Site icon Prokalteng

Hindari Pemakaian Headset di Telinga sembari Tidur

Headset

Selain batasan 60 menit sehari, sebaiknya kita berhenti memakai perangkat audio bila sudah timbul keluhan seperti nyeri telinga atau telinga berdenging. (Foto ilustrasi diperagakan Andita Dewastri - Dite Surendra/Jawa Pos)

PROKALTENG.CO – World Hearing Day atau Hari Pendengaran Sedunia tiap 3 Maret menjadi momentum kesadaran akan kesehatan telinga dan pendengaran. Salah satunya, menggunakan penyuara telinga seperti headphone atau earphone perlu memperhatikan durasi dan ambang batas volume normal.

Jika tidak, kemampuan telinga berisiko mengalami penurunan secara bertahap. Mendengarkan musik atau menonton film dengan headphone atau earphone memang lebih nyaman karena tidak menimbulkan suara yang mengganggu orang lain. Namun, terlalu sering bisa berdampak buruk pada pendengaran. Kerusakan yang terjadi dapat bersifat temporer hingga permanen.

’’Paparan suara yang terlalu keras atau terlalu lama melalui headphone atau earphone dapat merusak sel-sel rambut pada organ pendengaran di telinga dalam (koklea),’’ jelas dr Sofia Tiarini SpTHT-KL.

Secara umum, lanjut dia, perangkat audio penyuara telinga dibedakan menjadi headphone dan earphone. Headphone terdiri atas dua speaker yang menutupi kedua daun telinga dan dihubungkan penyangga di bagian kepala. Sementara itu, earphone memiliki ukuran speaker yang lebih kecil dan dikenakan di dalam liang telinga.

’’Keduanya memiliki potensi mengakibatkan gangguan pendengaran, tetapi potensi gangguan akibat earphone cenderung lebih besar karena letaknya di dalam liang telinga sehingga suara yang dihasilkan langsung menuju gendang telinga,’’ terangnya.

Dampak negatif pada telinga yang dapat terjadi, antara lain, infeksi telinga luar, serumen telinga berlebihan, hingga noise induced hearing loss atau gangguan pendengaran akibat bising. Pada fase awal, penurunan pendengaran terjadi pada frekuensi rendah sehingga sering kali tidak disadari penderita. Lambat laun, terjadi penurunan frekuensi bicara hingga menimbulkan gangguan komunikasi.

’’Kerusakan yang terjadi di awal masih temporer, gangguan pendengaran yang terjadi masih reversible. Apabila paparan bising berlangsung terus-menerus, dapat terjadi kerusakan permanen dan sifatnya irreversible,’’ ungkap dokter spesialis THT di RSUD dr Soetomo Surabaya itu.

Kondisi kehilangan pendengaran biasanya terjadi secara bertahap. Terkadang bahkan baru terdeteksi melalui tes pendengaran. Jika sudah mengalami kehilangan pendengaran, penderita mungkin akan membutuhkan alat bantu dengar untuk dapat mendengarkan suara dan berkomunikasi.

’’Cukup sering pasien datang dengan keluhan akibat penggunaan headphone atau earphone. Terutama saat pandemi di mana kegiatan bekerja dan belajar dilakukan dari rumah menggunakan gadget,’’ paparnya.

Hingga saat ini, belum ada pengobatan untuk gangguan pendengaran akibat bising. Meski demikian, itu bisa dicegah dengan menghindari paparan bising. Salah satunya, menggunakan penyuara telinga secara bijak. Yakni, mengikuti aturan 60/60. Volume tidak melebihi 60 persen dari batas maksimal volume dan durasi tidak lebih dari 60 menit per hari.

’’Selain batasan 60 menit dalam sehari, sebaiknya kita berhenti memakainya bila sudah timbul keluhan seperti nyeri telinga atau telinga berdenging,’’ imbau dr Sofia.

Dokter Sofia menegaskan untuk menghindari penggunaan headphone maupun earphone ketika tidur. Sebab, durasi penggunaannya tidak bisa dikontrol.

’’Paparan suara terus-menerus melalui headphone saat kita tertidur mengakibatkan sel rambut di dalam koklea bekerja lebih keras dan lama-kelamaan mengalami kerusakan,’’ tandas Sofia.

SEGERA PERIKSA APABILA …

Tips Aman Pakai Earphone

Exit mobile version