31.7 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Gejala Seperti Pilek, Terlambat Deteksi Pneumonia Pada Anak Bisa Fatal

Para
orang tua diminta lebih banyak menyerap informasi tentang bahaya penyakit
pneumonia untuk melindungi buah hati mereka. Sebab gejala awalnya, seringkali
dianggap biasa namun bisa berujung fatal hingga kematian.

Ketua
Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia Menurut Dr.dr.
Nastiti Kaswandani, Sp.A(K) mengatakan, pneumonia merupakan penyakit peradangan
akut pada paru-paru yang membuat paru-paru dipenuhi dengan cairan dan sel
radang. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi kesehatan serius dan tidak
jarang menyebabkan kematian.

“Selain
itu, pneumonia juga sering terlambat disadari karena gejala awalnya yang sulit
dibedakan dengan penyakit pernapasan lain yang ringan seperti pilek dan selesma
(common cold). Akibatnya, banyak anak-anak yang mengidap pneumonia tidak
mendapatkan perawatan yang seharusnya dan berdampak fatal pada kesehatan
mereka,” katanya dalam webinar Save the Children, STOP Pneumonia dalam rangka
Hari Pneumonia Dunia (HPD) tanggal 12 November, Kamis (5/11).

Baca Juga :  Mencegah Diabetes Haruskah Menghindari Konsumsi Gula?

Menurut
data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia ada di peringkat 7 dunia
sebagai negara dengan beban pneumonia tertinggi pada tahun 2017 di mana
terdapat 25.481 kematian balita karena infeksi pernapasan akut atau 17 persen
dari seluruh kematian balita . Pneumonia adalah penyebab kematian balita kedua
di Indonesia setelah persalinan dengan prevalensi 15,5 persen.

“Faktor-faktor
penyebab berkaitan misalnya dengan belum terpenuhinya ASI eksklusif yang hanya
54 persen. Lalu berat badan lahir rendah (10,2 persen), dan belum imunisasi
lengkap (42,1 persen), polusi udara di ruang tertutup dan kepadatan yang tinggi
pada rumah tangga,” kata dr. Nastiti.

Pada
2019 terdapat 467.383 kasus pneumonia pada balita. CEO Save the Children
Indonesia, Selina Sumbung mengatakan pihaknya bersama Kementerian Kesehatan,
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan dukungan Pfizer
melalui kampanye STOP Pneumonia mengajak masyarakat lebih sadar. Sehingga punya
kesempatan untuk semakin meningkatkan pemahaman mengenai pneumonia dan mencegah
lebih banyak kematian akibat penyakit mematikan ini.

Baca Juga :  Inilah Mengapa Otot Sakit Setelah Minum Alkohol

Director
Pfizer Indonesia Bambang Chriswanto Public Affairs mengatakan perlu kesadaran
masyarakat, khususnya orang tua, terhadap penyakit pneumonia pada anak. “Maka
sejak dini perlu dicermati tanda-tanda anak mengidap pneumonia,” tutup Bambang.

Para
orang tua diminta lebih banyak menyerap informasi tentang bahaya penyakit
pneumonia untuk melindungi buah hati mereka. Sebab gejala awalnya, seringkali
dianggap biasa namun bisa berujung fatal hingga kematian.

Ketua
Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia Menurut Dr.dr.
Nastiti Kaswandani, Sp.A(K) mengatakan, pneumonia merupakan penyakit peradangan
akut pada paru-paru yang membuat paru-paru dipenuhi dengan cairan dan sel
radang. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi kesehatan serius dan tidak
jarang menyebabkan kematian.

“Selain
itu, pneumonia juga sering terlambat disadari karena gejala awalnya yang sulit
dibedakan dengan penyakit pernapasan lain yang ringan seperti pilek dan selesma
(common cold). Akibatnya, banyak anak-anak yang mengidap pneumonia tidak
mendapatkan perawatan yang seharusnya dan berdampak fatal pada kesehatan
mereka,” katanya dalam webinar Save the Children, STOP Pneumonia dalam rangka
Hari Pneumonia Dunia (HPD) tanggal 12 November, Kamis (5/11).

Baca Juga :  Mencegah Diabetes Haruskah Menghindari Konsumsi Gula?

Menurut
data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia ada di peringkat 7 dunia
sebagai negara dengan beban pneumonia tertinggi pada tahun 2017 di mana
terdapat 25.481 kematian balita karena infeksi pernapasan akut atau 17 persen
dari seluruh kematian balita . Pneumonia adalah penyebab kematian balita kedua
di Indonesia setelah persalinan dengan prevalensi 15,5 persen.

“Faktor-faktor
penyebab berkaitan misalnya dengan belum terpenuhinya ASI eksklusif yang hanya
54 persen. Lalu berat badan lahir rendah (10,2 persen), dan belum imunisasi
lengkap (42,1 persen), polusi udara di ruang tertutup dan kepadatan yang tinggi
pada rumah tangga,” kata dr. Nastiti.

Pada
2019 terdapat 467.383 kasus pneumonia pada balita. CEO Save the Children
Indonesia, Selina Sumbung mengatakan pihaknya bersama Kementerian Kesehatan,
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan dukungan Pfizer
melalui kampanye STOP Pneumonia mengajak masyarakat lebih sadar. Sehingga punya
kesempatan untuk semakin meningkatkan pemahaman mengenai pneumonia dan mencegah
lebih banyak kematian akibat penyakit mematikan ini.

Baca Juga :  Inilah Mengapa Otot Sakit Setelah Minum Alkohol

Director
Pfizer Indonesia Bambang Chriswanto Public Affairs mengatakan perlu kesadaran
masyarakat, khususnya orang tua, terhadap penyakit pneumonia pada anak. “Maka
sejak dini perlu dicermati tanda-tanda anak mengidap pneumonia,” tutup Bambang.

Terpopuler

Artikel Terbaru