Site icon Prokalteng

Tren Layanan Kesehatan Digital, Benarkah Mampu Memeratakan Pelayanan?

tren-layanan-kesehatan-digital-benarkah-mampu-memeratakan-pelayanan

PROKALTENG.CO
– Pelayanan kesehatan digital memang sedang tren. Terlebih di tengah pandemi
Covid-19, pelayanan kesehatan digital diklaim cukup membantu masyarakat.
Seperti berkonsultasi dengan dokter hingga membeli obat dan vitamin. Lantas,
apakah pelayanan kesehatan mampu memeratakan perannya lewat digital?

Dalam
diskusi ‘Proyeksi Industri Farmasi & Layanan Kesehatan Digital di
Indonesia’ penggunaan pelayanan kesehatan digital terus meningkat selama
pandemi Covid-19. Seperti diungkapkan CEO Lifepack & Jovee, Natali
Ardianto.

“Tidak
dapat dipungkiri, pandemi memberikan momentum bagi layanan kesehatan digital
untuk dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab berbagai masalah kesehatan yang ada
di masyarakat. Sejak pandemi dimulai, Pemerintah memberlakukan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB), sehingga mobilitas masyarakat menurun drastis,
lalu disusul dengan menumpuknya pasien di berbagai fasilitas kesehatan,” ujar
Natali beberapa waktu lalu.

Diakui
Natali, industri farmasi serta layanan kesehatan online di Indonesia terus
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bahkan, industri farmasi di Indonesia
merupakan salah satu industri dengan pertumbuhan yang sangat cepat di ASEAN.
Begitupun dengan layanan kesehatan digital.

Dari
laporan yang dikeluarkan oleh MTPconnect & Asialink Business, pendapatan
dari layanan kesehatan digital di Indonesia pada tahun 2022 diprediksi mencapai
973 juta dollar.

Tapi
menurut Natali, pertumbuhan ini harus diimbangi dengan produk dan inovasi yang
tepat sesuai kebutuhan masyarakat. Sebab masih terdapat beberapa masalah yang
dihadapi. Diantaranya, belum meratanya infrastruktur telekomunikasi di
Indonesia. Lalu kedua fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan apotek masih
terkonsentrasi di pulau Jawa.

Terakhir,
jaminan kelengkapan serta keaslian obat. Karena menurut World Health
Organization (WHO), peredaran obat palsu di Indonesia masih sangat tinggi
mencapai 25 persen.

Industri
kesehatan di Indonesia pun masih menyimpan banyak masalah. Paling utama adalah
akses layanan kesehatan itu sendiri. Dari mulai ketersediaan rumah sakit dan
apotek.

Menurut
data Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan per Februari
2021, jumlah rumah sakit di seluruh Indonesia sebanyak 2.925. Pulau Jawa
sendiri memiliki 1.244 rumah sakit atau sekitar 45,9 persen dari seluruh rumah
sakit yang ada di Indonesia.

Tidak
hanya belum meratanya layanan kesehatan seperti rumah sakit, apotek juga masih
didominasi di pulau Jawa. Berdasarkan data rekapitulasi Apotek Indonesia dari
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, jumlah apotek yang tersedia pada 2018
adalah sebanyak 24.874 unit. Jawa Barat sebagai daerah yang memiliki jumlah
apotek terbanyak yaitu 4.298.

“Dengan
masih terkonsentrasinya akses layanan kesehatan seperti rumah sakit dan juga
apotek di pulau Jawa, tentunya diperlukan inovasi layanan kesehatan agar dapat
dirasakan secara merata oleh seluruh masyarakat Indonesia di berbagai daerah,
yaitu melalui akses layanan kesehatan secara online,” sambung Natali.

Setidaknya,
layanan kesehatan online bisa mempermudah masyarakat. Seperti Lifepack yang
memiliki berbagai layanan kesehatan. Diantaranya, pemesanan obat, konsultasi
dokter umum secara gratis, konsultasi dokter spesialis dengan harga terjangkau,
dan kotak obat spesial (blister) khusus untuk penderita penyakit kronis.

Exit mobile version