32.7 C
Jakarta
Monday, April 14, 2025

Dokter Ceritakan Tiga Fase Tersulit yang Dilewati Pasien Covid-19

Bukan
hanya pasien yang merasakan sulitnya menghadapi kondisi ketika divonis
terinfeksi Covid-19, akan tetapi dokter juga mengalami fase-fase tersulit dalam
mengatasi pasien. Dokter Emergency yang terkenal lewat media sosial, dr. Gia
Pratama menceritakan bagaimana detik-detik pasien dinyatakan terinfeksi.

Menurut
dr. Gia, sejak awal pandemi dirinya melalui 3 fase terus menerus selama bekerja
di rumah sakit. Ketiganya adalah fase sulit yang harus dilalui dokter maupun
pasien. Pertama memberitahu pasien bahwa dirinya terkena Covid-19.

’’Ada
yang menangis, ada yang histeris, sampe saya kasih kabar buruk sambil terus
menyemangati enggak apa-apa bisa sembuh kok,’’ katanya saat berbincang dengan
tim satgas Covid-19 dr. Reisa Broto Asmoro, Jumat (13/11).

’’Sekarang
harus ikhlas dulu positif, lalu menyembuhkan diri,’’ katanya.

Baca Juga :  Sembilan Jenis The Herbal dan Kegunaannya bagi Kesehatan

Fase
kedua saat pasien harus diisolasi. Diisolasi di RS pasien tak boleh bertemu keluarga.
Tak boleh bertemu teman.

’’Sendirian
dan itu menjenuhkan dan juga bikin stres. Jadi kami seperti keluarga kedua
mereka. Dijenguk tiap hari, disemangati tiap hari. Terus kami pantau,’’
tegasnya.

Fase
ketiga, ada 2 kemungkinan. Kemungkinan pertama pasien tersebut sembuh, terlihat
tak pernah sakit atau kemungkinan meninggal. ’’Ada pasien yamg sehat mukanya
cerah sekali, pamit ke kita. Aduh itu rasanya enggak usah dibayar juga enggak
apa-apa. Pulang bisa ketemu keluarga karena swab sudah negatif dua kali,’’
jelasnya.

’’Lalu
kemungkinan kedua yaitu meninggal dan ini beratnya luar biasa. Keluarganya
enggak ada, dilakukan tanpa keluarga, telepon keluarga kalau pasien sudah
enggak ada dan dimasukkan ke dalam peti, plastik suatu hal yang enggak umum di
masyarakat kita. Dan kondisi yang berat ini fase yang berulang,’’ tukas dr.
Gia.

Baca Juga :  Jangan Tunjukkan 5 Hal ini di Depan Anak, Bisa Timbulkan Trauma Seumur Hidup

Menurutnya,
dia selalu menyampaikan pada pasien bahwa virus ini juga akan kalah dengan daya
tahan tubuh kita sendiri. Maka pasien harus tetap semangat. ’’Biarlah bapak ibu
enggak usah fokus sama penyakitnya. Biarkan dokter yang fokus sama penyakitnya.
Bapak atau ibu fokus sama dirinya sendiri, jaga kesehatannya, minum airnya
makanannya semua. Itu yang saya sampaikan,’’ jelasnya.

Dia
menjelaskan, rumusnya adalah RI, risiko infeksi sama dengan jumlah virus dibagi
imunitas tubuh. (*)

Bukan
hanya pasien yang merasakan sulitnya menghadapi kondisi ketika divonis
terinfeksi Covid-19, akan tetapi dokter juga mengalami fase-fase tersulit dalam
mengatasi pasien. Dokter Emergency yang terkenal lewat media sosial, dr. Gia
Pratama menceritakan bagaimana detik-detik pasien dinyatakan terinfeksi.

Menurut
dr. Gia, sejak awal pandemi dirinya melalui 3 fase terus menerus selama bekerja
di rumah sakit. Ketiganya adalah fase sulit yang harus dilalui dokter maupun
pasien. Pertama memberitahu pasien bahwa dirinya terkena Covid-19.

’’Ada
yang menangis, ada yang histeris, sampe saya kasih kabar buruk sambil terus
menyemangati enggak apa-apa bisa sembuh kok,’’ katanya saat berbincang dengan
tim satgas Covid-19 dr. Reisa Broto Asmoro, Jumat (13/11).

’’Sekarang
harus ikhlas dulu positif, lalu menyembuhkan diri,’’ katanya.

Baca Juga :  Sembilan Jenis The Herbal dan Kegunaannya bagi Kesehatan

Fase
kedua saat pasien harus diisolasi. Diisolasi di RS pasien tak boleh bertemu keluarga.
Tak boleh bertemu teman.

’’Sendirian
dan itu menjenuhkan dan juga bikin stres. Jadi kami seperti keluarga kedua
mereka. Dijenguk tiap hari, disemangati tiap hari. Terus kami pantau,’’
tegasnya.

Fase
ketiga, ada 2 kemungkinan. Kemungkinan pertama pasien tersebut sembuh, terlihat
tak pernah sakit atau kemungkinan meninggal. ’’Ada pasien yamg sehat mukanya
cerah sekali, pamit ke kita. Aduh itu rasanya enggak usah dibayar juga enggak
apa-apa. Pulang bisa ketemu keluarga karena swab sudah negatif dua kali,’’
jelasnya.

’’Lalu
kemungkinan kedua yaitu meninggal dan ini beratnya luar biasa. Keluarganya
enggak ada, dilakukan tanpa keluarga, telepon keluarga kalau pasien sudah
enggak ada dan dimasukkan ke dalam peti, plastik suatu hal yang enggak umum di
masyarakat kita. Dan kondisi yang berat ini fase yang berulang,’’ tukas dr.
Gia.

Baca Juga :  Jangan Tunjukkan 5 Hal ini di Depan Anak, Bisa Timbulkan Trauma Seumur Hidup

Menurutnya,
dia selalu menyampaikan pada pasien bahwa virus ini juga akan kalah dengan daya
tahan tubuh kita sendiri. Maka pasien harus tetap semangat. ’’Biarlah bapak ibu
enggak usah fokus sama penyakitnya. Biarkan dokter yang fokus sama penyakitnya.
Bapak atau ibu fokus sama dirinya sendiri, jaga kesehatannya, minum airnya
makanannya semua. Itu yang saya sampaikan,’’ jelasnya.

Dia
menjelaskan, rumusnya adalah RI, risiko infeksi sama dengan jumlah virus dibagi
imunitas tubuh. (*)

Terpopuler

Artikel Terbaru