26.4 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

Investasi Terbaik Dalam Hidup adalah Kesehatan

Tubuh
yang sehat adalah kebutuhan dasar bagi setiap orang. Kesehatan adalah prasyarat
untuk menjalankan tugas, peran, dan tanggung-jawab hidup. Kesehatan adalah
modal dalam perjalanan mewujudkan cita-cita. Kesehatan juga diharapkan untuk
terus ada, agar cita-cita yang terwujud bisa terus dinikmati.

Brand
Ambassador BPJS Kesehatan I.G.A.R Kusuma Yudha atau yang akrab disapa Ade Rai
mengatakan, bagi banyak orang, kesehatan sudah didapat sejak lahir. Ibarat
uang, setiap bayi yang terlahir sehat sudah memiliki jumlah uang yang banyak.
Uang tersebut bila dikonsumsikan atau dikuras, maka cepat atau lambat akan
habis.

Saat
uang tersebut habis, maka kemiskinanlah yang didapat. Namun bila diinvestasikan
dengan tepat, maka akan berbunga dan bertambah jumlahnya.

“Apabila
kesehatan habis dikuras, maka statusnya turun menjadi miskin sehat atau sakit.
Apabila kesehatan diinvestasikan dengan tepat, maka statusnya akan meningkat
menjadi kaya sehat atau bugar,” ujarnya, seperti dikutip Minggu (29/11).

Menurutnya,
kesehatan tubuh, walaupun diakui kepentingannya dan disyukuri keberadaannya,
namun dalam kebiasaan sehari-hari baik disadari atau tidak, kegiatan menguras
kesehatan lebih banyak dan konsisten daripada kegiatan menginvestasikannya.

Baca Juga :  Awas! Kebanyakan Makan Ini, Bisa Bikin Mr P 'Malas Bangun'

Salah
satu wujud nyata adalah meningkatnya jumlah dan persentase penderita penyakit
non- communicable diseases (NCD) atau penyakit degeneratif tidak menular
seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes, dan penyakit saluran nafas
kronis.

NCD
disebabkan oleh pola atau kebiasaan hidup yang meningkatkan kadar lemak tubuh
dan menguras kesehatan, seperti kurang atau tidak berolahraga secara teratur,
konsumsi gula-tepung- minyak berlebih yang menyebabkan inflamasi (radang),
merokok, juga konsumsi alkohol maupun obat-obatan terlarang.

Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) tanggal 1 Juni 2018, WHO menyatakan NCD mengkontribusikan
pada 71 dari 100 kematian di dunia, dengan total angka 41 juta jiwa. Dari 41
juta jiwa tersebut, 15 juta jiwa berada dalam rentang usia dini, yakni 30
sampai 69 tahun.

“85
persen dari kematian dini tersebut adalah pada penduduk di negara dengan
penghasilan rendah dan sedang, termasuk Indonesia.

Baca Juga :  6 Makanan Ini Sebabkan Gigi Mudah Retak

Dalam
laporan terpisah, WHO di situs resminya menyatakan NCD adalah kontributor
kematian terbesar di dunia2. WHO juga menyatakan NCD telah menjadi epidemi yang
kerap diremehkan dampaknya dalam menyebabkan kemiskinan dan terhambatnya laju
perekonomian di berbagai negara di dunia,” jelasnya.

Sementara,
berdasarkan catatan yang dimiliki BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)
Kesehatan menunjukkan NCD atau yang juga dikenal sebagai penyakit katastropik
sebagai beban pendanaan JKN-KIS (Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia
Sehat) yang besar dan semakin meningkat setiap tahunnya.

Dari
data BPJS Kesehatan diketahui jumlah kasus dan pembiayaan penyakit katastropik
dari 2014 hingga 2018 terjadi kenaikan. Pada 2014 terdapat 6.116.535 kasus
dengan total pembiayaan sebesar Rp 9.126.141.566.873. Sedangkan pada 2018,
terdapat 19.243.141 kasus dengan jumlah pembiayaan 20.429.409.135.197.3 Terjadi
peningkatan 314,6 persen untuk jumlah kasus penyakit katastropik, dan
peningkatan 224 persen dalam beban pembiayaannya.

Tubuh
yang sehat adalah kebutuhan dasar bagi setiap orang. Kesehatan adalah prasyarat
untuk menjalankan tugas, peran, dan tanggung-jawab hidup. Kesehatan adalah
modal dalam perjalanan mewujudkan cita-cita. Kesehatan juga diharapkan untuk
terus ada, agar cita-cita yang terwujud bisa terus dinikmati.

Brand
Ambassador BPJS Kesehatan I.G.A.R Kusuma Yudha atau yang akrab disapa Ade Rai
mengatakan, bagi banyak orang, kesehatan sudah didapat sejak lahir. Ibarat
uang, setiap bayi yang terlahir sehat sudah memiliki jumlah uang yang banyak.
Uang tersebut bila dikonsumsikan atau dikuras, maka cepat atau lambat akan
habis.

Saat
uang tersebut habis, maka kemiskinanlah yang didapat. Namun bila diinvestasikan
dengan tepat, maka akan berbunga dan bertambah jumlahnya.

“Apabila
kesehatan habis dikuras, maka statusnya turun menjadi miskin sehat atau sakit.
Apabila kesehatan diinvestasikan dengan tepat, maka statusnya akan meningkat
menjadi kaya sehat atau bugar,” ujarnya, seperti dikutip Minggu (29/11).

Menurutnya,
kesehatan tubuh, walaupun diakui kepentingannya dan disyukuri keberadaannya,
namun dalam kebiasaan sehari-hari baik disadari atau tidak, kegiatan menguras
kesehatan lebih banyak dan konsisten daripada kegiatan menginvestasikannya.

Baca Juga :  Awas! Kebanyakan Makan Ini, Bisa Bikin Mr P 'Malas Bangun'

Salah
satu wujud nyata adalah meningkatnya jumlah dan persentase penderita penyakit
non- communicable diseases (NCD) atau penyakit degeneratif tidak menular
seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes, dan penyakit saluran nafas
kronis.

NCD
disebabkan oleh pola atau kebiasaan hidup yang meningkatkan kadar lemak tubuh
dan menguras kesehatan, seperti kurang atau tidak berolahraga secara teratur,
konsumsi gula-tepung- minyak berlebih yang menyebabkan inflamasi (radang),
merokok, juga konsumsi alkohol maupun obat-obatan terlarang.

Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) tanggal 1 Juni 2018, WHO menyatakan NCD mengkontribusikan
pada 71 dari 100 kematian di dunia, dengan total angka 41 juta jiwa. Dari 41
juta jiwa tersebut, 15 juta jiwa berada dalam rentang usia dini, yakni 30
sampai 69 tahun.

“85
persen dari kematian dini tersebut adalah pada penduduk di negara dengan
penghasilan rendah dan sedang, termasuk Indonesia.

Baca Juga :  6 Makanan Ini Sebabkan Gigi Mudah Retak

Dalam
laporan terpisah, WHO di situs resminya menyatakan NCD adalah kontributor
kematian terbesar di dunia2. WHO juga menyatakan NCD telah menjadi epidemi yang
kerap diremehkan dampaknya dalam menyebabkan kemiskinan dan terhambatnya laju
perekonomian di berbagai negara di dunia,” jelasnya.

Sementara,
berdasarkan catatan yang dimiliki BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)
Kesehatan menunjukkan NCD atau yang juga dikenal sebagai penyakit katastropik
sebagai beban pendanaan JKN-KIS (Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia
Sehat) yang besar dan semakin meningkat setiap tahunnya.

Dari
data BPJS Kesehatan diketahui jumlah kasus dan pembiayaan penyakit katastropik
dari 2014 hingga 2018 terjadi kenaikan. Pada 2014 terdapat 6.116.535 kasus
dengan total pembiayaan sebesar Rp 9.126.141.566.873. Sedangkan pada 2018,
terdapat 19.243.141 kasus dengan jumlah pembiayaan 20.429.409.135.197.3 Terjadi
peningkatan 314,6 persen untuk jumlah kasus penyakit katastropik, dan
peningkatan 224 persen dalam beban pembiayaannya.

Terpopuler

Artikel Terbaru