GERD
(gastroesophageal reflux disease) sudah bukan penyakit yang asing didengar.
Sebab, makin banyak pengidapnya. Meski begitu, sejak dulu hingga kini, kunci
pengobatannya sama: disiplin.
SECARA
medis, GERD adalah gangguan ketika isi lambung refluks atau kembali naik ke
kerongkongan (esofagus) secara berulang. Padahal, umumnya cairan bergerak ke
bagian yang lebih rendah. Pencetusnya, lower esophageal sphincter (LES) –katup
penghubung saluran makanan atas dengan lambung– yang tak bekerja sesuai dengan
fungsi. Katup yang seharusnya kencang justru kendur akibat relaksasi. â€Asam
lambung dan sisa makanan naik, lalu masuk lagi ke perut karena gerakan
peristaltik,†papar dr Husin Thamrin SpPD-FINASIM.
Ketika
kembali, ada cairan lambung yang menempel di esofagus. Ketidaknyamanan pun
dirasakan saat gerakan abnormal itu terjadi. â€Ketika cairan naik, keluhan
utamanya adalah nyeri di ulu hati dan heartburn. Sering kali GERD ini dikira
gangguan jantung,†ujar Husin.
Internis
National Hospital Surabaya tersebut menilai, sensasi tak nyaman itu juga muncul
pada malam hari. Sebab, dalam posisi tidur, cairan bisa naik ke kerongkongan.
â€Akhirnya, saat pagi, banyak yang mengeluh mual dan mulut terasa kecut atau
pahit,†jelasnya.
Karena
kompleksnya keluhan tersebut, Husin menilai bahwa diagnosis GERD perlu
ditegakkan dengan pemeriksaan silang. â€Banyak pasien saya yang rujukan dari
dokter THT karena dikira gangguan tenggorokan nggak sembuh-sembuh,†ungkapnya.
Alumnus
Universitas Airlangga (Unair) itu menjelaskan, dokter biasanya menyarankan
endoskopi untuk pemeriksaan mendetail. â€Tujuannya, mengetahui GERD menimbulkan
gangguan di mukosa atau dinding esofagus,†terangnya.
Jika
tak ada erosi, GERD tergolong NERD (nonerosive reflux disease). Namun, kalau
timbul pengikisan, GERD tergolong ERD yang bisa menimbulkan komplikasi berupa
perubahan sel esofagus (barrett esophagus) hingga kanker. â€Meski beda, tata
laksana pengobatannya sama,†tegas Husin.
Untuk
penanganan nonfarmakologis atau nonobat, pasien wajib melakukan modifikasi gaya
hidup. Pasien GERD akibat obesitas, misalnya, wajib menurunkan bobot tubuh.
â€Kelebihan berat badan mengakibatkan tekanan abdomen naik. Jadi, cairan lambung
terimpit dan naik,†ungkapnya. Langkah itu wajib diiringi dengan pengobatan
rutin.
Staf
medis Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSUD
dr Soetomo, Surabaya, itu menilai bahwa pengobatan GERD tak bisa instan. â€Dari
studi yang ada, memang pengobatannya terbilang jangka panjang. Semua bergantung
kepada pasien. Bisa disiplin menjaga pola hidup dan rutin berobat atau tidak,â€
tutur Husin.
MENGAPA
TIMBUL GERD?
Kondisi
Hamil: Ketika Anda mengandung, tubuh mengalami banyak perubahan. Salah satunya,
organ pencernaan. Namun, setelah Anda melahirkan, keluhan akan membaik dan
hilang.
Menjalani
Pengobatan Hipertensi: Tak semua obat hipertensi memiliki efek samping GERD.
Namun, obat jenis calcium channel blocker bisa membuat pembuluh darah rileks.
Pola
Hidup: Konsumsi alkohol, rokok, kopi, soda, dan makanan terlalu pedas yang
berkepanjangan bisa meningkatkan risiko GERD.
Asam
Lambung Berlebih: Pada beberapa orang, GERD muncul karena asam lambung berlebih
sehingga berisiko â€bocor†dan naik ke esofagus.
Yuk,
Benahi Pola Hidup!
Upayakan
tidur minimal 2–3 jam setelah makan. Untuk mencegah refluks, posisi tubuh saat
tidur sebaiknya bersandar. Jadi, posisi kepala lebih tinggi daripada dada.
Posisi dada lebih tinggi daripada perut.
Jadwalkan
waktu makan dengan baik dan teratur. Idealnya, jarak antara waktu makan besar
enam jam diselingi camilan. Hindari makanan yang memicu refluks.
Hindari
memakai bawahan yang terlalu ketat di bagian perut. Setelah makan, hindari pula
aktivitas yang mengharuskan membungkuk.
Apa
yang Harus Dihindari dan Dibatasi?
Susu
dan produk olahannya
Makanan
pedas
Makanan
berminyak dan berlemak tinggi
Cokelat
Kopi
Untuk
orang-orang dengan penyakit penyerta (misalnya, hipertensi atau diabetes), pola
makan bisa menyesuaikan.
Yang
Harus Disiapkan
GERD
bisa kambuh kapan saja. Berikut obat-obatan yang biasanya dikonsumsi untuk
mengatasi serangan GERD. Namun, gunakan sesuai dengan resep.
Proton
pump inhibitor (penghambat pompa proton)
PPI
adalah obat yang bekerja dengan menghambat sistem enzim pompa proton yang
memproduksi dan melepaskan asam lambung.
Obat-obatan
prokinetik
Obat
kelompok ini bekerja merangsang gerakan usus sehingga pengosongan lambung lebih
cepat dan tak terjadi refluks.
Antasida
Obat
jenis antasida bersifat antiasam sehingga bisa mencegah asam lambung mengikis
mukosa esofagus. Namun, antasida tak menghentikan refluks.