga yang berubah. Disesuaikan tahapan
demensianya. Baru lupa-lupa misalnya, masih bisa lakukan aktivitas sendiri.
Lalu kalau sudah tunjukkan kebingungan bisa jogging, naik sepeda
statis atau disesuaikan dengan kesenangannya apa. Sehingga bisa memperlambat,”
tutup dr. Sophia.(jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru