28 C
Jakarta
Monday, April 21, 2025

Waspadai kemungkinan Gangguan Penglihatan Gegara Radiasi Gadget

Komputer
dan gadget, termasuk hand phone, sekarang telah menjadi sarana hidup pokok
manusia mulai balita sampai lansia, karena tiada kehidupan yang tidak melalui
sarana komunikasi lewat komputer dan gadget, lebih lebih di era pandemi Korona
ini, ketika manusia mau tak mau harus semakin tergantung kepada gadget untuk
bekerja dan belajar.

Padahal
seperti dimaklumi radiasi komputer/gadget bisa mengakibatkan gangguan
penglihatan. Apalagi kini banyak orang menghabiskan waktunya untuk bekerja dan
belajar di depan komputer/gadget.

“Darurat
mata termasuk kondisi tatkala orang sudah tidak mampu lagi bekerja dan atau
belajar lewat komputer/gadget. Tidak hanya akibat kecelakaan yang bisa
dikategorikan emergency.” Begitu kata Prof. Dr. Tjahjono D. Gondhowiardjo,
SpM(K), PhD, guru besar ahli penyakit mata Universitas Indonesia.

Dalam
sebuah perbincangan di ruang praktiknya di gedung Jakarta Eye Center, awal
November, Prof. Tjahjono mengungkapkan ada rekannya seorang guru besar yang
menyampaikan tidak lagi mampu bekerja dengan komputer dan minta perawatan
matanya.

Baca Juga :  Kenali 5 Ciri Kosmetik Yang Mengandung Merkuri

Juga
ada orang tua yang menyampaikan kondisi anaknya yang masih usia sekolah
terganggu proses belajarnya melalui Zoom karena gangguan penglihatan. JEC
(Jakarta Eye Center) yang terletak di Jakarta Pusat itu dipenuhi pasien yang
antri seperti pasar. “Ini bisa dikatakan keadaan darurat, karena mata menjadi
alat vital untuk hidup, penghidupan dan proses belajar mengajar,” katanya.

Jadi
orang yang terganggu penglihatanya tidak bisa dilarang untuk datang ke rumah
sakit mata. Sementara itu, beberapa waktu lalu ada himbauan hanya orang-orang
yang mengalami sakit gawat darurat boleh ke rumah sakit. Ini untuk mencegah
penularan Covid-19.

Ahli
penyakit mata itu menyampaikan resep untuk menghindari gangguan penglihatan,
yakni 20:20:20. Maksudnya, setelah didepan komputer selama 20 menit, harus
berhenti selama 20 detik dan kemudian melihat sesuatu yang berjarak 20 meter.
Bisa dibayangkan kemungkinan generasi muda Indonesia akan mengalami gangguan
penglihatan karena sejak balita sudah terbiasa terpapar oleh layar.

Baca Juga :  Tak Mau Jerawat, Hindari 5 Jenis Makanan

Secara
seloroh, orang bisa mengatakan Korona telah membuat hari depan Dokter mata dan
industri optik punya kehidupan cerah. Indonesia yang terletak di garis
khatulistiwa memiliki jumlah penderita katarak dalam jumlah besar. Juga angka
kebutaan yang tinggi. Oleh karena itu, berbagai lembaga sosial aktif melakukan
kegiatan operasi katarak gratis. Dompet Dhuafa pun tergerak melakukan gerakan
kemanusiaan ini yang dikemas dalam program APDC (Aksi Peduli Dampak Corona).

Prof.
Tjahjono, adalah mantan anggota komnas PGPK dan sejak puluhan tahun lalu giat
dalam aksi peduli kesehatan mata. Ia menyatakan siap terjun lagi dalam aksi
yang sama.

Ia
juga mantan Ketua PERDAMI (Persatuan Dokter Mata Indonesia). Peran mata
(penglihatan) adalah jalur utama (83%) masuknya informasi sehari-hari. Telinga
11% dst. Namun, untuk belajar (mengingat), membaca 10%, mendengar 20%, melihat
30%, mendengar dan melihat 50%. (Edgar Dale ~ Cone of Learning).

*)
Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan

Komputer
dan gadget, termasuk hand phone, sekarang telah menjadi sarana hidup pokok
manusia mulai balita sampai lansia, karena tiada kehidupan yang tidak melalui
sarana komunikasi lewat komputer dan gadget, lebih lebih di era pandemi Korona
ini, ketika manusia mau tak mau harus semakin tergantung kepada gadget untuk
bekerja dan belajar.

Padahal
seperti dimaklumi radiasi komputer/gadget bisa mengakibatkan gangguan
penglihatan. Apalagi kini banyak orang menghabiskan waktunya untuk bekerja dan
belajar di depan komputer/gadget.

“Darurat
mata termasuk kondisi tatkala orang sudah tidak mampu lagi bekerja dan atau
belajar lewat komputer/gadget. Tidak hanya akibat kecelakaan yang bisa
dikategorikan emergency.” Begitu kata Prof. Dr. Tjahjono D. Gondhowiardjo,
SpM(K), PhD, guru besar ahli penyakit mata Universitas Indonesia.

Dalam
sebuah perbincangan di ruang praktiknya di gedung Jakarta Eye Center, awal
November, Prof. Tjahjono mengungkapkan ada rekannya seorang guru besar yang
menyampaikan tidak lagi mampu bekerja dengan komputer dan minta perawatan
matanya.

Baca Juga :  Kenali 5 Ciri Kosmetik Yang Mengandung Merkuri

Juga
ada orang tua yang menyampaikan kondisi anaknya yang masih usia sekolah
terganggu proses belajarnya melalui Zoom karena gangguan penglihatan. JEC
(Jakarta Eye Center) yang terletak di Jakarta Pusat itu dipenuhi pasien yang
antri seperti pasar. “Ini bisa dikatakan keadaan darurat, karena mata menjadi
alat vital untuk hidup, penghidupan dan proses belajar mengajar,” katanya.

Jadi
orang yang terganggu penglihatanya tidak bisa dilarang untuk datang ke rumah
sakit mata. Sementara itu, beberapa waktu lalu ada himbauan hanya orang-orang
yang mengalami sakit gawat darurat boleh ke rumah sakit. Ini untuk mencegah
penularan Covid-19.

Ahli
penyakit mata itu menyampaikan resep untuk menghindari gangguan penglihatan,
yakni 20:20:20. Maksudnya, setelah didepan komputer selama 20 menit, harus
berhenti selama 20 detik dan kemudian melihat sesuatu yang berjarak 20 meter.
Bisa dibayangkan kemungkinan generasi muda Indonesia akan mengalami gangguan
penglihatan karena sejak balita sudah terbiasa terpapar oleh layar.

Baca Juga :  Tak Mau Jerawat, Hindari 5 Jenis Makanan

Secara
seloroh, orang bisa mengatakan Korona telah membuat hari depan Dokter mata dan
industri optik punya kehidupan cerah. Indonesia yang terletak di garis
khatulistiwa memiliki jumlah penderita katarak dalam jumlah besar. Juga angka
kebutaan yang tinggi. Oleh karena itu, berbagai lembaga sosial aktif melakukan
kegiatan operasi katarak gratis. Dompet Dhuafa pun tergerak melakukan gerakan
kemanusiaan ini yang dikemas dalam program APDC (Aksi Peduli Dampak Corona).

Prof.
Tjahjono, adalah mantan anggota komnas PGPK dan sejak puluhan tahun lalu giat
dalam aksi peduli kesehatan mata. Ia menyatakan siap terjun lagi dalam aksi
yang sama.

Ia
juga mantan Ketua PERDAMI (Persatuan Dokter Mata Indonesia). Peran mata
(penglihatan) adalah jalur utama (83%) masuknya informasi sehari-hari. Telinga
11% dst. Namun, untuk belajar (mengingat), membaca 10%, mendengar 20%, melihat
30%, mendengar dan melihat 50%. (Edgar Dale ~ Cone of Learning).

*)
Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan

Terpopuler

Artikel Terbaru