26.3 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Happy Hypoxia Pada Pasien Covid-19 Persulit Oksigen Sampai ke Otak

Ancaman
kondisi happy hypoxia yang dialami pasien Covid-19 semakin berbahaya. Sebuah
studi penelitian memberikan penjelasan pasien Covid-19 yamg memiliki kadar
oksigen sangat rendah. Kondisi ini bisa mengancam jiwa, tetapi tidak ada tanda-tanda
kesulitan bernapas.

Pemahaman
baru tentang kondisi ini, yang dikenal sebagai silent hypoxemia atau happy
hypoxia dapat mencegah intubasi dan ventilasi yang tidak perlu pada pasien
selama gelombang kedua virus Korona saat ini.

“Kondisi
ini sangat membingungkan bagi dokter karena bertentangan dengan biologi dasar,”
kata Ahli dari Loyola Medicine Martin J. Tobin, MD, dan spesialis paru dan
perawatan kritis Rumah Sakit Edward J. Hines Jr. VA, dan profesor, Loyola
University Chicago Stritch School of Medicine seperti dilansir dari Science
Daily, Senin (14/9).

Dr.
Tobin adalah penulis utama studi, ‘Mengapa Covid-19 Silent Hypoxemia
Membingungkan Dokter’ dan muncul baru-baru ini di American Journal of
Respiratory and Critical Care Medicine.

Dokter
akan memasukkan selang pernapasan (endotrakeal) dan menghubungkan pasien ke
ventilator mekanis.

Studi
ini melibatkan 16 pasien Covid-19 dengan tingkat oksigen yang sangat rendah
(serendah 50 persen; saturasi oksigen darah normal antara 95 dan 100 persen,
Red), tanpa sesak napas atau dispnea, dan menemukan bahwa beberapa mekanisme
patofisiologis bertanggung jawab atas sebagian besar kasus. Kasus silent
hypoxemia bisa dideteksi untuk mengukur kadar oksigen tahap awal dengan pasien
menggunakan pulse oximeter.

Baca Juga :  Manfaat Konsumsi Jahe bagi Penderita Asma

“Sementara
oksimeter denyut sangat akurat ketika pembacaan oksigen tinggi, ia secara nyata
membesar-besarkan tingkat keparahan rendahnya kadar oksigen saat pembacaan
rendah,” kata Tobin.

Kondisi
itu membuat oksigen sulit untuk sampai ke otak. Saat kadar oksigen turun pada
pasien dengan Covid-19, otak tidak merespons sampai oksigen turun ke tingkat yang
sangat rendah di mana pasien biasanya menjadi sesak napas. Selain itu, lebih
dari separuh pasien memiliki kadar karbon dioksida yang rendah, yang dapat
mengurangi dampak kadar oksigen yang sangat rendah.

Terpisah,
hal itu senada dikatakan oleh Wang Ruquan dari Pengobatan Tradisional Tiongkok,
Dong E Ejiao co.,ltd (Fufang Ejiao Jiang). Menurutnya, happy hypoxia adalah
kondisi di mana pasien tidak merasakan gejala apapun, namun kadar oksigen di
dalam pasien tersebut sangat rendah. Penurunan kadar oksigen di dalam darah ini
yang menyebabkan organ-organ tubuh tidak berfungsi secara normal.

Baca Juga :  Pentingnya Menjaga Kebugaran Anak di Masa Pandemi Covid-19

Happy
hypoxia ini dapat dideteksi sejak dini, dengan mengukur kadar oksigen di
fasilitas layanan kesehatan terdekat atau kita bisa melakukannya secara mandiri
yaitu dengan alat pulse oximeter yang mampu mengukur kadar oksigen di dalam
tubuh kita. Selain itu, pencegahan yang dapat dilakukan bisa dengan mengonsumsi
produk kesehatan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh serta memaksimalkan
kadar oksigen dalam darah.

Menurutnya,
seseorang bisa mencegahnya dengan meningkatkan kemampuan darah menghantarkan
oksigen, meningkatkan stamina dan kekebalan tubuh, serta khasiatnya yang mampu
meningkatkan jumlah trombosit. Dengan begitu kapasitas vital paru-paru pasien
yang meningkat menandakan adanya perbaikan fungsi pada pernapasan.

“Infeksi
pada paru-paru yang disebabkan oleh virus Covid-19 ini menyebabkan fungsi
paru-paru menurun sehingga kadar oksigen dalam darah pun juga menurun,”
jelasnya.

Ancaman
kondisi happy hypoxia yang dialami pasien Covid-19 semakin berbahaya. Sebuah
studi penelitian memberikan penjelasan pasien Covid-19 yamg memiliki kadar
oksigen sangat rendah. Kondisi ini bisa mengancam jiwa, tetapi tidak ada tanda-tanda
kesulitan bernapas.

Pemahaman
baru tentang kondisi ini, yang dikenal sebagai silent hypoxemia atau happy
hypoxia dapat mencegah intubasi dan ventilasi yang tidak perlu pada pasien
selama gelombang kedua virus Korona saat ini.

“Kondisi
ini sangat membingungkan bagi dokter karena bertentangan dengan biologi dasar,”
kata Ahli dari Loyola Medicine Martin J. Tobin, MD, dan spesialis paru dan
perawatan kritis Rumah Sakit Edward J. Hines Jr. VA, dan profesor, Loyola
University Chicago Stritch School of Medicine seperti dilansir dari Science
Daily, Senin (14/9).

Dr.
Tobin adalah penulis utama studi, ‘Mengapa Covid-19 Silent Hypoxemia
Membingungkan Dokter’ dan muncul baru-baru ini di American Journal of
Respiratory and Critical Care Medicine.

Dokter
akan memasukkan selang pernapasan (endotrakeal) dan menghubungkan pasien ke
ventilator mekanis.

Studi
ini melibatkan 16 pasien Covid-19 dengan tingkat oksigen yang sangat rendah
(serendah 50 persen; saturasi oksigen darah normal antara 95 dan 100 persen,
Red), tanpa sesak napas atau dispnea, dan menemukan bahwa beberapa mekanisme
patofisiologis bertanggung jawab atas sebagian besar kasus. Kasus silent
hypoxemia bisa dideteksi untuk mengukur kadar oksigen tahap awal dengan pasien
menggunakan pulse oximeter.

Baca Juga :  Manfaat Konsumsi Jahe bagi Penderita Asma

“Sementara
oksimeter denyut sangat akurat ketika pembacaan oksigen tinggi, ia secara nyata
membesar-besarkan tingkat keparahan rendahnya kadar oksigen saat pembacaan
rendah,” kata Tobin.

Kondisi
itu membuat oksigen sulit untuk sampai ke otak. Saat kadar oksigen turun pada
pasien dengan Covid-19, otak tidak merespons sampai oksigen turun ke tingkat yang
sangat rendah di mana pasien biasanya menjadi sesak napas. Selain itu, lebih
dari separuh pasien memiliki kadar karbon dioksida yang rendah, yang dapat
mengurangi dampak kadar oksigen yang sangat rendah.

Terpisah,
hal itu senada dikatakan oleh Wang Ruquan dari Pengobatan Tradisional Tiongkok,
Dong E Ejiao co.,ltd (Fufang Ejiao Jiang). Menurutnya, happy hypoxia adalah
kondisi di mana pasien tidak merasakan gejala apapun, namun kadar oksigen di
dalam pasien tersebut sangat rendah. Penurunan kadar oksigen di dalam darah ini
yang menyebabkan organ-organ tubuh tidak berfungsi secara normal.

Baca Juga :  Pentingnya Menjaga Kebugaran Anak di Masa Pandemi Covid-19

Happy
hypoxia ini dapat dideteksi sejak dini, dengan mengukur kadar oksigen di
fasilitas layanan kesehatan terdekat atau kita bisa melakukannya secara mandiri
yaitu dengan alat pulse oximeter yang mampu mengukur kadar oksigen di dalam
tubuh kita. Selain itu, pencegahan yang dapat dilakukan bisa dengan mengonsumsi
produk kesehatan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh serta memaksimalkan
kadar oksigen dalam darah.

Menurutnya,
seseorang bisa mencegahnya dengan meningkatkan kemampuan darah menghantarkan
oksigen, meningkatkan stamina dan kekebalan tubuh, serta khasiatnya yang mampu
meningkatkan jumlah trombosit. Dengan begitu kapasitas vital paru-paru pasien
yang meningkat menandakan adanya perbaikan fungsi pada pernapasan.

“Infeksi
pada paru-paru yang disebabkan oleh virus Covid-19 ini menyebabkan fungsi
paru-paru menurun sehingga kadar oksigen dalam darah pun juga menurun,”
jelasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru