31.3 C
Jakarta
Monday, April 7, 2025

Hilangnya Indera Penciuman Pasien Covid-19 Berbeda dengan Flu Biasa

Di
awal pandemi, laporan pasien Covid-19 mulai mengalami kehilangan bau atau
indera penciuman dan rasa. Ternyata gejala itu belakangan semakin muncul di
sebagian pasien Covid-19.

Para
ahli menyadari sejumlah pasien saat ini melaporkan gejala hilangnya bau yang
terkait dengan Covid-19 bukanlah hidung tersumbat biasa. Kini gejala itu
sekarang secara resmi diakui sebagai gejala penyakit. Sekelompok peneliti
global, termasuk dari Australia, sekarang mencermati bagaimana virus Korona dapat
menyebabkan hilangnya bau.

“Tidak
hanya dampaknya terhadap bau lebih kuat dibandingkan dengan penyakit menular
lainnya, tetapi juga berpotensi lebih tahan lama,” kata ilmuwan chemosensing
nutrisi dari University of Queensland, Eugeni Roura, seperti dilansir dari abc.net.au,
Jumat (4/9).

Secara
umum, alasan kehilangan bau ketika pilek atau flu adalah hidung tersumbat. Anda
membutuhkan aliran udara di atas selaput lendir itu untuk mencium bau. Tetapi
Profesor Roura mengatakan hilangnya bau terkait Covid-19 tidak disebabkan oleh
hidung tersumbat.

Baca Juga :  4 Olahraga yang Cocok Bagi Penderita Obesitas

“Covid-19,
tampaknya menyerang lebih dalam. Ini melintasi mukosa dan masuk lebih dalam ke
neuron itu sendiri yang akan membawa bau ke otak,” katanya.

Sepertinya
virus tersebut dapat menyebabkan tak berfungsinya neuron penciuman. Dan secara
tidak langsung, melalui peradangan pada sel-sel sekitarnya.

“Itulah
alasan mengapa butuh waktu lama bagi sebagian orang untuk mendapatkan kembali
indera penciumannya, karena jauh di dalam itulah virus memengaruhi
konduktivitas sinyal ke otak,” paparnya.

Salah
satu peserta dalam penelitian Profesor Roura telah kehilangan bau terkait
Covid-19 selama empat bulan. Berapa banyak pasien Covid-19 yang kehilangan bau?

Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) mencantumkan hilangnya penciuman sebagai gejala yang
hanya memengaruhi beberapa pasien. Tapi Profesor Roura mengatakan sebagian
besar responden penelitiannya telah melaporkan gejala itu.

Baca Juga :  7 Manfaat Mengonsumsi Semangka bagi Ibu Hamil

“Mungkin
ada 80 persen pasien yang telah kami identifikasi mengalami kehilangan bau,
tetapi di atas itu, seberapa besar dampaknya pada hilangnya penciuman, ini sangat
besar,” kata Profesor Roura.

Kehilangan
penciuman bukan bisa berdampak nyata pada kualitas hidup masyarakat. Salah
satunya juga bisa memperlambat pemulihan orang dari virus.

“Jika
kita kehilangan indera penginderaan rasa makanan, kita kehilangan nafsu makan,”
kata Prof Roura.

“Kemudian
orang yang mungkin terkena Covid-19 akan memiliki waktu yang lebih sulit untuk
pulih dari Covid-19 karena mereka kehilangan nafsu makan,” tambahnya.

Di
awal pandemi, laporan pasien Covid-19 mulai mengalami kehilangan bau atau
indera penciuman dan rasa. Ternyata gejala itu belakangan semakin muncul di
sebagian pasien Covid-19.

Para
ahli menyadari sejumlah pasien saat ini melaporkan gejala hilangnya bau yang
terkait dengan Covid-19 bukanlah hidung tersumbat biasa. Kini gejala itu
sekarang secara resmi diakui sebagai gejala penyakit. Sekelompok peneliti
global, termasuk dari Australia, sekarang mencermati bagaimana virus Korona dapat
menyebabkan hilangnya bau.

“Tidak
hanya dampaknya terhadap bau lebih kuat dibandingkan dengan penyakit menular
lainnya, tetapi juga berpotensi lebih tahan lama,” kata ilmuwan chemosensing
nutrisi dari University of Queensland, Eugeni Roura, seperti dilansir dari abc.net.au,
Jumat (4/9).

Secara
umum, alasan kehilangan bau ketika pilek atau flu adalah hidung tersumbat. Anda
membutuhkan aliran udara di atas selaput lendir itu untuk mencium bau. Tetapi
Profesor Roura mengatakan hilangnya bau terkait Covid-19 tidak disebabkan oleh
hidung tersumbat.

Baca Juga :  4 Olahraga yang Cocok Bagi Penderita Obesitas

“Covid-19,
tampaknya menyerang lebih dalam. Ini melintasi mukosa dan masuk lebih dalam ke
neuron itu sendiri yang akan membawa bau ke otak,” katanya.

Sepertinya
virus tersebut dapat menyebabkan tak berfungsinya neuron penciuman. Dan secara
tidak langsung, melalui peradangan pada sel-sel sekitarnya.

“Itulah
alasan mengapa butuh waktu lama bagi sebagian orang untuk mendapatkan kembali
indera penciumannya, karena jauh di dalam itulah virus memengaruhi
konduktivitas sinyal ke otak,” paparnya.

Salah
satu peserta dalam penelitian Profesor Roura telah kehilangan bau terkait
Covid-19 selama empat bulan. Berapa banyak pasien Covid-19 yang kehilangan bau?

Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) mencantumkan hilangnya penciuman sebagai gejala yang
hanya memengaruhi beberapa pasien. Tapi Profesor Roura mengatakan sebagian
besar responden penelitiannya telah melaporkan gejala itu.

Baca Juga :  7 Manfaat Mengonsumsi Semangka bagi Ibu Hamil

“Mungkin
ada 80 persen pasien yang telah kami identifikasi mengalami kehilangan bau,
tetapi di atas itu, seberapa besar dampaknya pada hilangnya penciuman, ini sangat
besar,” kata Profesor Roura.

Kehilangan
penciuman bukan bisa berdampak nyata pada kualitas hidup masyarakat. Salah
satunya juga bisa memperlambat pemulihan orang dari virus.

“Jika
kita kehilangan indera penginderaan rasa makanan, kita kehilangan nafsu makan,”
kata Prof Roura.

“Kemudian
orang yang mungkin terkena Covid-19 akan memiliki waktu yang lebih sulit untuk
pulih dari Covid-19 karena mereka kehilangan nafsu makan,” tambahnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru