Tindakan
ekstrem penggemar atau fans terhadap idola memang bisa berujung fatal. Seperti
kejadian yang baru-baru ini dialami pedangdut Via Vallen. Mobil Via justru
dibakar seseorang yang mengaku fansnya.
Di
luar Via Vallen, beberapa selebriti dunia pun pernah menjadi korban dari
tindakan kefanatikan fans. Bahkan berujung pada kematian. Sebut saja nasib
tragis John Lennon yang tewas ditembak seseorang yang mengaku penggemar pada 8
Desember 1980 di New York, Amerika Serikat. Atau anggota AKB48, Mayu Tomita,
yang ditikam oleh penggemar.
Secara
umum, sikap fanatisme berlebihan atau ekstrem yang ditunjukkan penggemar bisa
dikategorikan gangguan psikologis atau mental atau kejiwaan. Terlebih jika
sanga idola menjadi korban kejahatan si penggemar.
“Ya
kalau sudah mengganggu atau bahkan sudah menimbulkan kecelakaan itu sudah ada
yang namanya gangguan (kejiwaan. Red). Tapi gangguannya apa perlu ada
pemeriksaan lebih lanjut,†kata Psikolog Intan Erlita kepada ANTARA.
Biasanya,
tindakan ektrem dilakukan karena mempunyai rasa suka yang begitu besar. Hingga
akhirnya seperti ingin memiliki. Nah, ketika sang idola tidak memberikan respon
sesuai yang diharapkan dapat menimbulkan rasa marah, cemburu, hingga dendam.
Namun,
sikap suka yang berlebihan pada sang idola biasanya dimulai dari hal-hal kecil.
Baru berkembang menjadi lebih ekstrem jika tindakannya diabaikan idolanya.
“Dari
kecil dulu kayak DM setiap hari, itu kan udah mengganggu. Terus enggak
dihiraukan jadi nambah sampai mengintai. Nah itu kan makin lama makin naik
perilakunya yang akhirnya mengganggu si artis atau idolanya,†ujar dia.
Beberapa
kasus yang berujung tragis seperti penembakan, itu karena rasa memiliki yang
begitu besar. Tapi karena si fans tidak bisa memiliki, maka lebih baik
ditiadakan saja.
“Jadi
udah enggak rasional pemikirannya,†ujarnya.
Intan
mengingatkan, menjadi penggeamr dari seorang publik figure sah-sah saja. Tapi,
akan menjadi masalah jika terlalu berlebihan. Lebih baik tetap mendukung dalam
tindakan yang positif.